Di pagi hari yang cerah seorang pria tengah tertidur dengan pulas. Jam yang berada di atas nakas sebelah tempat tidurnya menunjukkan pukul 06.50 pagi.
"Ben! Bangun! Uda jam berapa ini?!" terdengar suara teriakan sang Ibu dari arah pintu masuk kamar.
Brak!
Pintu kamar dibuka paksa dan memperlihatkan Ibu yang berdecak heran melihat anaknya masih tertidur pulas di kasur. "BENIAWAN!" teriakan Ibu membuat Beniawan atau biasa dipanggil Beni terbangun kaget.
"K-Kenapa, buk?!" Beni terbangun kaget melihat ke arah jendela.
Menyadari matahari terlihat sangat terang, ia segera tahu bahwa dirinya bangun kesiangan. Matanya langsung beralih kepada jam kecil di atas nakasnya yang menunjukkan pukul 06.55 pagi.
"ASTAGA BUK! YA ALLAH YA TUHANKU! BENI TELAT SEKOLAH!" teriak Beni melompat dari tempat tidur.
"Hah? Sekolah?" bingung sang Ibu melihat Beni yang mengambil handuk.
Melihat reaksi bingung Ibu, Beni pun berhenti panik lalu berpikir sejenak. "Beni kan udah lulus ya buk," ucap Beni.
"Lah emang," sahut Ibu. Kemudian Beni tertawa terbahak atas kebodohannya.
"Kan sekarang jadi guru," lanjut sang Ibu.
"LAH IYA BUK! SEKARANG BENI JADI GURUNYA!" kemudian Beni melanjutkan kepanikannya dan bergegas untuk bersiap.
"Kenapa deh ni anak," Ibu bergumam bingung kemudian pergi ke dapur.
Setelah siap dan berpakaian rapi dengan seragam gurunya, Beni langsung menyambar tas dan kunci motornya. Ia segera menyalakan motornya tetapi tak kunjung hidup juga.
"Aduuuh ni motor kenapa dah!" Beni terus mengomel karena jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat.
Dengan tingkat adrenalin yang tinggi karena panik yang melanda, Beni pun melempar motornya, tidak sempat menurunkan standar untuk diparkirkan. "Dek! Pinjem sepeda lo!" teriak Beni menyabet sepeda adiknya yang sedang menganggur.
"Woi! Gua mau pergi main bang!" teriak adiknya dengan mulut penuh nasi.
"Main apaan lu! Sekolah bego!" balas Beni kemudian segera mengayuh sepedanya menuju sekolah meninggalkan sang adik dengan wajah yang kebingungan.
"Ya ampun sumpah telat banget ini! Padahal baru juga jadi guru, habis dah gua ni," mulut Beni sibuk mengomel dan kakinya terus mengayuh sepeda secepat yang ia bisa.
Tiba-tiba gerobak tukang sayur melintas di perempatan komplek rumah membuat Beni tidak sempat mengerem.
"Pak Yono awas paaakk!" teriak Beni melihat Pak Yono, tukang sayur langganan menghalangi jalan dengan gerobak sayurnya. Pak Yono yang panik pun tidak sempat menghindar dan hanya berlari meninggalkan gerobaknya di tengah jalan.
DUAK!
Beni pun menabrak gerobak sayur itu. Gerobaknya sih tidak apa-apa, hanya penyok sedikit, tetapi dirinya jatuh tersungkur bersama sepedanya. "ADUH! BAPAK GIMANA SIH ORANG LAGI BURU-BURU!" teriak Beni kesal.
"Ya kamu ngapain pagi-pagi ngebut kaya gitu! Bahaya woi!" balas Pak Yono mengomeli Beni.
"Halah si bapaaak!" tak sempat merintih atau mengeluh, Beni segera bangkit lagi dan meninggalkan Pak Yono dan gerobak sayurnya.
Beni dan sepedanya pun menyusuri jalan raya menuju ke sekolah. Sebentar lagi akan sampai, tapi biasanya pagi hari adalah jam padat aktivitas sehingga seringkali terjadi kemacetan.
"Semoga ga macett!" doa Beni sambil tetap mengayuh sepedanya.
Melihat kondisi jalan raya yang ramai lancar, bahkan terbilang cukup lowong, membuat Beni senyum sumringah. "Ya Allah! Alhamdulillah ga rameee" ucap syukur Beni menambah kecepatan sepedanya.
"Uhuy! rejeki banget dah jalanan ga macet gini," Beni tidak berhenti tersenyum senang.
Akhirnya Beni pun sampai di sekolah. Ia segera memarkirkan sepedanya asal, bahkan melemparnya. Kemudian berlari menuju ruang guru.
Beni mencoba membuka pintu ruang guru tetapi pintunya tidak bisa dibuka. "Dikunci ya?" bingung Beni kemudian mengintip ruang guru melalui jendela.
"Kok gada orang? Uda pada ngajar ya?" Beni bergumam pada dirinya sendiri. Ia melihat ke sekeliling, terlihat sangat sepi. Tapi Beni yakin saat jam masuk kelas seperti ini memang biasanya sekolah terlihat sepi karena kegiatan belajar mengajar sudah mulai.
"Tunggu dulu," ucap Beni sambil berpikir.
"Jangan-jangan gua dikunciin supaya gabisa masuk ruang guru gara-gara gua telat," Beni berasumsi negatif.
"Huaaa! Pak buka pak! Tolong pak! Saya janji ga telat lagi pak! Ini tumben doang saya telat pak! Jangan pecat saya pakk! Belum sebulan ngajar ini huhuu!" Beni menangis memohon-mohon pintu ruang guru dibuka.
"Pak Beni? Sedang apa, pak?" tanya seorang satpam yang kebetulan melintas.
"Pak jokoo, bantu saya masuk ke ruang guru pak, saya dikunciin huhu," kalimat Beni membuat Pak Joko sang satpam kebingungan.
"Dikunciin gimana, pak? Kan ruang gurunya belum saya buka," ucap Pak Joko.
Beni pun berhenti menangis dan kebingungan. "Loh kok belum dibuka sih pak? Uda jam setengah delapan loh ini pak," ucap Beni sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
"Ya ngapain dibuka pak kalau gaada urusan di sekolah? Oh! Bapak ada urusan di sekolah hari ini? Kok ga cari saya buat dibukain sih pak," Pak Joko pun mengeluarkan kunci-kunci yang ia bawa dan sedang mencari kunci ruang guru.
"Gaada urusan gimana, pak? Kan saya ngajar di sini pak," ucap Beni keheranan sambil menyandarkan dirinya di pintu ruang guru menunggu Pak Joko menemukan kunci ruang guru.
"Yaaa tapi kan ini hari minggu pak, ngapain ngajar hari minggu," ucap Pak Joko sedikit tertawa.
Mulut Beni terbuka lebar terkejut mendengar hari apa ini. "Bapak ada kelas tambahan ya?" Pak Joko sudah menemukan kunci ruang guru dan hendak membuka ruang guru. Tetapi Beni menghentikannya.
"Sudah pak,"
"Terima kasih sudah memberitahu saya,"
"Saya sudah ga perlu lagi ke ruang guru,"
Beni berucap dengan tenang dan tersenyum karir padahal dalam hati dirinya seperti ini:
'SIALAN! TERNYATA HARI MINGGU! KAMPRET BANGET DAH!'
"Selamat hari minggu, pak! Saya pulang dulu," ucap Beni berpamitan lalu segera balik badan untuk pulang. Setengah nyawanya melayang menahan rasa malu.
Beni pun pulang dengan menuntun sepeda adiknya yang ia ambil secara paksa saat berangkat tadi. Entah apa yang menantinya di rumah nanti.
[Terlambat] - selesai
***
Ndoro's note:
Nantikan cerita keseharian Beni lainnya yaa~ ^-^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
BENI(awan)
Short StorySeorang Beniawan memiliki hidup yang tentram? Tentu saja tidak akan terwujud karena hari-hari seorang pemuda bernama Beni ini tidak ada habis perkaranya. . Kumpulan keseharian seorang pemuda bernama Beniawan Selo yang tidak pernah tenang. Bonus mini...