15

1K 60 3
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜...

𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙙𝙪𝙡𝙪𝙝 𝙖𝙠𝙪𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖.

.
.
.

Phuwin terbangun dari tidurnya ia menatap sekelilingnya, ruangan ini tidak asing baginya. Perlahan ia turun dari ranjang king size itu lalu berjalan keluar dari kamar itu.

"Kakak,,,"

Panggilan itu membuat Pond yang sedang mengerjakan pekerjaannya menoleh.

"Kemari sayang" ucap Pond membuka lebar tangannya untuk menyambut si manis yang kini sudah menjatuhkan tubuhnya ke atas pangkuannya.

"Masih pusing kepalanya?"

"Sedikit"

"Mau makan apa? Belum makan kan?" si manis menggeleng.

"Apa aja yang penting makan, Phu laper tadi gak sempat pergi ke kantin pas di kampus"

"Berhubung Phu lagi sakit berarti harus makan yang sehat"

Phuwin segera menegakkan badannya yang semula bersandar di dada bidang sang dominan. "Phu cuma sakit kepala kak, bukan demam" protes si manis.

"Tetap harus makan yang sehat sayang"

"Ih! kakak gamau"

"Sop ayam mau?" tawar Pond tak memperdulikan protesan si manis.

"Gamau"

"Bagaimana kalau sop sayur aja, pasti lebih sehat"

Phuwin melotot mendengarnya, apa-apaan ini ia bahkan tidak suka sayur tapi lihat itu suaminya malah memintanya makan sayur.

"Kakak,,, Phu ga mau" tak ingin kalah kini rengekan manja mulai terdengar dari bibir tipisnya.

"Sedikit aja ya sayang" bujuk Pond dengan lembut.

"Gamau" si manis nakal itu kini menggeleng cepat di pangkuan sang suami, membuat tubuhnya hampir jatuh jika saja tidak di tahan oleh Pond.

"Gamau gamau gamauuuuu" rengekan itu terus berlangsung hingga membuat Pond tak tega.

"Phu!"

"Gamau kak"

"Dikit aja ya sayang"

"GAMAU!" lantas karena kesal si manis berteriak di pangkuan sang suami.

"PHUWIN!!"

Pond juga ikut terbawah emosi, sehingga membentak si manis yang kini sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Perlahan air mata itu jatuh ke pipi mulusnya, ini pertama kali Pond meninggikan suaranya di hadapan si manis, lantas karena takut, si manis kembali memeluk suaminya erat.

Pond menghela nafas merasa bersalah, hampir saja ia di kuasai emosi karena tingkah kesayangannya ini. Perlahan ia usap punggung yang bergetar itu, memberi elusan-elusan lembut agar si manis segera tenang.

He is my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang