Hukuman (Blaze x Taufan)

1.7K 71 39
                                    

Blaze melangkahkan kaki dengan santai di taman sambil menghirup udara segar yang mengalir sejuk di antara pepohonan. Setelah seharian bekerja keras, momen ini seharusnya menjadi waktu untuk melepaskan penat dan meresapi kedamaian. Langkahnya melambat ketika dia mendengar suara tawa yang akrab di telinganya.

Blaze berhenti sejenak, memperhatikan sekitar dengan cermat. Di kejauhan, di bawah pohon rindang, dia melihat Taufan, kekasihnya sedang duduk di bangku taman. Hatinya berdegup lebih kencang saat melihat Taufan tidak sendirian. Seorang pria yang tidak dikenalnya duduk di samping Taufan, tangan mereka saling bertautan, dan senyum ceria terpancar dari wajah Taufan yang biasanya penuh kasih sayang hanya untuk Blaze.

Mata Blaze membulat, napasnya tertahan. Perasaan kecewa dan marah mengalir deras dalam dirinya, seolah-olah aliran darahnya mendidih. Dia mencoba untuk berpikir jernih, tetapi gambaran Taufan dan pria itu terus mengusik pikirannya. Hatinya semakin hancur ketika melihat bagaimana Taufan tampak begitu nyaman dan bahagia bersama orang lain.

Tetapi, Blaze memilih untuk tidak menghampiri mereka. Amarah berkecamuk dalam dadanya, namun dia memutuskan untuk menahan diri dan mengikuti kemana Taufan dan pria itu akan pergi. Dengan hati-hati, dia mengikutinya dari kejauhan agar memastikan tidak ketahuan.

Mereka berjalan menuju parkiran, dan Blaze melihat pria itu membuka pintu mobil untuk Taufan. Dia menunggu dengan sabar, memperhatikan setiap gerak-gerik mereka. Setelah beberapa menit, mobil itu melaju dan Blaze mengikuti di belakang dengan motor sport miliknya.

Perjalanan terasa begitu lama, padahal hanya beberapa kilometer dari taman. Akhirnya, mobil itu berhenti di depan rumah Taufan. Blaze menepikan motornya di ujung jalan dan menontonnya dari kejauhan. Pria itu keluar dari mobil lalu membuka pintu untuk Taufan, mereka berdua tampak berbicara sejenak sebelum pria itu pergi.

Setelah memastikan pria itu benar-benar pergi, Blaze berjalan mendekati rumah Taufan dengan langkah tegas. Dia mengetuk pintu dengan keras, tidak sabar menunggu.

Taufan membuka pintu, terkejut melihat Blaze di depan rumahnya. "Blaze? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Blaze tidak menahan diri lagi. "Apa yang kamu pikirkan, Taufan? Kamu selingkuh di belakangku? Apakah p•n•sku tidak cukup untuk memuaskan nafsumu?"

Taufan menatap Blaze dengan ekspresi datar. "Blaze, kamu terlalu sibuk bekerja, kamu jarang ada untukku. Aku merasa kesepian."

Blaze mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarahnya. "Jadi, itu alasanmu selingkuh?"

Taufan menganggukkan kepala, tatapannya terlihat dingin. "Iya, aku juga butuh perhatian, Blaze. Aku butuh seseorang yang ada untukku, bukan hanya fisik tapi juga emosional."

Blaze menatap Taufan dengan tatapan terluka. "Kamu bisa bicara padaku, Taufan. Kita bisa menyelesaikan ini bersama. Tapi kamu memilih untuk mengkhianati aku."

Sayangnya, Taufan tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan sedikitpun. "Mungkin sebaiknya kita putus saja. Aku tidak bisa terus seperti ini."

Blaze terkejut, hatinya seakan-akan tercabik-cabik. "Tidak, Taufan. Aku masih mencintaimu. Kita bisa memperbaiki ini."

Taufan hanya menghela napas. "Aku sudah membuat keputusan. Pulanglah, Blaze."

Blaze merasakan air mata mulai mengalir di pipinya. "Taufan, tolong... jangan lakukan ini."

Namun, Taufan tidak bergeming. Dia lalu menutup pintu di depan Blaze, meninggalkannya berdiri di sana dengan hati yang hancur.

Malam hari, Taufan pergi berbelanja di supermarket terdekat. Suasana malam yang sepi membuatnya sedikit waspada, namun dia mencoba mengabaikan perasaan aneh yang menghantui pikirannya. Setelah selesai berbelanja, Taufan keluar dari supermarket dengan kantong belanja di tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang