Chapter 1: Tim Unit Kejahatan

186 7 0
                                    


Musik di headphone terus berlanjut hingga seluruh playlist hampir selesai, tapi masih belum ada tanda-tanda apa yang dilakukannya akan selesai.

Satu tangan memegang spatula dengan kuat dan mengetukkannya ke wajan beberapa kali sebelum menuangkan makanan ke dalam kotak makan siang yang sudah disiapkan. Sarapan hari ini adalah ayam tumis dengan kemangi. Makanan penahan kematian yang dipikirkan semua orang, dengan sambal merah serta tiga sayur rebus.

Setelah semuanya siap, dia mengambil kaos putih polos dan memakainya bersama hoodie untuk menutupi rambutnya. Dia memeriksa ponselnya dan memastikan jika musik masih diputar, lalu berjalan keluar dari rumahnya.

Halamannya ditumbuhi pohon-pohon besar dan rumah dikelilingi oleh pagar. Setelah menutup pagar, dia mencoba kembali membuka pagar untuk memastikan sudah terkunci, sebelum berbalik dan berjalan keluar.

Tujuannya pun tidak terlalu jauh, hanya lima ratus meter dari rumahnya, atau sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Begitu sampai, dia bisa merasakan kesejukan mengalir melalui dirinya, membuatnya merasa tenang. Semakin sering dia melihat hewan berkaki empat yang ditutupi bulu berwarna oranye, semakin baik perasaannya.

Satu tangan mengeluarkan sekantong makanan kucing, lalu membuka bungkusnya dan memberikannya kepada Som. Tak lama kemudian, bungkusan makanan itu habis, namun tangannya masih memegangi kepala dan perut kucing oranye itu.

"Oh, kau sudah sampai? Luang Phor ada di paviliun."

"Oh, biarkan aku bermain dengan Som dulu."

Setelah selesai bermain dengan Som, dia pergi menemui Luang Phor di paviliun sambil membawa makanan untuk dipersembahkan. Saat Luang Phor melihat makanan apa yang dibawanya, dia tersenyum puas.

"Senang sekali kau membawakan sambal merah. Aku sangat menyukai sambal buatanmu, Yom Kuea. Ini lebih enak daripada yang dijual di toko."

"Terima kasih." Orang yang dipuji menghela nafas kecil sebelum mendapatkan kembali ekspresi tenangnya.

"Apa kau tidak akan makan bersama?"

"Tidak, aku sudah makan." Sebenarnya dia belum makan apapun sejak pagi, bahkan dia tidak sempat untuk sekedar minum air putih. Begitu bangun, dia langsung memasak dan bergegas pergi kesini. "Luang Por, Hari ini, aku ingin memberitahumu bahwa aku akan mulai bekerja pada hari Senin."

"Benarkah? Pekerjaan apa yang kau lakukan?"

"Tim pengumpul bukti."

"Bagus sekali. Selamat."

"Terima kasih"

Kuea berumur dua puluh empat tahun. Tingginya seratus tujuh puluh tujuh. Dia baru saja lulus dari sekolah kepolisian dan diterima di dinas kepolisian setelah lulus ujian untuk dipekerjakan di Kantor Investigasi Khusus. Kuea telah bercita-cita menjadi seorang polisi sejak kecil. Meskipun citra polisi di era sekarang kurang bagus, tapi dia tetap ingin melakukannya.

Menjadi seorang polisi adalah impian bagi Kue dan seseorang yang penting baginya.

Setelah itu, pembicaraan beralih ke pekerjaan baru yang akan dimulai Kuea pada hari Senin. Setelah mendengarnya, Luang Phor terlihat jauh lebih bersemangat dari dirinya. Sementara itu, Kuea mengambil kotak bekal dan membawanya untuk dicuci di rumah. Namun, kalung yang dikenakannya tiba-tiba keluar dari kerahnya, sehingga membuat pembicaraan terhenti.

"Kau masih memakai kalung itu?"

"Krap."

Kuea buru-buru memasukkan kalung itu ke dalam kemejanya sebelum menundukkan kepalanya untuk menyelesaikan membereskan kotak makan siangnya. Percakapan seketika begitu hening sehingga terasa tidak nyaman.

PARTNER OF THE GHOST DETECTIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang