Selepas pulang mengajar hari ini, Beni melanjutkan harinya dengan tugas yang sangat penting.
"Pake bocor segala," Beni mengomel sambil menaiki tangga bambu untuk ke atas genteng.
Yap! Beni tengah membetulkan genteng rumah yang bocor.
"Hati-hati ya nak!" teriak Bu May dari teras rumah.
"Iya bukk!" sahut Beni.
"Ibu tinggal masak dulu yaa!" teriak Bu May.
"Okee bukk!" balas Beni. Kemudian Beni mulai sibuk membongkar genteng untuk mencari lokasi kebocoran.
"Assalamualaikumm!" Rendra terlihat baru sampai rumah dengan seragam sekolahnya.
"Ini tangga kenapa di tengah teras gini dah!" Rendra sedikit kesal karena tangga tersebut sedikit menghalangi jalan.
Rendra memegang tangga tersebut dan melihat ke atas. "Woi! Ada orang ga?!"
Krik! Krik!
Hening, tidak ada yang menyahut.
"Siapa si abis pake tangga ga dibalikin!" celetuk Rendra kemudian menidurkan tangga tersebut di pinggir teras agar tidak menghalangi jalan masuk.
Sementara Beni yang tengah fokus membenahi genteng tidak mengetahui apa yang terjadi di bawah sana.
"Kayanya di sini deh bocornya, longgar gini," ucap Beni dengan kesimpulannya.
"Aduh pake lupa bawa palu lagi," Beni pun hendak turun ke bawah untuk mengambil palu.
Tapi betapa terkejut dirinya karena tangga yang ia pakai tadi sudah tidak ada.
"LOH! LOH! Tangganya mana!" panik Beni saat melihat tidak ada tangga untuk dirinya turun.
Di tengah kepanikannya ini, kebetulan sekali terlihat pak Yono tukang sayur langganan melintas. Sepertinya ia hendak pulang karena dagangan hari ini sudah habis.
"PAK YONO!" panggil Beni.
Pak Yono yang merasa terpanggil pun menengok ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. "Pak Yono! Di atas sini pak!" Beni memanggil lagi.
"Loh! Mas Beni ngapain di atas sana?" tanya Pak Yono sedikit terkejut.
"Pak! Tolong pak! Ambilin tangga pak! Ada tangga ga pak di bawah sini?" Beni menunjuk ke arah bawah.
"Ada.. ada, sebentar ya mas!" Pak Yono pun menepikan gerobaknya di halaman rumah Beni dan membantu Beni untuk turun.
"Alhamdulillah, makasih ya pak! Untung Pak Yono lewat tadi," ucap Beni menepuk bahu Pak Yono.
"Sama-sama, mas. Lagian ngapain mas di atas ga pake tangga gitu! Bahaya tau mas!" omel Pak Yono.
"Saya lagi benerin genteng, pak! Tau tau tangganya ilang! Aneh banget sumpah ga boong!" cerita Beni.
"Waaah benerin genteng ya! Terus sekarang gimana? Gentengnya udah bener?" tanya Pak Yono.
"Belum sih pak, tadi tu mau turun ambil palu. Ini mau lanjut lagi abis ini," jawab Beni.
"Ooo yaudah mas, kebetulan saya tinggal pulang aja jadi lowong nih. Mau saya bantuin ga mas?" tanya Pak Yono.
"Wah! Boleh banget pak! Saya sangat terbantu!" seru Beni senang.
"Sebentar ya pak, saya ambil yang kurangnya dulu!" Beni pun segera menuju ke gudang belakang melalui celah samping rumah.
"Nah, ini sudah lengkap pak! Ayo kita naik!" ajak Beni.
"Ayo mas! Biar cepet selesai jadi hati tenang!" sahut Pak Yono.
Mereka berdua pun menaiki tangga bergiliran untuk sampai ke atas. Di atas, Beni sibuk menjelaskan situasi kebocoran dan bagaimana ia ingin membenahinya. Pak Yono sesekali memberikan masukan dan arahan agar genteng tidak bocor lagi.
Yang jelas mereka sibuk berdua dengan dunianya sendiri lah!
Lalu Rendra yang baru selesai mandi ini keluar dari rumah dan melihat tangga yang ia pindahkan balik ke tempatnya semula.
"What?!" kaget Rendra sok inggris.
"Kok tangganya balik lagi sih!" Rendra pun menyingkirkan tangga tersebut.
Setelah menaruh tangga, Rendra melihat gerobak sayur Pak Yono. "Kok gerobak sayur Pak Yono ada di sini? Lagi mampir kah?" Rendra mencari ke sekitar rumah tapi tidak menemukan keberadaan Pak Yono.
Rendra pun masuk ke dalam rumah mencari sang Ibu yang berada di ruang tengah sedang mengupas bawang.
"Kok ibuk sendiri? kirain lg ngerumpi ama pak yono" ucap Rendra kebingungan saat mendapati Ibunya seorang diri.
"Hah? Apa deh, dek! Pak yono gada ke sini kok dari tadi," jawab Bu May.
"Lah itu kenapa gerobak sayurnya Pak Yono ada di halaman rumah?" Rendra bertanya sambil menunjuk ke arah halaman rumah.
"Masa? Ibu gatau si" jawab Bu May setengah tidak peduli.
"Kalo abang kemana?" tanya Rendra.
"Lagi benerin genteng tuh. Tapi kok ga beres-beres ya..," heran Bu May.
"Hah? benerin genteng?" firasat rendra sedikit tidak enak.
"TOLOOOOONGG!" terdengar suara jeritan dari luar rumah.
"Kaya suaranya si abang, Bu!" seru Rendra.
"Lihatin dek si abang kenapa! Kalo perkara hidup dan mati panggil ibu ya! Kalo perkara sepele beresin aja dek, Ibu lagi nonton sinetron!" jelas Bu May.
Melihat Rendra tidak kunjung pergi, Bu May pun mengusir. "Buruan dekk! Lihatin si abang kenapa!"
"I-Iya buk!" Rendra pun lari ke halaman rumah.
"Ibbuuu! Tolooongg!" teriak Beni.
"Tolooongg huhuuu! Saya mau pulaaang," tangis Pak Yono.
Terlihat Beni dan Pak Yono yang berteriak meminta tolong di atas genteng.
Rendra yang sudah berada di luar pun melihat ke arah sumber suara yang berada di atas genteng. "Kok kalian bisa di atas sih?!" teriak Rendra.
"PAKE NANYA LAGI! ELU KAN YANG PINDAH-PINDAHIN TANGGA!" kesal Beni.
"E-engga kok..," jawaban Rendra tidak meyakinkan.
"BALIKIN TANGGANYA, RENDRA!" teriak Beni dan Pak Yono bersamaan membuat Rendra tersentak.
"E-eeeh iya iya!" Rendra dengan gelagapan mengembalikan tangga ke tempat semula agar Abangnya dan Pak Yono dapat turun dengan selamat.
[Tangga] – selesai
***
BENI(awan) Additional Corner
mini sketch.jpg
***
Ndoro's note:
Baginda lagi pengen berbagi cerita Beniawan yang short light kaya gini, gimana menurut kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
BENI(awan)
Short StorySeorang Beniawan memiliki hidup yang tentram? Tentu saja tidak akan terwujud karena hari-hari seorang pemuda bernama Beni ini tidak ada habis perkaranya. . Kumpulan keseharian seorang pemuda bernama Beniawan Selo yang tidak pernah tenang. Bonus mini...