pemikiran konyol

10K 33 0
                                    

Seperti menjalin sebuah kesepakatan yang tidak pernah aku setujui secara langsung, Liya mulai menjadikan cara anehnya dalam memuaskan nafsuku seperti di kamar mandi kemarin menjadi sebuah rutinitas kami sebelum tidur.

Setiap malam, Liya dengan sengaja menggodaku, membangkitkan nafsuku, memberikanku handjob yang begitu nikmat, hanya untuk kemudian dia gagalkan di momen puncak yang harusnya bisa aku nikmati sepenuhnya.

Saking seringnya, beberapa kali bahkan aku sempat menolak. Karena di satu sisi, aku merasa amat frustasi dengan caranya yang selalu menggagalkan kenikmatan ejakulasiku.

Namun di sisi lain, ada bagian dalam diriku yang ikut bangkit tergoda dengan sikapnya yang tidak lagi malu-malu, serta merasa semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya menjadi motivasi Liya untuk melakukan hal ini.

Perlahan-lahan pula, aku secara tidak sadar mulai menikmati tindakannya dalam mengontrol dan mempermainkan hasrat seksualku.

Tapi meskipun begitu, dampak yang aku rasakan cukup membuatku sedikit keheranan. Karena semenjak Liya melakukan hal ini pula, tidurku menjadi lebih nyenyak dan aku selalu merasa bugar ketika bangunnya.

Seperti yang kurasakan pagi ini.

Bangun karena suara dari alarm handphone, aku kemudian menoleh ke arah samping, mendapati kalau Liya ternyata sudah tak lagi berada dikasur.

Pandanganku segera kualihkan ke seisi ruangan hingga aku menyadari kalau cuaca diluar sana sedang mendung.

Aku kemudian bangkit dari tempat tidur, merasakan udara pagi yang dingin bertambah semakin dingin karena cuaca. Aku menoleh ke arah kamar Tasha dan melihat putri kecilku itu masihlah pulas dengan tidurnya.

Namun aku tak menemukan keberadaan Liya.

"Kemana, Mi?" tulisku di pesan yang segera aku kirimkan ke istriku.

Selang tak berapa lama, Liya membalas, "Lagi di Mang Dedi, Bi! Belanja buat sarapan. Ini udah mau pulang!"

"Oke hati-hati sayang!" balasku berpesan.

Setelah mengetahui keberadaan Liya, aku pun memutuskan untuk ingin segera beranjak mandi karena aku akan pergi bekerja. Namun saat aku mengambil handuk di kamar, aku mendengar gemuruh hujan turun dengan sangat lebat secara tiba-tiba.

Aku pun jadi langsung teringat kepada Liya yang mungkin saja tidak berpikiran untuk membawa payung. Sehingga dengan cepat aku lalu mengambil payung dengan niat untuk menjemputnya di tempat Mang Dedi biasa mangkal berjualan.

Namun baru aku akan menutup pintu rumah, istriku tersebut ternyata sudah sampai dengan kondisi yang basah kuyup karena hujan.

"Ya ampun Umi!! Udah kayak anak kecil main hujan-hujanan!" ledekku padanya.

Sambil mengusap wajahnya yang basah, Liya memasang wajah cemberut, "Sue banget tau Bi! Lagi jalan tiba-tiba ujan!"

"Haha! Baru mau Abi jemput tadi!" balasku menunjukkan payung.

"Iiihhh.. Romantisnya suamiku!" Liya berteriak senang.

Dengan inisiatif, aku kemudian berjalan masuk ke dalam rumah mengambilkan handuk untuk Liya. Namun ketika aku kembali ke depan, aku mendapati istriku tersebut tengah tersenyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya.

Aku juga baru menyadari kalau saat ini Liya tampak menggunakan sebuah baju kurung berwarna peach yang bahannya lumayan tipis dari baju kurung yang biasa dipakai olehnya.

Dan karena dia sedang basah kuyup, baju itupun terlihat mengecil dan melekat pada kulit tubuhnya. Memperjelas lekukan hingga menerawangkan isi dibalik baju tersebut.

Di Masa Kehamilan Istriku (Cuckold's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang