Bab 4: Darah Kekejian.

39 6 6
                                    

Bayangkan ketika negerimu dijajah.

Saat derap kaki para penakluk berjalan di atas tanah airmu. Saat tangan-tangan kotor menyentuh dan merenggut apa yang bukan hak mereka. Mencabik-cabik negerimu seperti binatang buas yang tanpa ampun mengoyak mangsanya.

Ketika kau diusir dari rumahmu, ketika keluargamu direnggut darimu, ketika semua hak-hak hidupmu dirampas darimu. Sementara itu, para penjajah, dengan tangan yang berlumuran darah bangsamu, berdiri dengan angkuh di atas tanah negeri yang ditaklukkan.

Penjajahan, terlahir dari kerakusan dan ambisi yang tidak terpuaskan. Ia adalah benih kebiadaban yang menanamkan dirinya dalam jiwa para penakluk, tumbuh dari rasa superioritas dan keinginan untuk menguasai. Ia menyebar seperti penyakit, menjangkiti tanah-tanah yang dulunya damai dengan kekacauan dan penderitaan.

Gushiàn... Gushiàn melakukannya.

Mereka datang membawa serta kekuatan dan keyakinan yang teramat kuat bahwa takdir dunia ini berada di tangan mereka. Mereka menanamkan ketakutan dan berusaha memadamkan setiap bentuk perlawanan.

Mereka mengobarkan perang untuk penaklukan. Waktu terus berlalu dan berlalu dalam penjajahan berdarah di penjuru angkasa, di berbagai bintang dan planet.

Misalnya...

--

Ada sebuah kerajaan kristal yang megah, dengan menara dan istana berlapis kristal yang bersinar cemerlang. Berdiri di atas permukaan planet Kỳstral yang indah. Ini adalah rumah bagi bangsa Kỳstralan yang anggun dan cinta damai.

Saat Gushiàn datang, Kỳstral jatuh ke dalam api petaka. Kapal-kapal Gushiàn turun melintasi langit. Serangan menghujam menghancurkan struktur-struktur megah menjadi serpihan tajam yang berjatuhan seperti hujan bencana. Pasukan Gushiàn turun dari kapal-kapal mereka, memegang senjata-senjata yang diresapi Kekuatan kegelapan.

Pertempuran berdarah meletus di tengah kota-kota kerajaan dan di langit yang luas. Kỳstralan Royal Army beserta armadanya berusaha mati-matian melawan balik, namun para prajurit Gushiàn tidak menunjukkan belas kasihan. Dengan kekuatan gelap yang mengalir melalui senjata mereka melibas para pejuang Kỳstralan dan membantai rakyatnya, memenuhi udara yang panas dengan jeritan memilukan.

Pada puncaknya, seorang prajurit berdiri di atas istana Kỳstral, menghadap ke pemandangan kota kristal yang hancur. Disaksikan oleh rekan-rekannya, tangannya terangkat, memegang kepala dari Raja dan Ratu yang telah dipenggal.

Setiap yang melawan akan menerima nasib yang serupa. Rakyat kerajaan, para Kỳstralan, hanya dapat tertunduk pasrah. Dengan duka bercampur amarah yang mengalir melalui air mata dan darah, menyaksikan kejatuhan dari planet mereka.

--

Ada sebuah dunia spritual yang dikelilingi hutan-hutan suci. Pepohonan menjulang tinggi, dengan dedaunan yang berpendar lembut dalam warna hijau dan emas, memberikan energi dan kehidupan kepada seluruh makhluk yang tinggal di dalamnya.

Bangsa Sylvaneer yang tinggal di planet Sylvaneer, hidup dengan menjaga keseimbangan alam dan energi spiritual planet mereka dengan cinta dan dedikasi.

Saat Gushiàn datang, kedamaian itu seketika sirna. Kapal-kapal angkasa mereka menembus atmosfer tanpa hambatan, membawa kehancuran yang tidak pernah terbayangkan oleh para penjaga alam itu. Serangan menghujam tanah dengan kekuatan mematikan, membakar hutan-hutan suci. Pohon-pohon yang telah berdiri selama ratusan generasi musnah menjadi abu, sementara energi yang dulu murni kini tercemar oleh kegelapan yang diserap oleh para penyerang. Planet Sylvaneer berubah menjadi lautan api yang bergejolak, yang bahkan kobaran apinya dapat terlihat dari luar angkasa.

Dark KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang