03. Sombong

5.9K 904 1.3K
                                    


Happy Reading 💙

Minimal tembusin komentar 1,2k dan vote 650 aja buat next part guys!










***

Seharian Zeta tidak enak badan, kemarin dia begadang sampai jam 3 pagi dengan membiarkan perut tetap kosong. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa sekarang tubuhnya terasa tidak bertenaga.

"Ini berarti tinggal gue lanjutin dari bagian yang lo tandain ya?"

Zeta mengangguk, lantas menyodorkan flashdisk pada cowok yang menjadi lawan bicaranya itu.

"Bahannya udah gue cari, udah gue jadiin satu folder. Lo tinggal rangkum aja." Saat cowok itu mengambil flashdisk dari tangannya. Zeta menambahkan, "Maaf ya, gue jadi ngerepotin lo gini."

Cowok yang berstatus teman satu unit Zeta itu tersenyum. Namanya Adrian Riki, ketua kelas sekaligus komting untuk angkatan mereka. Anaknya baik sekaligus bertanggung jawab, suka membantu yang tanpa melihat orang. Itu kenapa satu angkatan mereka setuju menunjuk cowok itu sebagai perwakilan mereka semua.

"Nggak masalah, kemarin-kemarin gue udah nyuruh buat bagi rata tugasnya. Lo aja yang terlalu baik mau ngambil bagian lebih banyak. Sekarang jadi sakit, kan?" Adrian tersenyum manis lagi. Matanya menatap dalam Zeta yang berapa kali mengatur napas karena flu yang sudah mengganggu.

"Ya udah lo masuk, istirahat biar besok bisa ngampus."

"Lo pergi dulu, biar gue masuk setelah ngeliat lo pergi."

"Kenapa gitu?"

"Gue nggak enak tadi lo udah nunggu lama di sini. Masa sekarang gue tinggal pergi duluan."

Adrian tertawa pelan. "Ya udah, habis gue pergi lo langsung masuk ya. Jangan sampe udara luar bikin lo makin sakit."

Zeta masih diam di tempatnya meski motor Adrian sudah pergi dari pandangannya. Membuat gadis itu terlihat seperti masih memperhatikan, padahal yang dilakukan sedang memahami kondisi tubuhnya.

Flu, sedikit batuk, penciuman yang berkurang dan kepala yang mulai pusing. Kondisi ini membuat dia sangat kesusahan padahal banyak tugas yang belum selesai.

"Udah nggak keliatan kali. Lo mau merhatiin sampe kapan?"

Untungnya indra pendengarannya masih berfungsi dengan jelas. Jadi suara itu membuat tubuh Zeta refleks berbalik.

Dia tidak tahu sejak kapan Agra sudah ada di depan pagar. Tampak sangat santai bersandar pada besi dengan tangan dilipat di bawah dada.

Pasti sedang menunggu Jihan seperti biasa.

Zeta tidak ingin menjawab, lantas memilih pergi yang harus berhenti karena cowok itu kembali bersuara.

"Siapa lo? Pacar?"

Zeta menggeleng pelan, matanya yang panas dan hidung yang sumbat membuatnya sangat tidak nyaman.

"Bukan, temen satu unit."

Setelah mengatakan berapa kata itu Zeta memilih langsung pergi.

Kebetulan berpapasan dengan Jihan yang baru keluar hendak berjalan ke depan pagar. Zeta melambaikan tangan singkat yang dibalas Jihan dengan melakukan hal serupa. Kemudian sama-sama berlalu.

Agra yang memperhatikan jadi merasa seperti dejavu yang terus berulang-ulang. Dia selalu berdiri di posisi sekarang. Entah baru pulang dari kampus atau ingin pergi ke suatu tempat. Zeta akan melewatinya begitu saja. Seakan gadis itu memang menganggap mereka tidak saling kenal.

Cerita Setelah Luka (Garis Luka 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang