Awal yang baru - chapter 1

737 56 10
                                    

"Oh iya, Pak Syarief saya titip Bapak ya," ucap Mala dengan hangat sambil memperhatikan Syarief, sahabat suaminya. Saat ini Syarief tidak mengawal bapak, ia sedang mendapatkan jadwal libur, sebagai gantinya kapten Sony lah yang mendampingi bapak untuk kunjungan.

"Iya Ibu Kemala, jangan khawatir sama bapak. Saya titip abang saya ini ya, awas galak", ucap Syarief sambil merangkul bahu Teddy, sementara Teddy hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Saat ini mereka sudah berada di dalam bandara, tentu para petinggi bandara soetta mendampingi mereka sampai ke dalam gate, sesekali Teddy melihat papan keberangkatan untuk memastikan pesawat yang akan membawa mereka ke Paris akan berangkat sesuai jadwal.

"Pak Teddy sebentar lagi sudah bisa masuk ke pesawat ya," ucap salah satu petinggi bandara itu, mereka meminta staff yang berada di cabin pesawat untuk mempersiapkan segala yang di butuhkan oleh putri presiden dan sang menantu.

"Terima kasih sebelumnya Pak Burhan, maaf jika kehadiran kami di sini jadi merepotkan kerja bapak," jawab Teddy ia pun tersenyum ramah, sejujurnya Teddy tidak ingin merepotkan petinggi bandara karena kehadirannya dengan sang istri, namun apa boleh buat protokol tetap harus di jalankan, Paspampres harus mengonfirmasi kepada pihak bandara dan mengawal mereka sampai masuk ke dalam pesawat.

Begini lah resiko jika menggunakan pesawat komersil, banyak protokol yang harus di penuhi.

Bahkan ada beberapa Paspampres yang harus ikut mereka honeymoon, bahkan Agni dan Taufik juga ikut berangkat ke Paris.

"Tidak masalah pak, maaf jika kami belum secara maksimal memberikan pelayanan yang terbaik. Selamat berlibur ya pak," ucap Pak Burhan, ia memberikan sebuah cendramata kepada mereka sebagai kenang-kenangan dan hadiah pernikahan, Pak Burhan juga meminta keduanya untuk berfoto bersama sebagai dokumentasi.

Setelah melakukan foto, Taufik segera menerima cenderamata dan hadiah itu, "Terima kasih untuk bingkisannya pak," ucap Mala ramah dan menyalami Pak Burhan.

Pengumuman boarding akhirnya berkumandang untuk keberangkatan ke Paris, sesuai yang diminta oleh Pak Burhan sebelumnya, akhirnya pasangan baru itu menaiki pesawat menggunakan jalur VVIP.

-000-

"Sayang... bangun dulu yuk, dari saat kita check out hotel, sampai kita berangkat ke bandara, perut kamu belum ke isi makanan loh," bisik Teddy mengingatkan ke telinga istrinya, sedangkan Mala masih saja bergelung selimut dengan tangan Teddy sebagai bantalannya.

"Sayang..." bisik Teddy ulang, rupanya sulit sekali membangunkan gadis ini.

"Iya mas." Mala merenggangkan otot tubuhnya dan melipat selimutnya, "eh? Kamu sudah pesan saja." Pandangan Mala tertuju kepada meja yang berada di hadapan sang suami dan sebelah tangan suaminya, di sana terdapat dua kotak makanan berat yang di berikan oleh pramugari.

"Iya tadi sekalian saja mas minta, dari pada kamu menunggu lama lagi makannya," jawab masnya, Teddy meminta Mala menarik meja yang berada tepat di samping tubuhnya, kemudian menaruh makanan Mala di meja itu.

"Terus kita rencana liburan berapa lama mas?" tanya Mala, sambil membuka kotak makanan berat itu.

"Mungkin ada kali ya dua mingguan di Paris," jawab Teddy sambil mengingat, ia mendapat jatah honeymoon sekitar tiga mingguan dari ksad, sebelum nantinya ia akan kembali ke Batalyon dengan jabatan baru, bukan lagi sebagai wakil komandan, tetapi sebagai komandan di sana.

"Alhamdulillah, senang banget aku dapat jatah liburan di Paris agak lama," jawab Mala dengan mata berbinar-binar. Ia jadi tidak sabar akan menghabiskan banyak waktu dengan masnya tercinta. Di dukung oleh suasana ikonik menara eiffel, kemudian jangan lupakan julukan kota Paris adalah kota cinta.

"Mas juga senang kalo kamu senang sayang," ucap Teddy sambil memperlihatkan senyum terbaiknya. "Habiskan makanannya." tambah Teddy, ia melihat Mala sedang membuka ponselnya.

"Iya mas sayang, aku tuh lagi lihat destinasi di sana ada apa saja," jawab Mala.

"Oh iya mas belum bilang ya, nanti di sana kita dinner," ucap mas sambil meraih pergelangan tangan istrinya.

"Dinner?" tanya Mala memastikan.

"Iya betul dinner. Ayo kita bikin romantis," bisik masnya tepat di telinga Mala.

Hei sejak kapan Teddy bisa romantis? Setahu Kemala masnya ini lebih ke action of service, tidak ingatkah lamaran hingga pernikahan mereka? Masnya sangat berperan penting, sementara Mala hanya menerima semua itu dengan tangan terbuka.

"Kamu tuh bisa aja mas, sejak kapan kamu bisa bersikap romantis." Mala mencolek pipi Teddy, ia tahu masnya ini pria yang hangat.

"Setelah sampai kita makan bareng dulu sama yang lain, besok malamnya kita baru dinner." Mas memperjelas ucapannya.

"Oke kamu atur saja, aku pasti ikut. Mas, kita sampai di Paris kapan ya mas? Sejujurnya aku tuh agak takut setiap kali naik pesawat,"ucap Mala sambil menutup bekas makan dan merapihkan bekasnya.

"Masih lama sayang, kita saja baru flight sekitar delapan jam." Teddy melihat jam yang berada di pergelangan kanannya, "kita sampai di sana masih tujuh belas jam lagi, kamu takut kenapa?" tanya Teddy.

"Ia, takut jatuh aja dari atas pesawat. Kamu tahu kan banyak berita pesawat jatuh," ucap Mala.

"Ya jangan mikir itu dong. Mas tuh setiap dinas sama bapak keluar negeri, engga pernah mikir itu, yang ada mas mikirin kerjaan bersama para sekpri bapak,"

"Aku engga bisa kepikiran gitu ya mas, kamu tuh positif thinking banget,"

"Kamu kebanyakan nonton film kali ya, makanya pikiran kamu berkelana kemana-mana." Teddy menarik Mala kembali untuk menyender ke tubuhnya.

"Iya bisa jadi sih mas." Mala mendusel ke tubuh masnya.

"Tapi enggak apa-apa sih nonton yang begitu, asal jangan di bawa ke pikiran kamu aja." Mas mengelus rambut istrinya. Teddy sangat mencintai Mala.

"Oh iya sayang, mas mau tanya sama kamu," ucap masnya membuat Mala menatap mata sang suami.

"Iya kenapa?"

"Setelah kita menikah ini, mas enggak sabar punya anak sama kamu," ucapan mas sontak membuat Mala terkejut, ia jadi teringat harus internship selama satu tahun di rumah sakit, kemudian dia juga harus mengambil spesialis. Untuk punya anak, Mala rasa saat ini belum waktunya. Mala hanya dapat tersenyum menanggapi ucapan masnya.

"Hei kamu kok engga jawab ucapan mas?" tanya masnya, ia melihat saat ini Mala tengah melamun.

"Ah ini, eh iya mas aku baru inget, nanti di sana ada satu destinasi yang aku pengen banget kunjungi, boleh kan mas?"

"Kemana pun itu, mas akan temani kamu." Mas mencium kening sang istri.

Bersambung....

Ajudan : AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang