O6

305 55 8
                                    

"Aku tidak akan pernah berubah baik di masa ini dan di masa yang akan datang, karenanya aku mohon untuk selalu bersamaku, Jisung. Hanya dirimu yang menghargai aku, hanya dirimu yang melihat ku sebagai orang yang bernilai," ucap Jaemin dengan tatapan sedihnya.

Selama ini orang-orang tidak pernah menghargai dirinya bahkan untuk bersuara saja tidak ada yang mau mendengar dirinya. Orang tua Jaemin juga sama, mereka terlalu sibuk mencari-cari kekurangan Jaemin agar dia menjadi sosok yang patuh dan sempurna. Segala usaha yang selalu Jaemin berikan hanya dianggap sebagai hal tak berguna termasuk dengan dirinya yang bermain piano.

Menurut kedua orang tuanya bermain piano hanya suatu pekerjaan yang remeh, mereka mengganggap Jaemin terlalu malas untuk belajar sehingga melarikan diri dengan alasan belajar bermain piano. Mereka berpikir untuk apa terlalu menekuni hal tidak berguna seperti itu.

Bahkan saat Jaemin mengikuti kompetisi bermain piano nasional kedua orang tuanya hanya mencemooh. Padahal saat itu Jaemin adalah pemenangnya, Jaemin sama sekali tidak mempermalukan siapapun tapi nyatanya tidak ada yang menghargai hal itu, orang-orang lebih senang saat melihat siswa yang memenangkan olimpiade matematika daripada dirinya. Saat itu Jaemin tahu bahwa tidak ada seorangpun yang akan memahami ataupun menghargai pencapaian yang dia dapatkan.

Setelah kejadian itu Jaemin sama sekali tidak pernah menyentuh piano lagi, dia kehilangan semangat untuk menunjukkan keahliannya. Tapi Jisung berhasil memberikan dirinya semangat baru, jemarinya yang kaku kini kembali menekan tuts piano dengan lincah.

"Kenapa Jaemin begitu rendah diri? Padahal Jaemin tadi sangat keren, Jaemin seharusnya percaya diri bahwa Jaemin layak dihargai oleh seluruh orang." Ucap Jisung dengan senyum lembut, dia mengelus tangan Jaemin yang masih berada di atas tuts piano.

"Tidak akan ada yang peduli Jisung, karena aku sama sekali tidak berkembang. Aku hanya orang yang tidak berguna," ucap Jaemin, dia ingat perkataan kedua orang tuanya yang selalu membandingkan dirinya dengan teman sebayanya yang memiliki prestasi. Jaemin masih ingat seluruh cemoohan orang yang mengatakan generasi keluarga Na yang kali ini sangatlah tidak berguna dan tidak memiliki bakat yang bisa dikembangkan.

Padahal Jaemin memiliki bakat hanya saja tidak ada seorangpun yang mendukung bakatnya itu.

Jisung tersenyum lembut sekali lagi, mengelus kepala Jaemin dengan lembut dan penuh kasih, dia menatap dalam manik putus asa milik Jaemin.

"Jaemin! Dengarkan Jisung ya, jika Jaemin membandingkan diri dengan seseorang yang berada di atas Jaemin maka yang akan Jaemin rasakan adalah rendah hati, Jaemin akan berpikir bahwa Jaemin sama sekali tidak berharga." Ucap Jisung, dia memeluk Jaemin memberikan kehangatan.

"Lalu, Jika Jaemin membandingkan diri dengan seseorang yang berada di bawah Jaemin maka yang akan Jaemin dapatkan adalah rasa sombong dan Jaemin akan mulai mengganggap semua hal itu remeh."

"Tapi jika Jaemin membandingkan diri dengan keadaan Jaemin di masa lalu maka Jaemin akan menyadari apakah Jaemin berkembang atau tidak, jadi jangan pernah terbebani dengan orang lain karena yang tahu tentang diri Jaemin adalah Jaemin sendiri," ucap Jisung masih dengan suara lembutnya.

Jaemin tertohok mendengar ucapan lembut Jisung, dia mulai berpikir seandainya dia tetap kekeuh untuk menjadi seorang pemain piano akankah dia terkenal? Akankah keluarganya membuka mata dan menyadari nilainya?

"Kalau begitu bisakah aku tetap bermain piano dan menunjukkan pada semua orang bahwa aku adalah orang yang berharga?" Tanya Jaemin.

"Tentu, Jaemin memang harus bersemangat seperti ini! Jisung akan mendukung Jaemin sampai akhir!"

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang