5.

277 25 1
                                    

"Boruto, boleh temani aku sebentar ke supermarket?" Sarada tersenyum, dia ikut duduk disamping Boruto, suaminya.

Pria bersurai kuning itu menaruh gulungan-gulungan ninja yang dia pegang ke atas meja.

"Biar aku saja yang pergi, kau mau pesan apa?"

Sekarang sudah malam dan hujan juga sedang turun. Boruto tak mau Saradanya sakit lagi.

"Emm, aku ingin makan es krim lima," ujar Sarada dengan cengiran lebarnya.

"Tapi itu tidak baik dengan cuaca dingin seperti ini sayang." Boruto menatap Sarada khawatir.

"Ayolah! Tiga es krim saja kalau begitu," rengek Sarada, dia mengalungkan tangannya di lengan Boruto.

"Tidak."

"Dua es krim?"

Boruto menangkup kedua pipi mulus Sarada sambil membelainya pelan, "Tidak juga untuk saat ini. Sayang, kau sedang mengandung dan empat hari yang lalu kau baru saja keluar dari rumah sakit."

Sarada menatap tepat di kedua mata Boruto, jelas raut khawatir terpampang disana.

"Baiklah, aku minta maaf" lirih Sarada pelan. Dia mungkin sedikit egois hingga hampir membuat Suaminya itu khawatir 24 jam.

"Tak apa, sebagai gantinya aku akan memasakkan yang spesial untukmu," ujarnya. Sarada bersorak senang membuat senyuman tipis Boruto terbit.

                                     ***

Boruto masih sibuk berkutat dengan bahan-bahan dapur, ditemani bumil kesayangannya yang sedang duduk manis di kursi meja makan bersama satu bunshinnya yang duduk tepat dihadapan Sarada.

Bunshin Boruto menopang kedua pipinya, menatap sang Nona Uzumaki intens sambil tersenyum manis. Lama dia menatap Sarada, sampai wanita bermata onyx itu jadi salah tingkah dibuatnya.

"Hei! Kenapa menatapku terus?!" Tegur Sarada bertanya kesal, rona merah dipipi menghiasi wajah cantiknya.

"Tidak ada salahnya menatap istri sendiri 'kan?" Bunshin Boruto bertanya balik.

"Aku hanya menyuruhmu untuk menjaga istriku, bukan untuk menggodanya" peringat Boruto asli seraya menatap tajam bunshinnya.

"Aku juga itu Boruto jika kau lupa," balas bunshin Boruto tersenyum remeh.

"Tetap saja, Sarada dia cuman istriku seorang!" Tegas Boruto.

Bunshinnya memandang kesal kearahnya. "Omong kosong, dia juga itu istriku!"

Sarada menghela nafas tak habis pikir dengan kelakuan dua Boruto itu, wajahnya bahkan sudah memerah bak tomat kesukaan ayahnya.

"Kau yang bunshin harusnya diam saja, karena Boruto asli itu adalah aku!"

"Cih, memangnya ka---"

𝑃𝑢𝑓𝑓

Pria bermata shappire itu menghela nafas, dia cukup kesal dengan bunshinnya itu.

"Kau itu bagaimana, 𝑠𝑖ℎ. Dengan bunshin sendiri saja bertengkar" protes Sarada masih dengan wajah yang memerah.

"Habisnya dia itu menyebalkan. Sudah tau kalau aku suamimu masih saja menggoda istri orang" tutur Boruto mendengus kasar.

Sarada menepuk jidatnya, "Ya ampun, itu dirimu sendiri Boruto!"

"Beda sayang, dia itu bunshin bukan Boruto asli."

"Ya, ya baiklah. Terserahmu saja," balas Sarada tak mau ambil pusing.

"Dan akan selalu seperti itu" Boruto tersenyum senang sambil mencubit gemas pipi berisi Istrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BoruSara Week 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang