Happy Reading 💙
Aktif vote dan comment ya guys! Karena keaktifan kalian bentuk semangat buat aku melanjutkan part² berikutnya
***
Sejak menjadi mahasiswa dan kebetulan lulus di kampus yang sama. Sultan sengaja membeli satu unit rumah di sebuah kawasan elit yang kini dihuni Agra dan semua teman-teman Leander-nya.
Alasannya karena Sultan ingin memberikan kenyamanan untuk anaknya itu. Dengan kondisi Agra yang lupa, dia percaya bersama teman-temannya Agra akan merasa jauh lebih baik.
Rumah yang terbilang cukup besar, karena memiliki 5 kamar, ruang tamu yang lengkap dengan TV dan sofa, dapur yang cukup luas beserta perlengkapan memasak dan 2 kamar mandi yang berada di lantai 1. Semuanya sudah disediakan bahkan sebelum mereka tinggal. Sultan bermaksud memberi kenyamanan pada semua anak laki-laki itu. Lagi-lagi bermaksud memanjakan dengan fasilitas yang lengkap.
Tapi kericuhan tetap saja terjadi. Rumah elit itu seketika berubah menjadi kosan para anak laki-laki yang jauh dari kata aman dan tentram.
Agra baru sampai sekitar 5 menit yang lalu. Dia bahkan baru memotret asal kamar tidurnya saat sesuatu membuatnya terpaksa membuat story lebih sering. Dia bahkan baru duduk di depan meja belajar, tapi suara Nevan dari depan membuat ketenangan itu seketika hilang.
"Ke bawah, ada yang mau dibahas." Wajah serius Nevan saat itu dan cara cowok itu yang langsung pergi setelahnya membuat kening Agra berkerut. Dia jadi sangat penasaran apa yang kali ini jadi masalah di rumah mereka ini.
Sebentar dia membawa kepalanya untuk mengingat. Mana tahu kali ini dia yang menjadi tersangka. Lupa mencuci piring atau sebagainya. Tapi tidak, hari ini bukan jadwal tugasnya.
Alasan itu membuat Agra seketika saja lebih percaya diri. Berjalan ke luar kamar dan melangkah dengan santai hingga sampai di ruang tengah. Tempat di mana kini sudah berkumpul Sakha, Jagad, Ojan dan Nevan.
Ada tempat kosong di samping Ojan. Namun Agra memilih duduk di samping Jagad. Meski lupa, Agra sadar, dalam hal seperti ini dia harus menghindari orang seperti Ojan. Kapasitas otak Ojan yang rendah membuat Agra tidak tahan jika nanti banyak ditanya-tanya.
"Langsung aja, kayak biasa, kalo gue udah minta kita semua ngumpul di sini. Berarti udah terlalu banyak aturan yang dilanggar." Nevan memulai. Memang kalau urusan begini cowok itu jagonya. Dalam hal bersikap sok bijak dan pintar, pokoknya Nevan tidak ada lawan.
"Dua hari yang lalu Sakha ngeluh karena lo, Gad."
"Lah kok gue? Emang gue salah apa, Ka?" Jagad mendadak tidak terima, kepalanya menoleh ke samping kanan. Di mana Sakha tengah duduk di sofa single.
"Lo dengerin dulu. Nanti lo sanggah kalo udah waktunya," lontar Nevan. Membuat Jagad diam dan semua fokus kembali padanya.
"Lo ada masak mie instan tengah malam, kan?"
"Ya ada, gue kan bareng lo, Van."
"Kenapa setelah itu lo nggak langsung cuci wajannya? Padahal itu udah ada diaturan kita, siapa pun yang kebetulan masak tengah malam dan ngotorin wajan. Harus nyuci wajannya langsung karena mana tau ada yang mau pakek paginya. Kebetulan kemarin Sakha mau pakek buat bikin sarapan."
"Itu tugas lo, Van. Kemarin sesuai kesepakatan gue yang masak lo yang cuci bekas wajannya." Tepat setelah alasan masuk akal itu Jagad lontarkan, semua mata menatap tajam pada Nevan.
Mendadak Nevan merasa harus mencari pembelaan.
"Lah gue nggak jadi makan. Terakhir gue kasih lagi sama lo karena mantan gue tiba-tiba nelepon," ucap Nevan penuh semangat seolah kalimat yang keluar dari mulutnya patut dibanggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Setelah Luka (Garis Luka 2)
Teen Fiction"Lo apa mungkin suka sama gue?" "Hm?" respons Zeta spontan. Detik setelahnya dia menjadi diam. "Lo nggak suka gue, kan?" kata Agra lagi. "Ha?" Masih dalam situasi terkejut membuat Zeta hanya bisa merespons seperti itu. "Kalo lo suka bilang aja bi...