empat

325 39 4
                                    

Ayok banyakin komennya, biar updatenya cepet🙌🏻
....

Senja sudah menghilang digantikan dengan langit yang menggelap, tanda hari sudah malam. Tidak Yoshi sangka ia akan dibawa sejauh itu dari rumahnya. Tapi syukurnya, panti asuhannya dulu tidak jauh dari sini. Masih dengan pakaian rumah sakitnya Yoshi mengetuk pintu coklat itu.

Senyumannya mengembang. Akhirnya ia bisa benar-benar bebas. Rencananya setelah bermalam di sini, ia akan kembali ke tempat tinggalnya yang sekarang. Ia tidak akan menetap lagi di sana, ia akan pindah. Sejauh mungkin untuk menghindar dari ketiga monster itu. Kemanapun asalkan ia jauh dari mereka.

Tapi ada yang aneh, sudah setengah jam Yoshi menunggu di sini. Tidak ada seseorang yang membukakan pintu. Ia masih ingat, biasanya pada jam-jam segini penghuni panti belum tidur. Beberapa pengurus panti juga terkadang masih duduk-duduk di teras. Sambil membicarakan hal-hal lucu.

Namun sekarang, semuanya senyap. Sepi. Yoshi mulai mengitari panti itu. Mengetuk pintu yang di dalamnya adalah ruangan untuk kepala panti. Yo Minhwa. Ia ketuk pintu itu berkali-kali. Tapi sama seperti tadi, tak ada seorang pun yang menjawab.

"Mereka semua ... kemana?"

....

Kembali pada saat Yoshi kabur.

"Kak Yo-lho? Kak Yoshi?" Doyoung tiba-tiba saja panik. Ia yakin sekali meninggalkan Yoshi di sini, tapi kenapa ... sekarang Yoshi tidak ada? Apakah Yoshi diculik?

"Astaga! Gimana nih? Apa harus kasih tau kakak, ya?" Doyoung menimang. Tapi ia tidak bisa begitu saja memberitahukan kehilangan Yoshi. Ketiga kakaknya pasti akan marah besar. Bukan khawatir akan kemarahan mereka padanya, tapi kemarahan mereka pada Yoshi nanti.

"Kalau kasih tau mereka, nanti mereka pasti marah. Dan itu nggak baik." Doyoung mengacak rambutnya sampai berantakan. Bingung di saat seperti ini. "Kak Yoshi, belum percaya aku 'kah?"

"Doyoung?"

Yang dipanggil berbalik badan seketika. Wajahnya semakin pias ketika melihat siapa gerangan yang menghampirinya. "K-kak Asahi? K-kakak udah ... s-sampai? G-gue—"

Melihat Asahi yang melirik pada kursi roda, Doyoung segera menutupinya. Meski hal itu percuma. Asahi sudah lebih dulu tau. Doyoung diam-diam berdoa untuk keselamatan Yoshi nanti.

"Yoshi kabur?" Pertanyaan yang retoris. Asahi hanya ingin kejujuran dari adik tirinya. "Lo tau 'kan kalau dia itu tahanan kami bertiga?"

Dengan kepala yang tertunduk Doyoung mengangguk. Ia tidak mungkin tidak tau. Ia sudah tau dari lama. Bahkan ia tau siapa aja mata-mata suruhan kakaknya untuk lelaki berambut perak itu.

Baru kemarin-kemarin ia bisa bertemu dengan Yoshi. Tapi bukannya sapaan hangat, ia malah mendapati lelaki itu pingsan. Kekurangan nutrisi, dehidrasi, dan badannya penuh luka. Selama ini yang menjaga lelaki itu hanya dirinya, sebab Doyoung yang meminta.

Pun dengan kakak-kakaknya yang ternyata sibuk secara bersamaan. Jihoon sibuk dengan pekerjaannya sebagai pemimpin perusahaan yang harus terbang ke Beijing selama beberapa hari, Junkyu yang bekerja sebagai montir dan pekerjaan gelapnya, serta Asahi yang sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang penyanyi sekaligus produser lagu.

"Sorry, Kak. Tadi gue kebelet. Tau-tau Kak Yoshi udah hilang."

"Gue bisa aja maafin lo. Tapi nggak tau kalau Kak Jihoon apalagi Kak Junkyu." Asahi menghela napas lelah. Padahal dirinya baru saja pulang dari agensi dan berniat menjemput Doyoung. Tapi dihadapkan dengan fakta menyebalkan seperti ini. "Gini deh. Sebagai pertanggung jawaban, lo cari Yoshi sampai ketemu sebelum Kak Jihoon atau Kak Junkyu yang cari."

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang