dua belas

256 38 15
                                    

sebelum baca, boleh vote dulu ya. selesai baca, boleh komen. thanks.

tw//blood, finger, riddles

[  .....  ]

Yoshi terbangun pada tengah malam. Niatnya ingin minum, harus diurungkan karena ia lupa menyiapkan air di gelasnya. Jadi dengan terpaksa, ia harus pergi ke dapur. Dengan rambut acak-acakan dan piyama berwarna biru satin membuatnya terlihat sangat lucu. atau seksi?

Sesekali Yoshi menguap saat mengisi air. Benar-benar masih mengantuk.

"Ngapain?"

Yoshi segera menoleh dengan cepat. Agak terkejut juga karena di dapur yang kini pencahayaannya remang, tiba-tiba saja ada yang bertanya padanya. Yoshi kira akan ada hantu. Ternyata Junkyu yang sepertinya baru pulang bersama Asahi.

"Lo bisa liat sendiri."

"Lo bisa buat makanan nggak?" tanya Junkyu sembari menghampiri Yoshi.

"Mau makan apa?" Yoshi memilih kembali bertanya dengan memusatkan perhatiannya pada Junkyu.

Junkyu membatu. tatapannya tidak membalas pada manik Yoshi. justru pada tulang selangka yang menonjol malu-malu karena satu kancing atas yang terbuka. tanpa ia sadari, ia begitu sulit bahkan untuk sekedar menelan ludah. Tidak tau saja jika Asahi mengetahui apa yang menjadi penyebab Junkyu terdiam. Asahi berdeham membuyarkan segala fantasi yang gila di otak Junkyu. "Lo ditanya tuh, Kak."

"Adanya apa?"

Yoshi kemudian beralih pada kulkas. Tak ada bahan-bahan yang tersedia. sepertinya pelayan lupa untuk mengisinya lagi. kemudian Yoshi beralih ke lemari atas. terdapat mie instan yang cukup banyak dan berbagai rasa. "Mie instan."

"Ya—"

"Tapi bukan makanan yang sehat. Apalagi tengah malem begini. Gue bikin omelette, gimana?"

Junkyu dan Asahi mendengus. "Kalau gitu lo nggak usah tanya."

"Gue itu cuma—"

"Iya, iya! Nggak usah ngomel. Masak aja. Gue laper."

"Oh, ya. Lo juga mau?" tanya Yoshi pada Asahi. Lelaki kelahiran agustus itu mengangguk.

Akhirnya yang terjadi setelahnya hanya suara bising dari kegiatan masak dadakan Yoshi di dapur dengan Junkyu yang senantiasa memperhatikan gerak-gerik pemuda itu. kecuali asahi, lelaki itu lebih memilih menatap beberapa postingan di sosial media.

Sekitar 3 menit berlalu akhirnya omelette pun jadi. Yoshi menyodorkan piring berisi nasi dengan oemlette itu pada Junkyu serta Asahi. entah kenapa melihat kepulan asap yang berasal dari telur itu malah makin membuat perut mereka keroncongan.

"Pelan-pelan aja, lo kayak orang nggak makan selama setahun." Junkyu terbatuk tiba-tiba. "Tuh, kan! Nih, minum. Lo tuh ngeyel kalau dibilangin."

Lelaki itu bernapas lega ketika rasanya lumayan membaik. Meski tenggorokannya agak sakit, tapi sedikit. "Udah kerasa lebih baik?"

Junkyu mengangguk. 

"Lo nggak ke atas lagi?" tanya Asahi.

"Oh, lo nggak suka ditemenin waktu makan?"

Pertanyaan balasan Yoshi membuat Asahi memalingkan wajah. "Bukan anak kecil."

"Emangnya cuma anak kecil aja yang boleh ditemenin waktu makan?" Yoshi menghela napas. "Tapi, ya kalau nggak nyaman, biar gue yang ngalah. Taruh aja bekasnya di sana, nggak perlu dicuci."

"Gue nggak ngusir lo." Junkyu menahan lengan Yoshi yang benar-benar akan pergi. "Duduk aja. Nggak usah dengerin Asahi. Skandalnya belum beres jadinya agak-agak." Jawaban dari Junkyu mendapat delikan tajam dari Asahi.

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang