Halo rakyatku! hari ini kita akan melihat salah satu kegiatan Beni ketika mengajar di sekolah, yay!
Tap! Tap! Tap!
Beni melangkah menuju salah satu ruangan kelas dengan setumpuk kertas di tangannya.
"Pagi semua!" sapa Beni memasuki kelas.
"Selamat pagi, pak!" sambut semuanya. Kemudian terjadi keheningan saat melihat Beni menaruh setumpuk kertas di mejanya.
"Semangat ya semuanya! Hari ini kita ulangan harian, DADAKAN!" ucap Beni.
"HAAAAAAAHH??!" satu kelas kompak terkaget-kaget.
"Loh apanih bang! Kok ga ngabarin dulu sih kan kita belum belajar!" protes salah satu murid yang duduk di paling belakang.
Mendengar panggilan 'bang' tersebut membuat Beni melirik tajam kepada siswa tersebut. "E-Eh maaf, maksudnya pak. Kita belum ada belajar pak," koreksinya yang ternyata adalah Rendra.
Beni menghembuskan napas pelan berusaha sabar. "Namanya juga dadakan, Rendra!" balas Beni.
"Yakin lu gatau, wan? Pasti lu uda tau kan bakal ulangan tapi gamau bilang-bilang ke kita. Pelit lu!" kesal Bintang yang ternyata adalah teman sebangku Rendra.
"Eh sumpah ya! Demi Allah gue gatau apa-apa! Gue aja kaget!" seru Rendra.
"Abis ini lu dapet nilai bagus gua jotos ya lu!" ancam Bintang menunjukkan kepalan tangannya.
"Gue ga takut ya! Soalnya gue jujur!" balas Rendra.
"SUDAH SUDAH! TENANG SEMUANYA!" seru Beni menghentikan kericuhan yang terjadi.
"Kalau gitu bapak kasi waktu 30 menit buat belajar ya! Awas ya kalau nilainya jelek sudah dikasi waktu belajar gini juga," ucap Beni.
"Yaaaaaay!" "Baik paakk!" Satu kelas berseru senang karena setidaknya mereka dapat belajar walaupun sedikit.
Satu kelas pun serius dengan bukunya masing-masing. Berbeda dengan murid lain, Bintang dan Rendra justru memutuskan untuk bekerjasama.
"Eh kerjasama yuk!" ajak Bintang.
"Ya Allah, Tang!" respon Rendra dengan wajah terkejut tidak percaya.
"Materinya banyak banget gua gabisa hapal semua halaman!"
"Astagfirullah, Tang! Gua join!" sahut Rendra. Bintang pun tersenyum lebar mendengar jawaban Rendra.
"Oke, lu hapalin 3 halaman pertama, gua 3 halaman terakhir, oke?" Bintang memberikan arahan.
"Okelah! Lu kan pinter! Pasti tinggi lah nilai kita!" sahut Rendra.
"Ya lu juga belajar lah! Yakali gua doang yang bagi jawaban!" kesal Bintang.
"Iyeee gua hapalin nih 3 halaman pertama!" sahut Rendra.
Dalam keadaan kelas yang serius belajar selama 30 menit ini, Beni sabar menanti di mejanya sembari mengawasi keadaan kelas.
Setelah 30 menit berlalu, kertas ujian pun dibagikan. Sesuai rencana awal, Renda dan Bintang saling berbagi jawaban karena sepakat untuk bekerjasama.
"Ssst! Tang, jawaban nomer 5 apaan?" bisik Rendra.
"C," jawab Bintang singkat.
"Kalo nomer 9 apaan, wan?" Bintang bertanya balik.
"Aduuuh, tadi tuh uda gua baca, Tang! Tapi lupa!" jawab Rendra.
"Diiiih, yauda kalo nomer 11 apaan?" tanya Bintang.
"Duh itu juga gua lupa! Tapi gua inget halamannya, Tang!"
"Ya Allah, Rendra terus ni gua jawab apaan cok! Soal isian gini!" kesal Bintang.
"Bantu gua yang pilgan dulu napa!" Rendra pun ikut kesal.
"Gak ya!" tegas Bintang.
Menyadari terdapat bisik-bisik tetangga di meja belakang, Beni pun bertindak. "Eits! Yang di belakang ada apatu bisik-bisik!" sindir Beni.
"Dikerjakan masing-masing loh ya! Dikit kok soalnya," ucap Beni.
Tak lama setelah kelas kembali hening, Rendra kembali memanggil Bintang. "Sstt! Tang! Bintang!" bisik Rendra sambil menyikut pelan.
"Apaan sih!" kesal Bintang.
"Nomer 2 jawabannya apa?" Rendra bertanya dengan kepala yang ditundukkan dan suara berbisik agar tidak ketahuan.
"Gue gamau kasi jawaban klo lu ga kasi gua jawaban!" final Bintang tidak mau melanjutkan kerjasama yang tidak menguntungkan ini.
"Bin! Ya Allah jahat amat lu ama gua!" melas Rendra. Bintang tidak menanggapi Rendra lagi, ia sibuk untuk menyelesaikan soal yang ada di depan matanya.
"Tang, bintang!" panggil Rendra.
"Tang, nomer 2 tang!" masih tidak ada tanggapan dari Bintang.
"Nomer 12 deh kalo gitu," bujuk Rendra.
Melihat gerak gerik mencurigakan di belakang, Beni pun angkat suara. "Yang di belakang!" seru Beni.
"Jangan sampe bapak jalan ke sana ya, kalo ribut sekali lagi bapak samperin nih!" ancam Beni.
"Bintang Semesta," Rendra masih saja sibuk berbisik memanggil Bintang.
Grep!
Bintang pun mencubit bibir Rendra agar ia berhenti memanggil. "Bisa diem ga?" tanya Bintang.
".. Iya maap.." balas Rendra memelas.
Brak!
"YA ALLAH KAGET!" "ALLAHU AKBAR" satu kelas terkaget mendengar suara gebrakan meja oleh Beni.
"BAIK SEMUANYAAAA! WAKTU HABIS!" seru Beni dengan wajah ceria. Ia tak sabar untuk segera meninggalkan kelas dan jajan di kantin.
"Aduh belum jawab semua!" seru Rendra panik.
"Ayo cepet kumpulin soal sama jawabannya! Biar cepet bapak koreksi," ucap Beni beralasan biar terlihat selayaknya seorang guru–aslinya kan mau cabut ke kantin.
"Bintang, pliiisss tolongin gue!" melas Rendra saat melihat teman sebangkunya itu berdiri dari kursinya.
Semua murid pun berbondong-bondong bangkit dari kursinya dan menyerahkan kertas ulangannya. "Jadi ga jadi ayo dikumpulkan!" seru Beni kembali mengingatkan.
Karena tidak adanya belas kasihan dari sang kawan baik, Rendra pun terpaksa mengumpulkan kertas ulangan yang ia jawab seadanya.
[Ulangan] – selesai
***
BENI(awan) Additional Corner
mini sketch (2).jpg
***
Ndoro's note:
Judulnya Beniawan tapi yang berulah Rendra mulu yak. Maap ya rakyatku, semoga kedepannya Beni bisa lebih sengklek '3')~
KAMU SEDANG MEMBACA
BENI(awan)
Historia CortaSeorang Beniawan memiliki hidup yang tentram? Tentu saja tidak akan terwujud karena hari-hari seorang pemuda bernama Beni ini tidak ada habis perkaranya. . Kumpulan keseharian seorang pemuda bernama Beniawan Selo yang tidak pernah tenang. Bonus mini...