13• || Rumah Sakit

38 8 3
                                    

Happy Reading Gayss

"Rumah sakit?
Hanya ada dua kemungkinan. Pulang kerumah dengan keadaan sehat atau pulang kepangkuan sang pencipta."

_Elss

Suara pintu berdecit nyaring di tengah kesunyian, mengalihkan atensi semua orang. Eby bangkit dengan cepat lantas menodong dokter cantik itu dengan pertanyaan.

"Oma saya bagaimana dok?" Tanya gadis itu dengan suara seraknya.

"Maaf--" ucap dokter itu membuat wajah Eby semakin khawatir.

"Maaf untuk sekarang ibu Saras belum bisa dijenguk, ia baru saja melewati masa kritisnya. Pasien baru bisa dijenguk ketika sudah pindah ke ruang rawat inap." Jelas dokter cantik itu dengan lengkap lalu meninggalkan Eby yang bernafas lega.

Eby berjalan menuju kursi tunggu yang berada di depan ruang UGD. Eby duduk diujung kursi, ia menjaga jarak dari Papanya yang duduk di ujung sana.

Beberapa menit berlalu, keduanya sama-sama diam membisu menatap keramik lantai yang berwarna putih.

"Pulanglah. Oma mu sudah baik-baik saja. Setidaknya bersihkan dulu diri mu yang sangat kacau itu," ucap Mahen datar kepada putrinya.

Memang sekarang penampilan Eby sudah sangat kacau. Seragam sekolah yang kotor, rambut acak-acakan, wajah lesu dan dibuat lengkap dengan mata sembabnya.

"Apakah anda butuh cermin untuk berkaca?" Tanya Eby formal dan tak kalah datarnya dari Mahen.

Tidak ada lagi suara dari keduanya. Tiba-tiba Anin dan Sely datang dan ikut duduk tanpa membuka suara. Mereka berempat duduk di kursi yang sama namun sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Pintu ruangan itu lagi-lagi terbuka, sekarang menampakkan Saras yang terbaring tak sadarkan diri di atas brankar rumah sakit yang di dorong oleh beberapa perawat. Keempat manusia tadi kini mengekor di belakang brankar itu.

~ ~ ~

Eby duduk di sofa ruang rawat inap VIP yang ditempati oleh Saras. Ketiga manusia yang bersamanya tadi sudah pulang, menyisakan Eby seorang diri. Malam semakin larut, suasana rumah sakit sangat sunyi.

Penampilan Eby sudah jauh lebih baik, sekarang ia mengenakan piama hitam pemberian dari pembantu Saras. Memang tadi pembantu itu pulang untuk mengambil perlengkapan Saras serta beberapa baju untuk Eby.

Eby memang memiliki kamar tersendiri di rumah Saras yang berada di pinggiran kota. Sedari tadi ia berusaha memejamkan matanya tapi tidak bisa, Eby terganggu dengan bau obat-obatan khas rumah sakit.

"Astaghfirullah gue lupa ngabarin si ikan," monolog Eby mengingat gadis pecinta matcha itu.

Eby membuka handphone dan mendapati banyak panggil serta spam chat dari sahabatnya itu. Ketika melihat gadis itu masih online tanpa pikir panjang Eby langsung memencet ikon berbentuk kotak di sudut kanan atas.

Tidak lama wajah sembab Vera memenuhi layar ponsel Eby.

"Ebyyyyyy lo kok ninggalin gueee," rengak Vera dengan suara seraknya.

"Sorry. Tadi gue panik," jawab Eby jujur.

"Kok muka lo jadi jelek Byy?" Tanya Vera melihat wajah sembab Eby.

Debby Rasella MollaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang