Melodie : 33

6.9K 925 454
                                    

Alessia menatap birai yang menjadi kenangan antara dirinya dan suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alessia menatap birai yang menjadi kenangan antara dirinya dan suaminya. Foto pernikahannya dengan pria yang paling di cintainya. Roderick sangat mencintainya dan juga putri mereka satu-satunya. Meski jarak memisahkan. Tidak membuat komunikasi mereka terputus. Roderick selalu menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan vidio. Hanya untuk menatap wajahnya dan putri mereka walau sekejap. Dia dan Aloisia selalu menjemput di stasiun dengan rutin.
Begitu Roderick pulang. Rumahnya selalu di penuhi canda dan tawa suami dan putrinya itu.

Setelah kelahiran Aloisia. Roderick di angkat menjadi kepala kepolisian. Sejak itu mereka menganggap kehadiran putri mereka adalah sebuah keberuntungan yang tak akan pernah pupus.

Sejak Roderick menjadi kepala kepolisian. Pria itu menceritakan banyak hal. Tak jarang orang-orang melakukan suap untuk membebaskan diri dan memanipulasi kasus. Hukum di Italia ini lemah. Maraknya perkumpulan kriminal yang di Mafia. Membuat negara itu tidak 100% aman untuk berlindung di kuasa hukum.

"Kau pernah bercerita saat kau bersusah payah untuk menangkap kaki tangan Mafia. Butuh waktu berbulan-bulan. Dan itupun yang tertangkap tidak banyak. Kau bilang mereka sangat berbahaya. Jadi kau berusaha keras untuk itu. Kau terlibat dalam urusan mereka. Bahkan sekarang putri mu juga terlibat. Dia benar-benar mengikuti jejak mu Roderick." Genangan air mata. Membuat aliran di pipi Alessia.

"Bukan kaki tangan. Tapi bossnya! Putri kita terlibat dengan pemimpinnya! Aku harus apa Roderick? Keturunan mafia itu menginginkan putri kita. Dengan apa aku harus melindunginya? Apa yang harus ku lakukan demi membuat putri kita hidup aman? Jika aku membawanya melarikan diri, dia masih akan terus mengejar. Jika aku membunuhnya. Sama aja dengan menyerahkan nyawa Alosia pada mereka. Aku harus apa Roderick?! Aku harus apa?! Aku tidak ingin putri kita celaka. Aku tidak ingin dia menjadi bagian daru perkumpulan penjahat!"

Alessia menarik rambutnya frustasi. Langkah pertama yang dia ambil. Akan menjadi hasilnya. Ia harus berhati-hati dan memikirkan lebih dalam agar berhasil. Hatinya sakit melihat putrinya menjadi pemuas nafsu dari keturunan penjahat itu.

Tiada henti, ketika Ia melewati kamar Aloisia. Terdengar suara desahan. Kernyitan ranjang dan juga tamparan terdengar begitu Alessia menempelkan organ pendengarnya pada daun pintu.

"Kau juga selalu memuji detektif lulusan akademi Della Verità Per La Guistizia bukan?! Lihat sekarang! Mereka menyerahkan putri mu ke tangan musuh dengan begitu mudahnya. Mengorbankan nyawanya. Menukarnya sambil berpikir satu nyawa tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan seribu nyawa! Lihat itu! Lihat! Orang-orang menjijikan yang selalu di anggap pahlawan itu mengorbankan putri kita untuk menyelamatkan dunia!"

Seorang ibu tak akan pernah membiarkan putrinya dalam bahaya. Alessia harus mencari cara yang akurat. Secepatnya, dia dan Aloisia harus pergi.

"Selama ini aku tidak ingin meninggalkan Turin apalagi Italia. Karena kota dan negeri ini begitu berarti. Tapi sekarang. Jangankan Italia, jika harus pindah ke planet lain pun. Aku akan lakukan apapun demi Aloisia, demi Anne kita Roderick. Bahkan jika aku harus mati."

Melo-die [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang