3. Permulaan

51 4 0
                                    

Loran bangun dengan sekujur tubuh ngilu, istirahat yang dilakukanya nampak tidak berguna. Otaknya terus memutar kalimat Azrael tentang akhir dari dunia, sehingga ia terjaga sampai dini hari. Mengesampingkan hal itu, dia baru ingat kalau ia belum makan apapun dari kemarin siang, dan sekarang ia lapar.

Pemuda itu menyambar hoodie hitam di tumpukan paling atas koper dan memakainya. Ia berjalan menunduk untuk menghilangkan presensinya, namun apalah daya, topik selain gempa kemarin ada yang bersinggungan dengan dirinya. Dimana ia yang memisahkan diri ketika bencana berlangsung, sehingga kelasnya mengalami keterlambatan evakuasi, beruntungnya tidak ada korban jiwa, namun tetap saja ada beberapa siswa yang mengalami cedera akibat hampir terinjak ataupun terdorong hingga jatuh.

Dasar beban Menyusahkan ...Serigala Penyendiri yang Menjijikan...Si Suram Anti-Sosial.

Istilah seringan bulu yang menjadi makanan sehari-hari dan tidak lagi mengetuk hatinya, yang harus dia lakukan hanyalah makan dan pergi, tidak perlu mengurusi hal-hal yang tidak berguna.

Ditengah acara makan Loran, tiba-tiba langit terasa begitu gelap. Area kantin secara keseluruhan menggunakan fasad berupa kaca, sehingga dari dalam dapat terlihat jelas ratusan, bukan bahkan ini lebih dari ribuan mahkluk hitam bergerak menuju ke sesuatu arah. Loran yang memang sudah duduk dekat dengan dinding kaca, mengamati dengan intens, hingga ia mendengar teriakan dari arah belakangnya, "ITU GAGAK".

Benar itu sekumpulan burung gagak, apa yang tengah terjadi? Loran langsung teringat Azrael, benar kemana mahkluk itu berada. Meninggalkan makanan yang bahkan belum ia sentuh setengahnya, Loran berlari kembali ke kamar dan tidak menemukan apapun. Ia keluar ke arah balkon dan melihat area sekelilingnya.

Gotcha, disana.

Dia melihat laki-laki itu, Azrael, berdiri mendongak di rooftop beberapa gedung darinya. Bagaimana Loran dapat memanggilnya? Jika ia masuk dari pintu depan, apakah ia bisa semudah itu lolos dari keamanan gedung. Persetan, kita tidak tau kalau belum mencoba.

Loran berlari sekencang mungkin ke gedung Azrael berada, memanfaatkan fenomena yang membuat shock, ia lebih mudah menyusup. Setelah bunyi 'tringg' terdengar dari lift dan membawanya ke rooftop, ia melihat Azrael masih terus mendongak dengan permen lolipop di mulut.

"Yo bocah. Kita bertemu lagi. Apa kau sudah merindukanku? Sayang sekali~~", laki-laki itu berbalik, ia kemudian menjawab terpatah-patah dan berputar seanggun mungkin, "Aku.tidak.merindukanmu", dia mengakhirinya disertai pose centil dengan kedipan.

"...."

"Eh. Kenapa tidak berhasil? Aku melihatnya di layar besar itu kemarin dan semuanya berteriak kesenangan", gumam Azrael bingung.

Setelah mendapatkan tontonan menjijikan, Loran kembali ke kesadarannya, "Ck, Aku kesini bukan untuk itu, Apa hal mengerikan ini juga termasuk dari kotak yang kau katakan kemarin?", tunjuk Loran ke langit.

"Ah, ku kira kau tidak peduli?"

"Sebenarnya apa yang terjadi disini, jelaskanlah lebih detail agar aku mengerti"

Azrael bersedekap dada, "Untuk apa?", ia melanjutkan, "Ku pikir kau senang, jadi tidak perlu penjelasan lebih lanjut, kau.....cukup nikmati saja."

Loran tersentak, "Aku menarik ucapanku kemarin, sekarang beri tau aku tentang kotak itu!"

"Benar-benar?"

"Aku serius"

Azrael tampak berpikir sambil bergumam sejenak, "Ehmm, menjelaskannya membutuhkan waktu yang lama, lebih baik menemukan kotak itu dan menutupnya sesegera mungkin sebelum semakin banyak bencana keluar".

King of Executioner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang