|| Chapter #4 ||

21 3 0
                                    

masi ada yang setia nunggu?
luvv banyak' buat yang masi
♡´・ᴗ・'♡

Selamat Membaca

Ziona merogoh saku seragamnya yang berada di atas sebelah kiri untuk mengeluarkan satu permen batang. Dari mana gadis itu mendapatkannya? Yakni disaat ketika ia membolos dengan memanjat tembok belakang sekolah dan memutuskan untuk berdiam diri di tempat pedagang kaki lima yang menjual gorengan bahkan sudah terhitung lebih dari sepuluh gorengan ia makan, entah mengapa Ziona tergerak ingin pergi ke supermarket yang kebetulan tak jauh dari tempatnya berada.

Membeli dua permen batang hanya untuk sekadar memaniskan mulutnya dari banyaknya gorengan yang sudah ia makan. Dan permen yang ia keluarkan barusan merupakan satu dari dua permen batang yang ia beli.

Ziona berjalan perlahan mendekati Kean yang kini sudah membuka kedua matanya, menatap Ziona berdiri menjulang tinggi di atasnya. Kemudian gadis itu berjongkok, merebut sebatang rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengah laki-laki itu.

Tak ada ekspresi yang dapat menggambarkan apa yang dipikirkan Kean saat memperhatikan Ziona mematikan rokok tersebut dan membuangnya ke sembarang arah lalu membuka bungkusan permen batang, meraih salah satu tangan Kean agar menggenggam permen batang itu.

"Ga mau paru-paru lo jadi warna abu, kan?"

Tanpa ingin mendengar jawaban dari Kean, Ziona memutuskan untuk bangkit dan melenggang pergi. Diperhatikan nya gadis itu sampai menghilang dari pandangan, lalu beralih menatap permen batang yang berada di genggaman tangannya. Hingga terukir lah senyuman dari bibir laki-laki itu, Ziona... menciptakan gejolak aneh di dalam dirinya. Gejolak yang entah mengapa membuat nya semakin ingin mengetahui lebih dalam bagaimana sosok dari seorang Zionaviegar.

Kean memutuskan untuk bangun setelah mengulum permen batang di dalam mulutnya. Berjalan menuruni setiap anak tangga dengan santai. Tatapannya tertuju pada setiap langkahnya hingga suara dari seorang pria ditangkap oleh indra pendengaran nya. Hanya tinggal beberapa anak tangga lagi sampai kedua matanya bertemu dengan kedua mata Pak Tono, guru yang mengajar mata pelajaran Olahraga.

Namun, yang benar-benar menarik perhatian nya adalah Ziona, berada di hadapan pria berusia tiga puluh lima tahun itu.

"Nah! Kebetulan ada Kean, sini dulu coba. Bantuin Bapak sekali-sekali, jangan bisanya buat masalah terus." Kean mendengus, dan dengan ogah-ogahan menghampiri Pak Tono.

"Bapak mau minta tolong sama Ziona dan Kean boleh, kan? Jadi, di gudang ada banyak pot bunga yang kosong. Ada yang besar dan ada juga yang kecil, maka dari itu kalian berdua harus bagi tugas. Ziona bawa yang kecil dan Kean bawa yang besar! Bapak tunggu di sini." kedua murid laki-laki dan perempuan itu saling melirik, sedangkan Pak Tono hanya menampilkan cengiran.

Ziona menggerutu kesal, padahal tadi ia sudah berusaha untuk berpura-pura tidak mendengar panggilan Pak Tono akan tetapi ia tetap disuruh-suruh seperti ini. Kean merotasi kan kedua bola matanya lalu berbalik dan berjalan lebih dulu diikuti oleh Ziona di belakangnya dengan wajah tertekuk.

Menendang kerikil sembari berjalan hingga tiba di gudang sekolah. Pengap, gelap, kotor, dan juga banyak benda-benda yang berserakan.

"Pot bunganya mana, anjir?" tanya Ziona sembari menyingkirkan benda-benda yang berserakan menghalangi jalannya.

"Dicari, gunain mata lo." timpal Kean tanpa menatap ke arah Ziona.

"Repot banget harus dicari segala," gadis itu berdecak sembari berkacak pinggang dan berjalan lebih dalam, mencoba untuk menajamkan penglihatannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZIONAVIEGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang