Pagi ini, Kuea datang bekerja dengan naik bus seperti biasa. Karena Mathee mengambil cuti untuk mengantar Luang Por ke acara di tempat lain, Kuea terpaksa naik bus sendiri. Sesampainya di kantor, dia hampir terlambat dan tidak sempat membeli kopi, tapi saat sampai di meja kerja, dia melihat ada kopi dan kertas catatan yang sudah tersedia. Kuea mengambil kertas catatan dan membaca, ternyata yang membawakan kopi adalah Pimm.
"Pimm membelikanmu kopi. Aku sangat iri," kata Non, yang duduk di meja sebelah, sambil melirik seolah sedang menggoda.
"Sepertinya karena urusan pekerjaan," jawab Kuea.
"Semua orang di kantor berusaha mendekati Pimm, tapi Pimm tidak terlihat tertarik pada siapapun. Tidak tahu apa karena dia berkencan dengan Kapten Techin atau tidak."
Sebelumnya, Kuea tidak pernah memikirkan hal itu, tapi setelah Non menyebutkannya, dia mulai berpikir bahwa mungkin saja begitu. Kapten Techin dan Pimm terlihat sangat akrab, jadi mungkin saja mereka lebih dari sekadar rekan kerja.
Kuea hendak menelpon meja Pimm tapi berpikir lebih baik mengucapkan terima kasih secara langsung. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke ruang kerja tim kejahatan satu yang saat ini sedang sangat sibuk.
"Oh, Kuea. Aku baru saja mau menelponmu."
Pimm menyapa sebelum menarik lengan Kuea dan menarik kursi agar Kuea bisa duduk. Meja Pimm terletak di samping meja Kapten Tetsin, sehingga Kuea duduk dekat dengan Kapten. Pria itu hanya melirik sebentar, tapi tatapan itu membuat Kuea terkejut.
"Um, Phi Pimm, aku ingin mengucapkan terima kasih atas kopi yang sudah kau beli."
"Tak masalah. Aku malah ingin berterima kasih atas bantuanmu mengenai Phi Toey. Tapi, saat ini ada hal lain yang ingin kulakukan," kata Pimm sambil menatap Kuea dengan mata penuh harapan, seolah meminta bantuan.
"Ada apa?"
"Aku ingin bantuan untuk mendeskripsikan ciri-ciri wanita yang mengikuti Teoy. Nanti Shogun akan membantu menggambar sketsanya."
"Baik."
Shogun yang duduk di samping memanggil Kuea, jadi ia pun memindahkan kursi untuk duduk di samping Shogun. Setelah menjauh dari Techin, ia merasa lebih lega.
"Ini pertama kalinya aku harus menggambar sketsa seperti ini."
"Tapi kau juga pernah melihatnya, bukan?"
"Jangan bicarakan itu, Kuea. Hanya melihat sekilas saja sudah membuatku gila. Kalau dilihat dari deskripsimu, mungkin bisa jadi lebih parah," kata Shogun sambil berbicara dengan nada dramatis hingga Kuea tidak bisa menahan tawa.
Kuea mulai menggambarkan semua ciri-ciri yang ia ingat. Namun, masalahnya adalah Kuea melihat wanita itu dalam keadaan berantakan, jadi sulit untuk dibandingkan dengan database. Setelah selesai menggambarkan, Shogun mulai menggambar sketsa, dan Kuea merasa ini adalah yang paling mendekati. Kemudian gambar itu dicetak dan diperlihatkan kepada semua orang.
"Menurut ku, ini yang paling mendekati. Tapi ada satu hal lagi yang bisa menjadi ciri khas, yaitu wanita itu memakai baju warna oranye, celana pendek hitam, rambut pendek, dan kemungkinan usianya tidak lebih dari dua puluh tahun. Aku rasa saat wanita itu meninggal, dia kemungkinan masih memakai pakaian yang sama karena biasanya seperti itu," kata Kuea sesuai dengan apa yang ia tahu dan berpikir tidak ada yang salah.
"Ketika meninggal, mungkin juga lehernya patah, karena lehernya menempel di bahu Teoy," kata Shogun sebelum semua orang terdiam dan berhenti melakukan aktivitas. "Apa ini terlalu menakutkan? Maafkan ku."
"Tidak masalah. Semakin banyak informasi, semakin baik," kata Techin sambil menatap Kuea. "Ada yang ingin ditambahkan?"
"Tidak ada. Aku pamit dulu," jawab Kuea.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER OF THE GHOST DETECTIVE
Misteri / ThrillerINI ADALAH TERJEMAHAN RESMI - NON COMMERCIAL dari Novel Thailand yang berjudul sama, karya Peachess Bellini . Banyak kematian aneh yang membuat polisi seperti Inspektur Techin tidak bisa mengikutinya, tapi yang lebih aneh lagi, kenapa dia selalu ber...