04. Kavindra

3 0 0
                                    

Selamat membaca guys, semoga kalian suka. Maaf ya kalau ada typo-typonya ^-^

Note kalimat miring+tanda petik satu itu pakek bahasa isyarat ya dan kalo kalimat miring+garis bawah itu suara batin ^-^

.

.

.

.

Betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang yang menggulurkan sebuah sapu tangan padanya. Adhisti diam termangu, saat melihat seseorang yang ingin ia temui lagi. Seseorang yang membuat ia untuk pertama kalinya merasakan, debaran jantung yang kuat dan cepat.

Mahesa, atau seorang pemuda yang telah membuat adhisti jatuh cinta ini, bingung saat melihat respon adhisti yang hanya diam sembari menatapnya dengan tatapan terkejut.

Ia jadi merasa tidak enak, karena mungkin saja gadis didepannya ini jadi terkejut dengan apa yang ia lakukan dengan tiba-tiba. Jadi mahesa mengambil tangan kanan adhisti untuk menaruh sapu tangannya. Lalu ia mengambil sebuah buku kecil, dan menulis kalimat 'Hai maaf membuatmu terkejut. Aku hanya ingin memberikan sapu tangan ini untukmu. Untuk menyeka air mata kamu.' Tulisnya di buku kecil itu, lalu menujukannya pada adhisti.

Adhisti yang tadi masih termangu karena terkejut, menjadi sadar saat pemuda didepannya ini menyentuh tangan kanannya untuk memberikan sapu tangan itu. Lalu adhisti melihat pemuda itu mengambil sebuah buku disaku jasnya, dan menulis entah apa dibuku itu.

Adhisti tetap diam, sembari menunggu tindakan pemuda didepannya ini. Tak lama setelah mahesa selesai menulis, ia segera menujukannya pada adhisti. Adhisti membaca kalimat yang ditulis oleh pemuda didepannya itu, dan berfikir kenapa pemuda ini tidak berbicara saja padanya.

Jadi adhisti membalas kalimat pria itu dengan gerakan isyarat tangannya. 'Tidak masalah, aku justru harus berterimakasih sama kamu.' Mahesa sedikit terkejut saat melihat, jika gadis depannya bisa menggunakan bahasa isyarat.

'Kamu bisa menggunakan bahasa isyarat? Oh ya sebentar.' Setelah itu mahesa kembali menulis sesuatu dibuku kecil itu, lalu merobeknya dan memberikanya pada adhisti. 'Aku tidak bisa mengobrol banyak sama kamu, kalau kamu mau balikin sapu tangannya hubungi saja nomer ini ya.'

Lalu adhisti mengambil kertas yang berisi nomer pemuda didepannya itu, dan membiarkan pemuda itu pergi. 'Entah ini hari yang beruntung atau sial.' Batin adhisti sembari melihat sapu tangan dan kertas yang berisi nomer ponsel pemuda itu.

...

"Kalau begitu, untuk pembicaraan lebih lanjut tentang kerja sama. Nanti sekertaris saya akan menghubungi sekertaris tuan prabawa." Ucap mara dengan senyum formalnya.

"Baik, senang bekerja sama dengan perusahaan anda nona mara." Ucap malik sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Senang juga bekerja sama dengan perusahaan anda tuan." Setelah basa basi singkat dan makan-makanan yang disajikan oleh pelayan, akhirnya malik pamit lebih dahulu untuk pergi.

Dan tinggalah mara dan adhisti diruangan itu. Mara melihat ke arah adhisti yang sendari tadi hanya diam dan melamun. Mara menepuk punggung tangan sahabatnya itu, lalu bertanya "Ada apa? Kamu habis balik dari toilet jadi lebih sering ngelamun."

Adhisti hanya menjawab dengan gelengan kepala dan senyum tipis. Mara tidak bertanya lebih lanjut, jika adhisti saja tidak mau bercerita. Jadi ia hanya bisa menghela nafas ringan saat menghadapi tingkah keras kepala adhisti. "Baiklah kalau begitu kita pulang saja. Ayah juga udah ngehubungin aku buat cepet balik."

Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang