2.10

1K 128 28
                                    

Play song; Nadin Amizah - Seperti Takdir Kita Yang Tulis.

Selama dua tahun terakhir ini, baru kali ini Aksa berpikir sampai larut malam begini— lagi. Pikirannya kalut, takut akan momok paling menyeramkan dalam hidupnya kembali lagi. Aksa takut.. patah hati lagi.

Jika memang benar ia berhak bahagia, jika memang benar Arlan orangnya, tapi kenapa Tuhan seakan mempermainkannya begini?

Dulu Air, lalu sekarang Arlan?

Kenapa? Hanya itu pertanyaan yang ia pikirkan sampai larut malam begini.

Biasanya kalau Aksa sedang dalam keadaan berisik di kepala, Arlan akan jadi satu-satunya yang menenangkan, tapi malam ini Aksa peluk semua berisik di kepalanya sendirian.

Dihubungi pun sulit, jadi Aksa putuskan untuk tidur di apartemen milik Arlan yang ia pilih sebagai tempatnya pulang.

Aksa benci, benci ketika harus merasakan kembali bagaimana sesaknya di kecewakan, terlebih dengan cara yang persis sekali.. diselingkuhi, meskipun Aksa sendiri tidak tahu apakah berita di sosial media itu benar atau tidaknya, Aksa sudah takut lebih dulu.. karena ia pun sudah rasakan bagaimana sakitnya dikhianati.

Sesaknya perlahan menjalar sampai ia kesulitan untuk sekedar bernafas.. begitupun mata yang ikut andil suarakan bahwa si empunya tengah merasa gundah.

Isak tangisnya kemudian lolos begitu saja..

"Jangan.. jangan lagi." Lirihnya sebelum benar-benar jatuh tertidur.

- - -

"Selamat pagi, Saa."

Sapaan dari seseorang yang ia hapal di luar kepala bagaikan mimpi baginya, Aksa mengernyitkan alis lalu usap matanya pelan. Ah, benar.. orang ini memang benar ada di sampingnya, tersenyum seperti tidak pernah melakukan kesalahan apapun sebelumnya, atau mungkin dia tak menyadarinya.

"Tau dari mana aku disini?"

"Papi." Jawabnya, Aksa tak beri respon berlebih, lebih memilih untuk beranjak dari tempat tidur untuk mencuci muka, tinggal Arlan yang diam-diam pasang raut wajah takut-takut miliknya.

Selagi Aksa di dalam kamar mandi, Arlan kini beraksi, ia keluarkan buket bunga besar yang memang sudah ia siapkan ketika pulang ke apartemen miliknya ini. Jadi ketika Aksa keluar, Arlan sudah berdiri dengan buket besar bersamanya.

"Forgive me, please." Katanya hati-hati, dia juga tak tega melihat bagaimana sembab nya wajah Aksa ketika bangun tidur pagi ini.

Arlan yakin kalau Aksa semalam begitu takut akan trauma ya ia alami karena mantan kekasihnya itu, karena itu Arlan tak berani lama-lama menyiapkan ini semua.

"Gak mau.." Lirik Aksa, bibirnya sudah mencebik lalu perlahan berhambur ke dalam pelukan Arlan.

"Jahat, jahat banget. Siapa? Dia siapa?" Katanya teredam di balik leher Arlan, Aksa menangis dipelukannya.

"Rekan kerja, ini bunga nya gak mau kamu ambil?"

Pukulan jelas Arlan dapatkan, orang lagi nangis kenapa juga di suruh ambil bunga dulu sih?!

"Kenapa gak ngabarin! Aku takut."

"Takut aku tinggalin?" Arlan mendunduk ketika bertanya soal itu, dan ketika Aksa mengangguk sebagai jawabannya, Arlan tertawa.

[END] Semua Aku Dirayakan | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang