EHS|| 04

8 2 0
                                    

Vote if you like this story
and
Happy reading

Vote if you like this storyandHappy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"Bagaimana? Apakah kamu menerima tawaran saya?" tanya seorang pria dewasa dengan menggunakan setelan jas berwarna hitam. Alis pria itu terangkat sebelah sebagai pertanda meminta jawaban, dari seseorang disampingnya.

Hening. Orang yang mendapatkan pertanyaan itu hanya diam, berusaha mencerna kembali tawaran dari pria dewasa itu. Ia menghela nafas pelan kemudian berucap. "Sepertinya tidak. Terimakasih sudah menawarkan, tapi saya sama sekali tidak tertarik."

Pria itu mengerutkan dahinya bingung. Bagaimana bisa tawarannya ditolak begitu saja? Selama ini, tidak pernah ada yang menolak permintaannya. "Kamu yakin?"

"Tentu," laki laki dengan umur sekitar 16 tahun itu mengangguk tanpa ragu. Beberapa detik kemudian, laki laki dengan seragam khas sekolahnya itu melirik kearah benda pipih yang berada di genggaman tangannya. Ia melihat sebuah notifikasi pesan yang tertera pada lockscreen ponselnya.

Laki laki itu membaca pesan yang dikirim oleh orang tuanya. Seketika dadanya bergemuruh, darahnya berdesir hebat, dan rahang yang mengeras karena emosi. Sekarang, ia rasa tawaran pria itu berguna, dan menarik untuknya. "Apakah tawaran itu masih berlaku?"

Pria itu melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya, kemudian sedikit merapihkan pakaiannya dengan senyuman miring yang tercetak jelas pada wajahnya yang sedikit memiliki kerutan. "Tentu saja. Mengapa? Apakah kau tertarik, sekarang?"

"Iya."

"Baiklah. Kamu bisa temui saya kembali besok pagi, sebelum jam pelajaran dimulai." Laki laki itu mengangguk sebagai jawaban, kemudian pergi dari hadapan pria dengan setelan jas itu.

Setelah kepergian murid laki laki itu. Ia mengembangkan senyumnya lalu tertawa lepas layaknya iblis. "Saya berhasil membuat kamu terperangkap kedalam jebakan saya, anak muda." ucapnya dengan nada rendah. "Sekarang, mereka akan saling menjatuhkan satu sama lain, karena ego. Dan saya? Akan menikmati permainan ini dengan senang hati."

****

Ethan dan radika sudah sampai di rooftop, dengan nafas yang tercekat akibat berjalan melewati tangga yang cukup panjang. Keduanya lalu menghampiri teman temannya yang sepertinya sedang berghibah. Sagara yang menyadari kedatangan dua sahabat barunya itu menaikan pandangannya yang semula tertuju pada layar ponsel.

"Nah kan baru dateng. Lo berdua makan, apa semedi?! Lama banget, anjing." gerutu Jazziel kala matanya menangkap sosok Ethan dan Radika yang barusaja sampai dihadapan mereka.

"Tau tuh si monyet, makannya lambat." balas Ethan menunjuk Sagara yang sekarang tengah mengupil dengan sangat nikmat. "Mana sempet ngilang beberapa menit, bikin anak orang khawatir aja."

"Bicaranya yang sopan! Gue ngilang karena sembunyi dari musuh. Epep poreper." ujar Radika sangat tidak masuk akal. Tangan laki laki itu menepuk dadanya beberapa kali, dengan sangat bangga. "Btw, makan gue yang tadi udah paling cepet." lanjut Radika lagi. Memang bisa dibilang hari ini ia makan lebih cepat dari biasanya, bisa dihitung hanya sekitar tiga puluh menit saja. Jika hari hari normal, ia bisa menghabiskan satu sampai dua jam hanya untuk makan. Gila bukan?

Enha High School (Snakes And Ladders Game) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang