Menyesakkan.
Dia tidak bisa bernafas.
Gelap.
Tangan itu mencoba meraih-raih ke atas, namun ia tidak berhasil menggapai apapun. Dia ingat sekarang. Ahh, akhirnya ia tidak perlu tersiksa lagi. Maafkan aku ibu, aku sangat ingin hidup sesuai harapan terakhirmu, tapi rasa ingin mendekapmu lebih besar sekarang. Benar, dia ingin segera mati.
Pemuda itu terjatuh semakin dalam. Udara yang memasok paru-parunya semakin menipis. Ia ingin berteriak, entah kenapa rasa takut merayap menjalar ke seluruh tubuhnya. Ini sungguh menyakitkan, pemuda itu bergerak semakin tidak nyaman. Semakin ia bergerak, semakin cepat pula tubuhnya terdorong ke bawah sana.
Tidak. Tunggu...Aku benar-benar ingin mati, tapi kenapa? Siapapun, entah siapapun disana..
Tolong...
Tolong aku...
Tangan pemuda yang berulang kali ingin meraih sesuatu untuk mengangkat tubuhnya bergerak semakin pelan hingga ia merasa beban tubuhnya semakin berat untuk ditopang.
Benar, ini adalah akhir. Seharusnya dia tidak menyesal.
"Hahahahahahaha"
"Siapa??", tiba-tiba sebuah suara berdengung di kepalanya.
Suara tawa itu menggema lagi, "Hahahahahahaha".
"Siapa disana??", tanyanya ulang.
Pemuda itu tidak dapat melihat siapapun, meskipun ia merasa sedang membuka mata, sekelilingnya ini sangatlah gelap. Ia hanya terus mendengar suara yang menggema di sekitarnya, "Manusia memang mahkluk yang sangat menarik"
"Siapa kau?? Apa aku sudah benar-benar mati?", tanya pemuda itu kesekian kalinya.
"Jadi sebenarnya kau itu ingin hidup atau mati?"
"Apa pedulimu", jawab pemuda itu sengit.
"Aku hanya merasa ini lucu. Meskipun otakmu menyuruhmu mati, kau tetaplah seorang manusia yang pada hakikatnya ingin terus hidup."
"Aku tidak ingin hidup. Aku lelah, lebih baik mati saja. Toh, tidak ada yang mempedulikanku", balasnya
"Memang benar. Kau hidup atau mati pun, dunia akan terus berjalan tanpa mempedulikanmu. Lalu kenapa kau memilih mati?"
"Kau tuli? Sudah ku bilang aku lelah. Hidup itu penuh penderitaan untuk manusia lemah seperti diriku"
"Hmmm, manusia memang lemah, tapi apa kau tau jika mereka bergerak bersama-sama dalam suatu kelompok besar, mahkluk terkuat pun akan binasa ditangan mereka. Namun buruknya, manusia itu terlalu terpaku pada persamaan, sampai-sampai suatu perbedaan pun terlihat sebagai dosa."
"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?", pemuda itu semakin geram.
Meskipun dia tidak dapat melihat orang yang saat ini diajaknya berbincang, tapi entah mengapa ia seakan tau kalau orang itu tengah tersenyum, "tidak ada, jadi kau ingin mati atau tetap hidup?"
Mendengar pertanyaan itu, rasa sesak di dalam dadanya muncul kembali. Pemuda itu mulai meremat-mereamat bagian dada, itu terlihat menyakitkan, sedetik kemudian sekelibat harapan untuk tetap hidup terlintas di dalam otaknya, dan lagi ia mulai mengenyahkan pikiran-pikiran tak berguna dan dengan terbata berkata, "a-aku ingin m-ma-mati"
Sesaat setelahnya, ia melihat setitik cahaya putih yang mana semakin terlihat membesar seakan melingkupi tubuhnya, memberikan kehangatan yang seperti dekapan sang ibu. Ibu?? Ketika pemuda itu membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah senyum ibunya. Ia berpikir, ahhh akhirnya dia mati juga. Usapan sosok sang ibu adalah hal terbaik yang pernah ada dalam hidupnya.
"Belum anakku", ucap beliau mengusap kepalanya, "terkadang seluruh harapan yang kau inginkan tidak akan mudah untuk didapatkan, tapi percayalah, takdir yang terikat padamu akan membawamu ke jalan yang lebih besar nan luas dan tidak terbayangkan. Tolong, bersabarlah sebentar lagi."
Ibu, apa maksudnya dengan itu?
Pemandangan di depan pemuda ini semakin memburam.
Tidak...
Tunggu...
Aku tidak mau...
Ibu jangan tinggalkan aku sendiri, aku sangat kesepian, bu
Sekarang yang tersisa hanyalah hampa dan kegelapan.
"Silau", gumam lirihnya. Hahhh silau???Ia bergegas duduk, mengedarkan pandangan ke sekeliling, kemudian melihat kedua tangannya, menggerakkannya secara perlahan, ia masih hidup? bagaimana bisa? Sangat jelas bahwa ia tadi melompat ke bawah, dan sekarang? ia telah kembali ke atas perahu motor. Pemuda itu mulai berdiri secara perlahan, menatap ke bawah.
"Jika kau melompat, aku tidak akan menyelamatkanmu lagi", terdengar suara dari arah belakang.
Pemuda itu terlonjak dan berbalik dengan cepat, "siapa kau?", omong kosong apa yang laki-laki ini ucapkan, menyelamatkan? tempat ini adalah Blue Hole, jurang laut paling dalam di benua Khekana.
"Ah, aku? Aku Azrael"
Azrael? Siapa? Dia tidak pernah mendengar nama orang ini disebut-sebut di penjuru akademi, Apalagi dengan mata unik yang mencolok seperti itu, mata kanan bewarna abu-abu sedingin es dengan mata kiri bewarna kuning keemasan selayaknya sinar matahari pagi. Belum lagi wajahnya yang menawan, tidak mungkin ia tidak menjadi pusat perhatian.
"Bagaimana kau bisa naik? Aku sangat yakin kalau tadi aku hanya berangkat sendiri"
"Heeeh", Azrael bersandar, "Kau benar-benar tidak ingat aku?"
"Tidak, namamu pun sangat asing ditelingaku, memang kau dari kelas berapa?"
"Kelas?" Azrael memiringkan kepalanya kemudian tertawa terbahak-bahak, "Lelucon macam apa ini"
Tu-tunggu, tu-tu-tunggu dulu, suara tawa ini, " K-ka-kau?"
"Jadi? Apa kau sudah ingat aku-
"L.O.R.A.N"
.
.
.
.
.
Thanks for reading!!!
Azrael
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Executioner
FantasyDiliputi oleh kegelapan, Azrael secara tidak sengaja terbangun kembali atas keputusasaan seseorang akan hidupnya, kebencian terhadap entitas bernama manusia. Energi yang ditekannya dalam proses penyegelan menyebar keluar, menyebabkan kerusuhan diman...