Chapter 3: Tidak ada kebetulan

89 7 0
                                    


Hari ini, Kuea masih bangun pagi dan menjalankan rutinitas hariannya seperti biasa, meskipun semalam dia tidak bisa tidur nyenyak. Penyebabnya adalah karena hari ini adalah hari pertama kerjanya. Dia tidur sejak pukul sembilan malam dan bangun lagi sekitar tengah malam, Dia hanya tidur beberapa jam saja. Ini adalah awal hari baru yang sangat buruk.

Kuea berdiri di depan cermin sambil menata seragam dengan rasa tidak percaya diri. Kalung hitam yang terbuat dari anyaman dengan liontin perak dan gading terlihat keluar dari bajunya. Kuea meletakkan tangan di dada dengan liontin di tengah-tengahnya. Dia menutup mata dan berdoa semoga semuanya berjalan dengan baik sebelum menyembunyikannya kembali ke dalam bajunya. Dibutuhkan hampir sepuluh menit untuk turun dari lantai dua, dan ketika dia turun ke lantai bawah, dia melihat paman sedang memasak.

"Oh, kenapa keponakan paman begitu tampan? Ayo, biarkan paman lihat lebih dekat!"

Ketika Kuea mendekati pamannya, dia diputar seperti mainan hingga Kuea mulai merasa pusing.

"Benar-benar tampan, keponakan paman!"

"Terima kasih, Paman."

"Mari makan, Paman sudah menyiapkan makanan."

"Aku tidak terlalu lapar."

"Makanlah, hari pertama kerja harus makan."

Kuea tidak pernah mendengar kepercayaan bahwa harus makan sebelum bekerja pada hari pertama. Tapi mungkin Paman memaksa agar dia makan karena ingin Kuea makan dan karena dia memasak makanan yang disukai Kuea.

"Hari ini Paman akan mengantarkanmu ke tempat kerja."

"Tidak usah, aku bisa pergi sendiri. Nanti Paman terlambat mengajar."

"Tidak apa-apa, kalau pergi sekarang, lalu lintas tidak terlalu padat." Akhirnya Kuea harus menyerah dan membiarkan Paman mengantarnya ke tempat kerja. Namun, ketika mereka keluar, di jalan besar, Kuea melihat wanita yang terlibat kecelakaan kemarin berdiri di pinggir jalan. Kuea hanya melirik tanpa menghiraukan, karena nanti keluarga wanita itu pasti akan datang untuk membawa roh wanita itu, dan itu bukan urusan Kuea.

Sepanjang perjalanan, Kuea hanya melihat ke luar sambil mendengarkan Paman bernyanyi. Ketika tiba di tempat kerja, Paman memberikan doa agar Kuea bisa bekerja dengan lancar sebelum masuk.

Begitu keluar, Kuea berdiri dan menatap gedung putih di depannya selama beberapa saat.

Jadi, inilah tempat kerja Kuea untuk waktu yang lama. Kuea masuk ke dalam gedung untuk melapor sebelum ada atasan yang membawanya ke ruang kerja. Unit pengumpulan barang bukti akan turun ke lapangan untuk mengumpulkan barang bukti kasus, termasuk sidik jari dan jejak kaki di tempat kejadian. Barang-barang tersebut disimpan hingga kadaluarsa atau mungkin disimpan selamanya, dan kemudian dicatat dalam sistem. Artinya, jika ada kejadian apapun, Kuea akan turun ke lapangan setiap kali. Untuk berpakaian, dia bisa menggunakan polo shirt, kemeja yang sopan, jaket dan celana panjang yang nyaman untuk turun ke lapangan. Selain itu, unit juga menyediakan rompi untuk dipakai saat turun ke lapangan. Kuea merasa senang mengetahui hal ini karena dia tidak suka mengenakan seragam yang membuatnya merasa tidak nyaman dan memakan waktu lama untuk berpakaian.

Di unit pengumpulan barang bukti ada empat orang, dengan satu kepala tim dan dua anggota senior. Kuea bergabung sebagai anggota keempat, setelah anggota sebelumnya pindah ke tempat lain, dan Kuea adalah anggota termuda dalam tim.

"Aku Boss, kepala tim. Kau bisa memanggilku Phi Boss seperti yang lain." Kepala tim terlihat berusia sekitar tiga puluhan, tidak terlalu tinggi dan agak gemuk, tapi terlihat sangat ramah. Karena dia adalah orang yang memulai percakapan terlebih dahulu meskipun Kuea adalah orang yang jarang berbicara dan hampir tidak pernah memulai percakapan. Memiliki kepala tim yang ramah seperti ini pasti akan menciptakan suasana kerja yang sangat baik.

PARTNER OF THE GHOST DETECTIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang