[END] Semua Aku Dirayakan | Markhyuck

2.2

Aksa letakkan handphonenya kembali sebab lihat pria matang di hadapannya ini menatapnya dengan penuh tanda tanya, kemudian ia terkekeh lalu mengangkat alis sebagai gestur bertanya kenapa Arlan menatapnya demikian.

"Sibuk banget, ngapain sih?" Nada ketus itu buat Aksa terkekeh, dasar tuan pecemburu!

"Adik kamu, si Willa nanya kemana kok gak sampai-sampai. Dia bilang ada mau nunjukkin sesuatu ke aku."

"Apa?"

"Gak tau, katanya rahasia."

Arlan memberut, tidak setuju dengan kedekatan sang adik juga laki-laki yang ia cintai ini.

"Bisa gak sih, kamu gak usah jadi guru les piano dia itu?" Dengusan di akhir kalimat itu buat Aksa terkekeh, tenggak minumannya yang sisa setengah lalu topang dagu gunakan satu tangannya– tatap Arlan sambil tersenyum.

"Kenapa sih, sama adik sendiri kok cemburuan banget."

"Iyalah, soalnya kamu tuh deket banget sama dia, Willa juga kayak nempel banget sama kamu."

Lucu, nada bicaranya persis seperti anak kecil yang merajuk, mengingatkan kembali bahwa.. sebenarnya siapa yang tua di antara mereka ini? Memang umur hanyalah angka belaka.

"Ya wajar, kan aku kakak iparnya." Jawab Aksa sambil tersenyum menggoda, tau bagaimana caranya buat Arlan diam sampai tersipu malu begini.

"Jangan gitu, kamu di ajak nikah gak mau!" Arlan mendengus, bibirnya mencebik lucu sebelum kembali masukan pancake ke dalam mulutnya.

"Bukan gak mau, kan belum."

Senyum tipis pada bibir berisi Aksa belum juga luntur, masalah goda menggoda seperti ini sudah sering ia lakukan, bukan karena menganggap remeh perasaan Arlan, tapi ia juga tahu bahwa Arlan suka dengan candaan yang dirinya lontarkan.

Aksa jadi ingat bagaimana sering kalinya Arlan mengajaknya untuk menikah, tapi Aksa tentu saja menolak dengan halus, bukan.. bukan karena masih trauma, tapi Aksa memang tak ingin terburu-buru.

Masih ingin nikmati bagaimana euforia mereka disaat belum punyai hubungan yang pasti ini.

Indah, layaknya remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.