Chapter 5: Insiden Ketiga

136 9 1
                                    


Lokasi kejadian kali ini tidak jauh dari kantor, dan tidak perlu diberitahu dimana tepatnya karena begitu masuk area, mereka langsung melihat kerumunan orang hingga harus meminta ruang untuk menerobos masuk.

Kejadian ini terjadi di depan sebuah kuil, di mana korban ditemukan di sebuah mobil dan duduk di kursi pengemudi. Ekspresi wajahnya terkejut, matanya melotot lebar, mulut terbuka lebar, tubuh kaku, dan tangannya mengerut ke dalam. Tubuhnya pucat sekali.

Sekarang, jelas kenapa tim kriminal satu harus datang ke lokasi. Kondisi kematian korban sama persis dengan Rinalda dan Manoj.

"Inspektur, aku rasa ini tidak biasa," bahkan Sorn pun merasa kasus ini aneh.

"Jika ada yang harus dilakukan, tolong beri perintah."Pim mendekat dan berbicara dengan pelan. Kedua anggota tim lainnya setuju, tampaknya mereka harus menyelidiki kasus ini dengan serius, bukan hanya menyelidiki diam-diam sendiri.

Techin kemudian berbicara dengan orang yang pertama kali menemukan korban. Penemunya adalah seorang sopir taksi yang mengendarai mobil di belakang mobil korban. Tiba-tiba, mobil korban berhenti mendadak, membuat sopir taksi menabrak bagian belakangnya. Ketika turun dari mobil untuk berbicara, dia menemukan bahwa pengemudi sudah berada dalam kondisi seperti itu. Setelah ini, mereka harus memeriksa rekaman kamera dashcam dan saksi lain yang melihat kejadian.

Setelah diperiksa, korban bernama Yot, berusia 40 tahun. Ini adalah satu-satunya informasi yang diketahui dari kartu identitasnya, karena keluarganya belum tiba di lokasi kejadian.

Techin kembali melihat tempat kejadian dan melihat bahwa tim forensik sudah berada di sana, termasuk anak itu. Ini akan menjadi pertama kalinya dia melihat anak itu bekerja. Meskipun anak itu belum sepenuhnya terampil, setiap kali kepala tim memintanya melakukan sesuatu, dia langsung melakukannya. Dia terlihat lambat, tapi sebenarnya lincah dan cekatan.

Techin berdiri mengamati anak itu yang sedang mengambil foto TKP dan mengumpulkan bukti yang diperlukan. Namun, tiba-tiba anak itu berdiri diam menatap mayat selama hampir satu menit sebelum menghela napas. Techin mulai mendekatinya, tapi anak itu berjalan ke arahnya.

"Kau..." Techin hendak berbicara dengannya, tapi anak itu justru berjalan melewatinya dan mendekati kerumunan orang.

"Kau berani mengabaikanku seperti ini, hah? Dasar anak sialan."

"Apa semua orang di sini ada di tempat kejadian sebelum polisi datang?" Anak itu bertanya kepada orang-orang di kerumunan, dan semua orang saling bertukar pandang canggung tapi kemudian mengangguk.

"Ada yang mengambil cincin milik korban?"

"Apa yang sedang kau lakukan?" Techin segera menarik lengan anak itu untuk membawanya keluar, tapi anak itu malah menepisnya dengan dingin. Techin berusaha menghentikannya karena pertanyaan seperti itu bisa menuduh orang lain tanpa bukti.

"Ada yang mengambilnya? Jika ada, tolong kembalikan." Karena tidak bisa mencegahnya, Techin memutuskan untuk membantu. Dia mencoba melihat tangan semua orang, ada tiga orang yang memakai cincin.

Yang pertama adalah seorang wanita paruh baya yang memakai cincin emas yang terlihat sesak di jarinya. Yang kedua adalah seorang remaja pria yang memakai cincin fashion. Yang ketiga adalah seorang pria paruh baya yang memakai cincin emas kecil yang terlihat ketat di jarinya. Itu mungkin tidak mencurigakan, kecuali pria itu menghindari tatapannya.

"Ada yang melihat cincin milik korban?" Techin berbicara. Kali ini polisi dan petugas lainnya yang berada di lokasi mulai menatapnya dan anak itu. "Boleh aku periksa?"

Techin menatap pria tua itu sambil berbicara. Merasa tertekan, pria itu akhirnya mengulurkan tangannya. Cincin itu adalah cincin emas kecil dengan permata di tengahnya, mirip dengan cincin milik seorang wanita.

PARTNER OF THE GHOST DETECTIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang