Part 4

247 35 4
                                    

*Di kantin rumah sakit

"YAAAAA PARK CHAEYOUNG! Lo utang cerita sama kita" Omel Seulgi.

Akhirnya Chaeyoung menceritakan semuanya, dari pertama kali menyelamatkan Jennie dari kecelakaan, kisah Jennie, sampai kenapa akhirnya ia menikahi Jennie.

"Terus rencana lo kedepannya apa chaeng? walaupun lo bilang lo terpaksa nikahin Jennie, tapi pernikahan lo sungguhan dan sah dimata agama dan hukum, jadi gue harap lo bertanggung jawab atas janji suci yang udah lo ucapkan itu" Ucap Limario

"Gue akan belajar jadi suami dan ayah yang baik untuk Jennie dan anaknya, gue juga akan belajar mencintai Jennie. Gue mau pernikahan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup gue, terlepas bagaimana cara kami bertemu, mungkin ini jalan yang Tuhan pilihkan untuk gue bertemu jodoh gue" Jawab Chaeyoung sambil tersenyum memandangi cicin yang tersemat di jari manisnya.

"Gue doain semoga pernikahan lo langgeng dan selalu disertai kebahagiaan. Inget chaeng lo punya kita, kalau ada apa apa lo bisa cerita sama kita" Ucap Wendy.

"Makasih yaa guys, gue sangat bersyukur punya sahabat seperti kalian"

...

Saat ini Chaeyoung sudah kembali ke ruang rawat Jennie. Hanya tinggal mereka berdua saja, teman teman Chaeyoung semuanya sudah pamit untuk pulang. Awalnya mereka masih saling diam, merasa canggung satu sama lain

"Bagiamana keadaan kamu Jen? apa ada yang sakit?" Tanya Chaeyoung, memecahkan keheningan diantara mereka.

"Tidak ada Oppa, aku baik baik saja" Jawab Jennie dengan senyum tipis

"Apa..." Ucapan Chaeyoung terhenti saat tiba tiba pintu terbuka, seorang suster masuk sambil mendorong box bayi dan terlihat ada bayi mungil yang sudah mengeluarkan rengekan kecilnya.

"Selamat malam Nyonya...Tuan. Nyonya sudah makan?" Tanya suster lembut

"Sudah Sus"

Suster itupun mengangguk lalu menekan tombol brangkar Jennie agar posisi Jennie berubah sedikit duduk.

"Sekarang waktunya baby-nya minum susu. Mari saya bantu nyonya" Dengan pelan suster itu memindahkan si bayi ke gendongan Jennie.

"Memang sedikit susah untuk bayi yang baru lahir, nyonya bisa bantu arahkan mulut baby ke nipple nyonya" Ucap suster itu, Jennie mengangguk dan mengikuti arahan suster. Dengan lembut Jennie mengarahkan mulut anaknya ke nipple-nya, bayi mungil itupun dengan lahap menghisap nipple sang mommy dan mulai menikmati ASI-nya.

"Diawal memang masih sedikit keluar ASI-nya, itu tidak masalah yang terpenting nyonya tetap rutin memberikan ASI kepada baby, dan jangan lupa minum susu dan vitaminnya disertai makan makanan yang bergizi. Tuan juga bisa membantu nyonya untuk merangsang ASI, dengan memijat pelan payudara nyonya" Jelas suster, Jennie dan Chaeyoung mengangguk. Suster itu pun pamit dan keluar meninggalkan ruangan Jennie.

Jennie menatap wajah bayinya yang masih menyusu itu, matanya berkaca kaca, sebersit rasa bersalah muncul di hatinya karena sempat membenci bayi yang tak berdosa ini.

"Apa kau sudah memiliki nama untuknya?" Tanya Chaeyoung,  tangannya mengelus pipi bayi mungil yang ada digendongan istrinya.

Jennie menggeleng pelan, masih menatap bayinya

"Apa kau keberatan jika aku yang memberi nama untuk putri cantik kita?" Tanya Chaeyoung hati hati.

"Aku tidak keberatan, aku juga belum menyiapkan nama untuknya" Jawab Jennie

"Aku memberinya nama, Seanna Park. Seanna artinya anak perempuan hadiah dari Tuhan, dan karena dia anakku aku memberinya margaku, Park"  Chaeyoung mencium pipi putrinya yang sudah selesai menyusu itu.

Jennie merapihkan bajunya sembari menggeser duduknya lalu menarik tangan Chaeyoung agar duduk di dekatnya. Chaeyoung menuruti, dia duduk dan langsung mendekap keluarga kecilnya itu. Jennie menyandarkan kepalanya di dada Chaeyoung.

"Oppa...Terima kasih sudah menolongku dan Terima kasih sudah mau menerima aku dan Seanna di hidupmu"

"Mulai sekarang kalian tanggung jawabku, aku akan berusaha menjaga dan membahagiakan kalian" Senyum Chaeyoung melihat Jennie yang menatapnya.

"Aku cuman punya kamu dan Seanna di hidup aku, tolong jangan tinggalkan aku" Jennie menangis, seketika bayangan masa lalunya kembali berputar di pikirannya.

"Tidak akan. Sesuai janji yang aku ucapkan di hadapan Tuhan saat menikahimu, aku akan selalu bersamamu dalam keadaan apapun. Kamu milikku dan aku milikmu, sampai kapanpun akan terus begitu, hanya Tuhan yang bisa memisahkan kita" ucap Chaeyoung sambil mencium pucuk kepala Jennie.

Jennie masih menangis, tapi kali ini dia menangis bahagia. Dia bersyukur karena dipertemukan dengan Chaeyoung, sosok yang dengan suka rela mengulurkan tangannya, membantunya bangkit dari kegelapan dan mengisi kembali kekosongan jiwanya. Dia berdoa kepada Tuhan, semoga Chaeyoung menjadi kebahagiaannya yang abadi

Saving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang