Motor

43 4 2
                                    


Nggeeng! Ngeeeng!

Suara bising dari motor meramaikan teras rumah Beni. Dengan keadaan yang cukup berantakan, Beni sepertinya tengah memperbaiki motor tuanya.

"Eh bang," panggil seorang lelaki dari dalam rumah.

Beni menghentikan kegiatannya dan menoleh ke belakang, "kenapa ndra?"

"Motor kenapa bang?" tanya rendra.

"Ganti oli doang, tumben lu nanya, ada apa nih? Mencurigakan banget dah,"

Rendra menaikkan alisnya dengan senyum penuh makna, "pinjem motor dong!"

"Tumbenan lu, biasanya juga sepedaan lu," Beni kembali melanjutkan kegiatannya mengganti oli.

"Mau ke rumah si Jupri, jauh bang!" Rendra mengeluh.

"Jupri jupri palalu! itu kan nama bapaknya!" Beni menasehati.

"Iye iyee.. mau ke rumah si Tatang nih bang,"

"Ooo iyauda nih pake," Beni membersihkan tangannya yang kotor di celana lusuhnya dan segera berdiri.

"Udahan tuh ganti olinya bang?" tanya Rendra.

"Udaah aman lah. Tua-tua gini juga masih mantap ni motor dipake mendaki gunung lewati lembah," Beni menyerahkan kunci motornya kepada Rendra.

"Okela bang, tengkyu. Ntar gua balikin kalo dah kelar," Rendra segera mengambil motor Beni dan menyalakannya dengan starter kaki–biasa motor tua.

"Assalamualaikum!" teriak Rendra sambil menancapkan gas motornya.

"Waalaikumsalam! Tiati lu!" balas Beni.

***

Brrmm! Teketer! Jgreg!

"Aduduh!" Rendra sedikit tersentak karena motor yang ia naiki mendadak mati.

Plak!

Rendra memukul pelan stang motornya dan berkata, "untung lu matinya pas gue dah sampe." Ia pun menepikan motornya dan turun dari motor.

"Jupri–eh! TATANG! TANG! TATANG!" teriak Rendra memanggil kawan dekatnya itu.

Tak kunjung keluar, Rendra sedikit emosi dan berteriak, "BINTANG WOI KELUAR LU!"

Brak!

Bintang pun keluar dari rumah dengan wajah kesal dan sebuah bola basket di tangannya. "WAN! lu manggil orang apa ngajak ribut sih? Heran gue!"

"Ya elu dipanggil baik-baik kaya budeg. Giliran diajak ribut nyahut aje lu!" sindir Rendra.

"Yaudala ayok! Ngebasket kan?" ajak Bintang sambil menutup pintu gerbang rumahnya.

"Yoiii!" Rendra mengikuti Bintang menjauh dari rumah.

"Eh! Eh!" Rendra menghentikan Bintang untuk melangkah lebih jauh. "Apaan sih?!" kesal Bintang yang merasa risih dipegang-pegang Rendra.

"Motor gua gimana? Ga dimasukin rumah lu dulu?" Rendra khawatir motornya akan dimaling orang.


"Elaaaah! Motor butut kek gini siapa yang mau maling sih! Aman kok aman!"

"Khawatir dikit napa, tar abang gua ngamuk klo ilang!"

"Gua serius, aman! Lagian lapangan deket sini juga masi keliatan ni motor!"

"Iyasih.."

"Nah kan, dahlah buru! Ntar lapangannya keburu dipake bocil-bocil sepedaan!" Bintang menyeret Rendra untuk segera ke lapangan.

BENI(awan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang