بسم الله الرحمن الرحيم
"Pergilah dari tempat di mana dirimu
tak di hargai."Happy Reading 🙌
.
.
.🌙🌙🌙
Seorang gadis cantik dengan seragam putih biru, dibalut hijab putih segiempat di kepalanya yang menjulur sampai perut, tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk semua orang di rumah itu, bersama dua orang lainnya.
Salah satunya, seorang wanita paruh baya yang sudah seperti ibu kandungnya. Yaitu, wanita yang kerap disapa 'Buna' oleh mereka, dan telah merawat para anak yang berada disini. Seorang lagi adalah, teman yang lebih tua dari gadis tadi dua tahun, juga sudah ia anggap seperti kakak kandungnya.
“Una!" Panggil ibu itu.
Husna menolehkan kepalanya sejenak sembari memindahkan nasi goreng yang sudah matang dari kuali ke piring, “Saya, Bun. Kenapa?”
“Kamu kapan pengumuman kelulusan?” Tanya ibu panti yang sedang menata hidangan lain di atas meja.
“Katanya sih, hari ini Bun. Makanya aku pake seragam putih biru.”
“Cieee… Bentar lagi, ada yang jadi anak SMA, nih!” Sahut temannya yang sedang mencuci alat masak yang kotor. Ia menggunakan apron agar bajunya tidak basah.
Husna memutar bola matanya jengah, "Dih, Kak Rayya apaan sih. Biasa aja kali, Kak."
Rayya terkekeh, “Lah, kan bener. Uhh… udah gede aja adek gue. Yakan, Bun?” Ia menoleh kearah ibu panti meminta pembenaran.
Ibu panti tersenyum sendu, “Iya, ya. Gak terasa, anak-anak Buna udah tumbuh dewasa. Jadi gadis yang cantik-cantik, dan pinter kayak kalian.” Wanita itu menatap Husna dan Rayya bergantian sambil berkaca-kaca.
Panti ini diisi oleh sekitar lima belas anak, sepuluh orang Perempuan, dan lima orang laki-laki. Tertua diantara yang perempuan yaitu, Dinda. Dibawahnya lagi ada Fitri, Fika, Rayya, barulah Husna. Selebihnya terpaut usia setahun sampai sepuluh tahun di bawah Husna. Sedangkan lelaki rata-rata berusia sebelas tahun ke bawah.
Rayya dan Husna saling pandang. Mereka segera menyelesaikan kegiatan mereka, lalu menghampiri ibu panti dan memeluknya. Ketiganya berpelukan, dengan Rayya dan Husna yang ikut berkaca-kaca.
“Terimakasih ya, anak-anak. Kalian selalu bikin Buna bahagia selama merawat kalian. Walaupun kalian bukan anak kandung Buna, tapi Buna sayang kalian.”
“Tetap jadi anak yang baik ya… Jadi contoh yang baik juga buat adik-adiknya.” Lanjut ibu panti mengelus lembut kepala Husna dan Rayya yang ada di pelukannya.
Rayya dan Husna tak sanggup menjawab, hanya menganggukkan kepala dengan pelukan yang semakin erat, diikuti air mata yang mengalir.
“Eh, eh… Kenapa, nih? Ada acara pelukan kok nggak ngajak-ngajak.” Pria paruh baya datang dan langsung duduk di meja makan, berhadapan dengan ketiga Perempuan berbeda usia itu.
Kedatangan beliau, membuat pelukan mereka terlepas, dan tangis-menangis ketiganya mereda.
“Ish... Kamu merusak suasana aja, Mas.” Ucap ibu panti, mengusap sisa air mata di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO'S MY DAD?
SpiritualIni hanya tentang seorang anak perempuan yang dituduh ayahnya sebagai pembunuh ibunya sendiri. Dan berakhir dimasukkan ke panti asuhan, hingga ia dewasa. Dibalik itu semua, ada suatu alasan tersembunyi yang disimpan oleh ayahnya. Apakah ia bisa me...