1000 Tahun Lamanya;

112 17 1
                                    

    Hampir 2 minggu setelah MPLS, kelas belajar mengajar sudah berlangsung, meskipun kebanyakan dari mata pelajaran hanya membahas seputar kesepakatan kelas, tapi ada beberapa guru yang sudah membagi tugas pertama. Kelas Sena merupakan kelas eksklusif yang berisi anak-anak pilihan yang digadang-gadang akan dipindah menjadi kelas akselerasi, sehingga sangat memungkinkan jika mereka semua akan lulus dalam dua tahun mendatang, dan sangat memungkinkan jika beberapa siswa sudah menjabat sebagai general leader di beberapa ekskul tersohor di SMA nya.

    Meski Rena dan Sena sekelas, mereka jarang bersama, Rena dengan kesibukan memulai ekskul padusnya dan dia ikut ekskul olim biologi. Tak jarang juga keduanya sering berdua menghabiskan waktu di perpustakaan untuk saling membantu satu sama lain, memang berbeda sistem kelas aksel dengan kelas reguler sehingga mereka cukup terburu-buru dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan.

    Rena acap kali bersinggungan dengan Sena akhir-akhir ini, 'first impression' Rena akan Sena berubah total, yang semula Sena adalah anak yang pendiam dan keren, ternyata dia adalah manusia paling konyol dan sangat menyebalkan, dan poin bonusnya dia sangat kerasa kepala. Beberapa kali Sena menyinggung Rena, meski hanya lewat obrolan singkat, menurut Rena itu sangat menyakitkan. Beberapa kali juga Rena mengeluh atas perkataan Sena kepada sahabatnya Desha, tapi Desha hanya mengelus lengannya,

    "bukannya emang Sena gitu? dia kan emang ceplas-ceplos orangnya, ya emang sih keliatan keren gitu tapi mana tau dia suka ngelawak", Rena sedikit kecewa akan opini Desha, tapi mau bagaimana pun Sena juga tidak peduli jika Rena beberapa kali mengingatkan untuk tidak terlalu banyak berbicara kasar.

    Hari ini, Rena sedang tidak di dalam moodnya, hal ini juga yang membuat beberapa teman barunya sedikit tahu tentang habit seorang Rena yang tidak mau diganggu kalau dia tidak dalam mood yang baik. Memang itu adalah basic manner semua orang jika melihat orang yang tidak berada di dalam kondisi yang bagus adalah respect dengan keadaannya. Tapi, ada baiknya jika 'seseorang' itu juga mengerti dan tidak menggabungkan masalahnya di rumah dan di sekolah, itu sah karena manusia juga perlu saling toleransi terhadap perasaan manusia lain.

    Menurut Sena, Rena yang seperti ini adalah Rena yang tidak ingin sekali Sena dekati, bahkan berlaku konyol di depan Rena pun tidak ada gunanya. Sena memilih menghindari Rena dan berkumpul dengan Meta dan Helen, mereka semua juga respect terhadap keadaan Rena yang 'mungkin' ingin sendiri.

    Sena berjalan menuju kantin dengan harapan bang Jo masih buka, karena dia sangat kelaparan. Meninggalkan kelas bahkan saat kelas sedang berlangsung bukan hal asing bagi Sena, karena apapun yang terjadi otak nya tidak akan berjalan jika perutnya tidak terisi. Sena bersenandung kecil dan berjalan lewat depan toilet, tangisan seseorang terdengar dari arah luar, sebenarnya pun Sena tidak perduli siapa dan mengapa dia menangis, tapi setelah dia menajamkan pendengaran nya, Sena tahu siapa pemililk suara serak dengan batuk kecil kala tersedak air liur ini, suara itu milik Rena. Sependek ingatan Sena, memang Rena belum kembali dari toilet setelah jam istirahat pertama berlangsung, Sena tidak berpikir selama itu Rena berada di toilet.

    Pikir Sena, Rena akan kembali setelah ini sehingga Sena meninggalkan area toilet tanpa menegur seseorang di dalam sana. Anggap saja Sena tidak peduli, tapi yang sebenarnya terjadi dia tidak tahu bagaimana menghadapi seseorang yang sedang menangis seperti itu, dia bahkan tidak tahu bagaimana mengekspresikan rasa sedih, kecewa, dan suka sesuai dengan keadaan, yang dia tau mengekspresikan rasa adalah dengan marah-marah, itu adalah kelemahan Sena yang banyak orang tidak tahu, tentu sebenarnya Sena juga belum menyadari jika dia juga tidak tahu kalau dia kesusahan dalam mengekspresikan rasanya.

    Hampir 30 menit Sena berada di kantin dan akan beranjak dari sana, otomatis dia akan melewati area toilet sekolah yang paling dekat jaraknya dengan kelasnya. Berharap Rena sudah tenang dan kembali ke kelasnya, faktanya dia masih mendengar dengung tangisan Rena yang masih ada, entah apa pikiran orang-orang diluar sana, Sena jengah, entah apa yang membuat dia mengetuk pintu toilet Rena berada,

;half breathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang