Pagi harinya, Jennie bangun lebih dulu. Ia tersenyum melihat Lisa masih tertidur nyenyak di sampingnya, wajahnya yang damai membuat Jennie merasa lega dan bersyukur. Jennie mengelus pipi Lisa dengan lembut, tak ingin membangunkannya.
Ada perasaan hangat yang memenuhi hatinya, seperti semua masalah mereka bisa diatasi dengan hanya tetap bersama. Ketika Lisa akhirnya terbangun, ia melihat Jennie yang sedang memandangnya dengan senyuman manis.
"Pagi sayang" sapa Lisa dengan suara serak akibat baru bangun tidur.
"Pagi, boo" balas Jennie lembut, mendekat untuk mencium pipi Lisa. "Gimana tidurmu?"
Lisa tersenyum, merasa bahagia karena Jennie sudah ada di sampingnya saat ia membuka mata. "Nyenyak, dan kamu?"
"Sama. Aku senang bisa tidur dalam pelukanmu," Jennie berkata manja, menyandarkan kepalanya di bahu Lisa.
"Aku nggak mau jauh-jauh dari kamu lagi, Lisa."
Lisa hanya bisa tertawa kecil sambil mengusap punggung Jennie. Perubahan sikap Jennie yang lebih manja dan perhatian dari sebelumnya membuat hati Lisa hangat, merasa keinginan dan kebutuhannya selama ini akhirnya diperhatikan dan terpenuhi.
Mereka menghabiskan pagi itu dengan sarapan bersama, menikmati momen intim yang sederhana tanpa terganggu oleh kesibukan Jennie yang biasanya menyita waktu mereka.
Namun, di tengah kebahagiaan itu, Lisa merasakan perasaan aneh muncul di hatinya. Sesuatu yang membuatnya merasa sedikit tidak tenang.
Perubahan Jennie yang tiba-tiba ini memang membuatnya senang, tetapi ia juga bertanya-tanya, apakah perubahan ini benar-benar tulus dan bisa bertahan lama? Ataukah Jennie hanya melakukannya untuk menebus kesalahannya sementara saja?
Kemudian siangnya, saat Jennie sedang mandi, ponsel Jennie tiba-tiba saja berbunyi. Lisa tidak bermaksud untuk mengintip, tetapi melihat nama Rowoon yang muncul di layar membuat hatinya kembali dirundung keraguan.
Lisa ingat kejadian beberapa waktu lalu ketika ia melihat Jennie bersama Rowoon di kampus, dan meski Jennie bersikeras bahwa mereka hanya teman, Lisa tidak bisa menghilangkan perasaan cemburu yang sempat muncul kala itu.
Pesan dari Rowoon muncul di layar, 'Jennie, ada waktu buat ngobrol sebentar nanti? Aku butuh bantuan soal acara organisasi'
Perasaan ragu dan takut kembali menggerogoti Lisa. Apakah Jennie benar-benar telah berubah, ataukah ia masih menyimpan sesuatu yang belum ia ceritakan? Apakah Rowoon hanya teman biasa, atau ada sesuatu yang lebih di antara mereka? Lisa mencoba menepis pikiran itu, tetapi bayangan tentang Jennie dan Rowoon terus menghantuinya sepanjang hari.
Setelah Jennie keluar dari kamar mandi, ia mendekati Lisa dengan senyum lebar, namun Lisa merasa ada yang mengganjal. Jennie menyadari perubahan raut wajah Lisa dan bertanya dengan cemas, “Kenapa, Lisa? Ada yang salah?”
Lisa hanya menggelengkan kepala, mencoba tersenyum untuk menutupi kegelisahannya. “Nggak, aku cuma kepikiran aja.”
“Kepikiran apa?” Jennie bertanya sambil memegang tangan Lisa.
Lisa terdiam sejenak, kemudian berkata, “Aku hanya berharap kita bisa tetap seperti ini. Bahwa kamu benar-benar akan selalu ada untuk aku.”
Jennie memeluk Lisa dengan erat, sambil menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Lisa, “Jennie akan selalu ada untuk Lisa. Jennie janji.”
Mendengar janji Jennie, Lisa berusaha menenangkan hatinya. Namun, perasaan ragu itu masih ada, menggantung seperti awan kelabu yang mengancam kebahagiaan mereka. Lisa berharap semuanya akan baik-baik saja, tetapi ia tahu bahwa kehadiran Rowoon bisa menjadi ujian besar bagi hubungan mereka.
Tak lama dari itu, dering ponsel Jennie berbunyi dan dengan cepat Jennie menerima telepon dari Rowoon, setelahnya mereka berbicara sebentar di ruang tamu, sementara Lisa berusaha sibuk dengan kegiatannya sendiri di kamar. Namun, telinganya tetap memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Jennie.
Jennie tertawa kecil saat berbicara, tetapi saat ia menyadari Lisa memperhatikannya, Jennie langsung mengakhiri percakapan dengan cepat dan kembali ke kamar.
“Aku janji nggak akan lama-lama ngobrol sama dia lagi, ya?” Jennie berkata dengan nada manja, berusaha menenangkan Lisa.
Lisa hanya bisa mengangguk jujur ia sudah lelah jika harus menghadapi situasi yang akhirnya hanya akan membuatnya kecewa, bahkan di dalam hatinya, keraguan itu semakin tumbuh. Ia mencintai Jennie, tetapi ia tidak bisa mengabaikan perasaannya yang terluka dan cemburu.
Lisa tahu ia harus menghadapi ini dengan jujur jika ingin hubungan mereka tetap bertahan, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya untuk berbicara tanpa menimbulkan konflik baru.
==============
Ketika langit sudah berubah menjadi gelap dan keduanya memutuskan untuk berada di dalam kamar, mereka tengah tertidur dalam pelukan satu sama lain, akan tetapi lagi dan lagi perasaan tidak nyaman terus menghantui Lisa.
Tapi di sisi lain, Jennie semakin lengket dan tidak mau jauh dari Lisa, membuat Lisa merasa tersanjung tetapi sekaligus takut bahwa Jennie melakukan ini hanya karena rasa bersalah, bukan karena perubahan yang tulus.
"Lisa kenapa hari ini Lisa lebih banyak diam, tidak seperti biasanya?" tanya Jennie sambil menatap Lisa dalam.
"Tidak apa, hanya lelah saja" balas Lisa seadanya.
"Apa Lisa sakit? Kenapa Lisa tidak memberitahu Jennie?" wanita berpipi mandu terlihat sangat panik.
"Hanya sedikit pusing, lebih baik kita tidur sekarang" ujar Lisa yang hanya ingin menutupi rasa cemas bahkan ragunya terhadap wanita cantik di depannya ini.
Apakah cinta mereka cukup kuat untuk melewati badai ini? Ataukah kehadiran Rowoon akan menghancurkan kepercayaan yang sudah rapuh di antara mereka? Satu hal yang pasti, baik Jennie maupun Lisa harus berjuang lebih keras untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan ini, atau mereka mungkin akan kehilangan satu sama lain untuk selamanya.
==TBC==
Nah loh Jen Lisa nya makin ragu nih
Ciee ada mas Rowoon nanti ketua mix combo sama mba So Hee deh biar makin seruu hehehe, ya kan sobat??
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding You, Holding Me
Short StoryIntinya tentang Jennie yang sibuk dengan organisasinya dan Lisa yang sibuk dengan latihan tennis nyaa