Tidak ada yang berani mendekati Jennie, sedari tadi wanita berpipi mandu itu duduk di bangku paling belakang ruang balairung. Rose saja bingung, karena disaat anggota yang lain bertanya tidak ada jawaban yang di terima dan keluar dari mulut Jennie.
Mereka semua akhirnya memilih untuk memberikan Jennie waktu untuk sendiri. Tak ada yang mendekatinya dan membiarkan Jennie dengan pikiran juga lamunannya.
"Rojeh, seperti biasa ini dari Lisa" ujar Harley yang memberikan totebag hitam berisikan makanan, pada Rose.
"Makasih ya" balas Rose, lalu wanita berambut blonde itu berjalan menaiki anak tangga menuju tempat duduk Jennie.
Perlahan Rose mendudukkan dirinya di samping Jennie yang kini, tengah menundukkan kepalanya.
"Ini ada titipan dari pacar lo, lo makan ya" ucap Rose pada Jennie yang langsung mengangkat kepalanya, ketika mendengar kata pacar yang terdengar jelas di pendengarannya.
"Makasih" hanya itu yang keluar dari mulut Jennie, lalu setelahnya wanita berpipi mandu itu kembali menundukkan kepalanya dan tak lama, suara isak tangis terdengar.
Rose panik, ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Lalu matanya beradu pandang dengan Irene yang langsung berlari mendekat kearahnya.
"Biar gue aja, lo telepon Lisa sekarang" bisik Irene pada Rose.
Rose menganggukkan kepalanya, lalu ia mengambil ponselnya sambil berjalan menjauh dari Irene dan Jennie. Tapi sebelum itu, ia mendekati Archie yang tengah berbincang dengan Freen dan membisikkan suatu hal.
"Guys, kita istirahat dulu ya 30 menit dari sekarang. Cepet yuk keluar yuk, kalian laper kan?" ucap Archie, setelah paham apa yang di minta oleh Rose.
"Okei siap, Chie"
Setelah semua anggota himpunan keluar, kini hanya tersisa Jennie dan Irene. Keduanya saling diam, namun perlahan Irene memeluk tubuh mungil Jennie dan membiarkan wanita berpipi mandu itu menangis di pelukannya.
"Keluarin semuanya, gue gak tau alasan lo seperti ini. Tapi, lebih baik lo keluarkan apa yang sedang lo rasakan sekarang, jangan di pendam itu hanya akan semakin membuat lo merasa sesak"
Cukup lama Jennie menangis, mungkin hampir sekitar 10 menit. Sebelum akhirnya wanita bermata seperti kucing itu menatap Irene dengan sendu dan juga isak tangisnya, masih sedikit terdengar.
"Lisa hikss~" satu kata yang keluar dari mulut Jennie dan Irene sudah bisa menebak, kenapa Jennie bisa menjadi seperti ini.
"Ada apa, kenapa lo bisa sampai kayak gini?"
"Ini karena gue yang hikss~ gak nurut sama Lisa, Rene" lirih Jennie.
"Dia kayaknya udah capek deh Rene sama gue, dia berubah Rene, dia bahkan gak mau anter gue tadi, dia malah menyuruh sahabatnya buat antar jemput gue ke kampus, dia lebih memilih latihan tennisnya daripada gue Rene, dia seperti bukan Lisa yang gue kenal selama ini" tambah Jennie yang kini, kembali menteskan air matanya.
Irene hanya diam sambil menenangkan Jennie yang kembali menangis, usapan lembutnya memang tidak akan terasa seperti usapan penuh kasih sayang dari Lisa. Tapi, ia harap usapannya bisa menenangkan sahabatnya itu.
"Rene, telepon gue gak di angat. Gue udah telepon dia hampir 10 kali tapi gak ada satu pun yang di angkat" bisik Rose dan Irene pun memejamkan matanya.
"Jen lo makan dulu ya, siapa tau nantinya pas lo selesai makan Lisa datang ke sini"
"Dia gak bakal datang Rene, gue gak mau makan buat lo aja" malas Jennie.
Wanita berpipi mandu itu melepas pelukannya dari Irene. Kemudian notif pesan di ponselnya terdengar berbunyi beberapa kali, membuat Jennie segera melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Lisayaang🤍
'So Hee kembali memberikan makanan dan minuman padaku, kali ini aku memakannya bersama coach Hwang seperti apa yang kamu minta semalam padaku untuk memakan makanan pemberiannya'Jennie meremas ponselnya dengan kencang, ia tidak menyukai situasi seperti ini. Lisa nya tidak boleh memakan makanan dari orang lain, ia menyesal sudah mengatakan suatu hal yang seharusnya tidak ia katakan pada kekasihnya.
"Irene, tolong antar gue ke tempat latihan Lisa. Gue mohon, lo bisa kan antar gue ke sana?"
=============
Lisa menyimpan ponselnya, ketika pesan yang di ketiknya sudah terkirim beberapa menit yang lalu ke sang kekasih. Jujur saja, sebenarnya Lisa tidak ingin mengirim pesan seperti itu pada Jennie. Tapi, ia rasa ia harus bersikap tegas juga jujur pada kekasihnya dan memberikan sinyal jika dirinya tengah di dekati oleh wanita lain.
"Apa coach pernah mengalami patah hati?" tanya Lisa pada coach Hwang yang tengah meluruskan kakinya, sambil menatap beberapa orang yang sedang melakukan set pertandingan.
"Eum, sepertinya pernah sekali atau dua kali. Memangnya kenapa? Apa kamu tengah mengalaminya saat ini?"
Hwang menoleh pada salah satu anak didiknya yang baru 2 hari ini mengikuti latihan, ia tersenyum saat Lisa diam tak menjawab pertanyaannya.
"Bukan ke patah hatinya si coach, tapi lebih ke merasa tidak di hargai oleh orang yang kita sayang"
"Memangnya kamu merasa tidak dihargai seperti apa? Ceritakan saja, siapa tau coach bisa membantumu"
Lisa menghela nafasnya, lalu ia mengambil minuman berenergi yang di berikan oleh So Hee, melalui salah satu teman baru di tempat latihan tennis ini dan di minumnya hingga setengah.
"Dia selalu sibuk dengan organisasinya, bahkan dia lebih memprioritaskan himpunannya di bandingkan dengan hubungan kita yang hampir berjalan 2 tahun. Saya bahkan sangat mencintainya coach, 4 tahun bersama dan kemudian saya menyatakan perasaan saya kepadanya. Kita selalu bersama pada saat itu, sebelum akhirnya dia lebih memilih organisasinya seperti sekarang"
Hwang memberhentikan makannya, ini memang tantangan yang akan di hadapi ketika salah satu dari pasangan adalah seorang anak organisasi. Mereka sudah pasti diajarkan tentang manajemen waktu, tapi untuk membagi waktu organisasi dengan pacaran saja mereka belum tentu bisa.
Dan pastinya salah satu dari mereka harus mengalah, merasa hubungan yang mereka jalani selama ini tidak ada kemajuannya dan malah harus berdebat setiap harinya, karena dari mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama, seperti biasanya.
"Lalu bagaimana hubungan kalian sekarang? Apa tetap berjalan seperti biasa atau dari kamu sudah merasa lelah dengan hubungan yang kamu jalani?"
"Saya terlalu mencintainya coach, bahkan sulit bagi saya untuk melepaskannya begitu saja. Mungkin nantinya disaat saya sudah benar-benar merasa lelah dengan hubungan ini, maka saya akan melepaskannya. Dia dan saya sama-sama berhak mendapatkan, apa yang seharusnya kita berdua dapatkan. Karena dalam hubungan tidak mungkin hanya berjalan dari salah satu pihak, kita butuh feedback dan juga berhak untuk merasakan kasih sayang juga cinta dari pasangan"
"Kamu benar, hubungan itu berjalan karena adanya kedua belah pihak yang saling memberikan kasih sayang juga cinta yang setara, jangan di paksa jika hanya kamu yang berjalan sendiri dalam hubungan ini. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik, tidak mudah tapi saya rasa kamu bisa memikirkan terlebih dahulu, mau dibawa kemana sebenarnya hubungan kalian berdua ini"
Lisa menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan sang pelatih. Lalu ia sedikit memutar tubuhnya kebelakang dan saat itu juga ia melihat sneakers putih di hadapannya, mata hazelnya terpaku ketika melihat mata kucing milik sang kekasih yang sudah berkaca-kaca menahan tangis.
"Apa Lisa sudah lelah menjalani hubungan bersama Jennie?"
==TBC==
Nah kan nah looh, ternyata Jennie nya denger tuh gaes
Kiraa-kiraa Jennie nguping pas di bagian mana nihh temen-temen??
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding You, Holding Me
Short StoryIntinya tentang Jennie yang sibuk dengan organisasinya dan Lisa yang sibuk dengan latihan tennis nyaa