chapter 3

367 37 8
                                    

"Selamat pagi sayang," bisik mas membangunkan istrinya, saat ini Mala masih terlelap berbantalkan tangan mas. Mas mengelus rambut hitam legam milik sang istri, rambut itu halus, lebat, dan wangi stroberi.

"sayang... Bangun dulu yuk," ucap mas kembali sembari menggoyangkan pelan tubuh sang istri. Iya jadi keheranan bukan sang istri bilang dia tidak lelah karena tidur terus di pesawat, tapi kenapa sulit di bangunkan?

Mala kemudian mengerjapkan matanya, ia melihat ke sekitar untuk mengumpulkan kesadaran, kemudian ia mencoba bangun dari posisi tidurnya, tidak lama kemudian pandangannya Mala jatuh kepada masnya, hei sejak kapan masnya tidak mengenakan pakaian? Ia kemudian memeriksa tubuhnya, Mala dapat bernafas lega, syukurlah bajunya masih lengkap.

"Mas kamu kenapa enggak pake baju sih?" tanya Mala, ia merasa cukup risih, ia baru sadar jika mas sama sekali tidak memakai kausnya dari tadi malam.

"Mas sebenernya kalau tidur memang seperti ini  tidak menggunakan pakaian, soalnya gerah sayang," jawab mas dengan santainya, kemudian mas bangkit dari berbaringnya dan bergegas ke kamar mandi. Sementara Mala membuang  pandangannya, walaupun mereka sudah sah, tetap saja rasanya Mala malu sekali, namun pandangannya kembali tertuju ke tubuh masnya, hei tubuh masnya menggoda sekali rupanya, postur tubuhnya juga sangat bagus, mungkinkah karena tempaan militer?

"Sayang... Mas tahu tadi kamu lihatin mas, apa sekalian mau mandi bareng buat mempersingkat waktu?" teriak masnya dari dalam kamar mandi menggoda sang istri, sementara Mala hanya diam tidak sama sekali menyahuti ucapan masnya, apa-apaan masnya berucap seperti itu, membuat pipi Mala merona saja.

-000-

"Kamu pakai itu, serius?" tanya masnya memastikan, ya saat ini Mala hanya memakai celana jeans hotpants, tank top tali spaghetti yang dipadukan dengan blazer semi formal bermotif kotak-kotak kuning.

"Iya mas sayang, kenapa emang?" jawab Mala

"Mas minta kamu ganti celana ya sekarang, yang lebih sopan gitu blazernya juga di kancing," Mas menghampiri sang istri, kemudian merapatkan blazer yang di kenakan Mala, serta mengancingkan dua kancing terbawah blazer itu.

"Ingat sekarang kamu sudah menjadi istri tentara, harus berbusana yang baik" ucap mas mengingatkan, sedangkan Mala yang mendengar itu sontak mengerucutkan bibirnya.

"Tapi mas..." Mala menunjukan ekspresi memelasnya.

"Sudah, enggak usah membantah sayang, percuma. Kalo kamu enggak mau nurut, gampang kok, mas tinggal minta Agni batalin reservasi mobil kita aja, biar mereka saja yang jalan-jalan, lumayan kita bisa menjalankan malam pertama yang tertunda," ucap Teddy di akhiri dengan kerlingan matanya dan menatap sang istri secara intens. Sedangkan Mala yang merasa terancam, akhirnya berlari menghampiri lemari dan mengambil celana yang ia gunakan saat berangkat ke Paris.

Mala buru-buru masuk ke kamar mandi untuk mengganti celana-nya.

"Gagal lagi, gagal lagi" ucap Teddy dengan suara pelan dan lirih, ia memandang pintu kamar mandi yang di dalamnya ada Mala, "kamu kenapa sih  sayang, sebenernya?" Teddy membatin.

"Ayo mas, aku sudah ganti nih," ucap Mala setelah keluar dari kamar mandi, gadis itu menghampiri sang suami.

"Nah gitu dong, baru tuh istri Teddy, let's go," jawab Teddy ia juga mengambil telapak tangan istrinya untuk dia genggam.

-000-

Siang ini destinasi pertama yang Mala dan mas kunjungi adalah menara eiffel, walaupun jarak hotel mereka dengan menara ini sangat dekat hanya sekitar tiga ratus meter, namun tetap saja para paspampres, ajudan, serta asisten dengan setia mengawal mereka.

Ajudan : AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang