Loran kembali ke hotel saat hari sudah petang. Ia mendapatkan teguran terhadap sikapnya yang dianggap sembrono, memisahkan diri dari rombongan dan melakukan perjalanan seorang diri adalah sesuatu yang berbahaya karena ini bukanlah wilayah mereka.
"Sekarang beritahu aku, kemana tadi kau pergi?", perempuan berambut sebahu itu berkacak pinggang dengan menatapnya tajam.
Uh, tidak mungkin dia akan mengatakan yang sebenarnya, dia dipastikan akan mati disini.
"Itu, aku, ehm...pergi ke Cambergris"
Guru Yavanna tampak terkejut, ia memutar-mutar tubuh Loran sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan, apakah dia terluka, apakah ada yang sakit dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menunjukkan kekhawatiran.
Loran menjawab dengan nada kaku, "Ti-tidak ada. Aku baik-baik saja guru Yava", kenyataannya dia memang hampir mati karena tenggelam di jurang Blue Hole, namun keadaannya sekarang terasa normal dan sehat.
"Huft, syukurlah kalau begitu, gempa tadi sangat mengerikan. Untung saja kau tidak terluka. Bagaimana bisa kau sampai ke Cambergris?"
"Gempa?"
"Hm? Iya", guru Yava mengotak-atik sekilas ponselnya, kemudian menunjukkan informasi yang tertera di layar. "Menurut pemberitahuan titik pusatnya berada di Blue Hole, jadi Cambergris yang dekat dengan area itu mengalami kerusakan parah."
Gempa? Bagaimana bisa? Loran bahkan tidak merasakan apa-apa? Tunggu sebentar, jika dipikirkan lagi, bagaimana dia bisa kembali ke hotel? Seingatmya, dia hanya berjalan. Sial, memikirkannya saja sudah membuat kepala pemuda itu terasa sakit.
"Loran, kau kenapa?", tanya guru Yava melihat anak muridnya menunduk dengan memijat-pijat kening.
"Aku tidak apa-apa guru. Hanya sedikit pusing. Maaf, tapi apa aku bisa kembali ke kamar sekarang?"
Guru Yavanna mengganguk, "ingat, jangan pergi kemana-mana, keadaan masih sangat mengkhawatirkan, bahkan sampai saat ini area Cambergris masih terus mengalami gempa-gempa kecil. Sekarang kembalilah"
Sepanjang perjalanan menuju kamar, Loran masih terus berpikir keras tentang semua kejadian yang baru saja ia alami. Jika sampai sekarang Cambergris masih mengalami gempa, tidak mungkin dia kembali menggunakan transportasi darat. Tiba-tiba pikiran Loran tertuju pada orang yang ditemuinya tadi, dimana orang itu sekarang? Hal tidak masuk akal apa yang telah ia lalui. Tanpa sadar, laki-laki itu telah berdiri di depan kamar, ia membuka kunci dan segera masuk ke dalam.
"Yo, kau sudah kembali"
"AAARGGHHHHHHH". Apa ini? Kenapa laki-laki ini disini? Tunggu dulu, kamar ini seharusnya terkunci, kan? Loran memperhatikan kunci ditangannya kemudian beralih ke pemuda yang tengah bebaring santai di ranjang dengan bermain ponsel. Loran tersentak, ia segera berlari menghampiri laki-laki itu, "heyy, ini ponselku".
"Ciiiiih, dasar pelit"
Loran menatap intens pemuda yang nampak santai berbaring berbantalkan kedua tangannya sendiri di ranjangnya, "...Kau sebenarnya siapa?"
"Bukannya aku sudah memberitahumu? Aku Azrael", balasnya membuka bungkus lolipop, memakan bulatan manis yang menggiurkan itu sambil bergumam-gumam enak.
"Mahkluk apa kau ini?", Loran menatap tajam Azrael, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum kepadanya.
"Bisa kau tebak?"
Dalam hati, Loran sangat ingin sekali menendang orang mencurigakan ini, mahkluk jenis apa yang menjengkelkan seperti ini, "apa kau iblis?"
"Hey anak muda, jangan samakan aku dengan mahkluk rendahan pembuat onar seperti itu, harga diriku bisa terluka", Azrael dengan muka jengkel menunjuk-tunjuk muka Loran menggunkan permen.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Executioner
FantasyDiliputi oleh kegelapan, Azrael secara tidak sengaja terbangun kembali atas keputusasaan seseorang akan hidupnya, kebencian terhadap entitas bernama manusia. Energi yang ditekannya dalam proses penyegelan menyebar keluar, menyebabkan kerusuhan diman...