"Kang"
(Kang/mas, panggilan yang cukup lumrah untuk santri laki-laki di pesantren, biasanya penyebutan ini digunakan untuk laki-laki yang lebih tua / bahkan yang masih kecil pun kadang di panggil dengan awalan "kang" Tergantung masing-masing orang sih)
Ning Ifa pun berusaha memanggil Kang Wildan yang masih fokus menyetir, 1 detik, 2 detik, 3 detik. Masih belum ada respon dari si sopir Abah, akhirnya, Ning Ifa pun menyeringai kecil,dan memilih untuk menendang Jok pengemudi yang kebetulan berada tepat dihadapannya, brakkkkk! Tendangan yang cukup bertenaga untuk seorang cewek bertubuh ramping.
"Astaghfirullah!" Kang Wildan pun terkejut dengan perlakuan spontan Ning Ifa, sampai-sampai peci yang dikenakannya terjatuh, alhasil Kang Wildan pun menepikan mobilnya perlahan, setelah mobil berhasil menepi, kang wildan menunduk untuk mengambil peci nya yang terjatuh.
"Ngapunten, ada apa ya Ning? Saya sampai terkejut" Kang Wildan pun bertanya kepada Ning Ifa.
"Gue tadi manggil-manggil lo kang, tapi situ nggak denger, yaudah deh, gue tendang aja jok nya"
"Ngapunten Ning, saya tidak dengar"Setelah mengucapkan permintaan maaf, kang wildan kembali mengemudikan mobil nya.
"Kang, kang Farhan kemana? Kok yang nyetir elo"
"Kang Farhan pulang kampung Ning, ibunya sakit"
"Ngga usah panggil Ning napah, Ifa aja, kelihatannya situ lebih tua daripada gue"* Ning, artinya mbak/kak, dalam lingkungan pesantren, biasanya digunakan untuk menyebut anak perempuan kiai.
"Ya, nggak sopan lah Ning, sama putri Abah" Ucap Kang Wildan merasa tidak enak.
"Yaudah deh, terserah situ, Ngomong-ngomong namanya siapa kang, eh, jangan kepedean yah, biar enak aja kalo manggil gue nya"Kang Wildan menelan salivanya kasar, belum pernah dia mersa se gerogi sekarang, seperti ada yang salah dengan dirinya.
"Nama saya Ahmad Wildan Hisyam Ning, panggil saja kang Wil"
"Ngokhey"
"Ngapunten Ning, ini jadi mampir ke rumah makan nggak yah? Soalnya Abah sama umi nembe sare (lagi tidur)
" Tetep mampir aja kang, nanti biar gue yang bangunin"
"Sendiko dawuh Ning Ifa" Kang Wildan pun menimpali dengan senyuman manis di bibirnya
"Ganteng juga kang Wildan" Ning Ifa yang melihat senyuman kang Wildan yang terpantul dari kaca sepion pun akhirnya dibuat baper sendiriPercakapan antara Ning Ifa dan kang Wildan pun akhirnya berakhir.
>>>>> Rumah makan BU Toha <<<<
"Kamu kepengen makan apa Wil?"
Tanya Abah Hadi
"Mboten Bah" (Tidak Bah)
"Lo, kok mboten ke piye? Perjalanan jauh lo wil, harus punya tenaga ekstra, puasa?"Kang Wildan pun kemudian menggelengkan kepalanya perlahan, bukanya tak mampu untuk membayar seporsi makanan, tapi, kang Wildan merasa tidak enak hati, jika makan satu meja bersama Sang Guru.
"Ndang pesen (buruan pesan) kamu itu kalau pergi sama Abah, ndak usah pake acara sungkan-sungkan begitu, biasa saja, mau makan apa? "
"Sak kersone Abah mawon" (Terserah Abah saja)Ning Ifa yang merasa geram pun akhirnya langsung memanggil pelayanan tanpa menunggu jawaban pasti dari Kang Wildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sopir Abah : Diantara Cinta & Tradisi
Teen FictionNing Syarifatuzzahro (Ning Ifa), putri seorang kyai besar, dikenal bukan hanya karena kecantikan dan kecerdasannya, tetapi juga karena keras kepalanya. Ia memilih meninggalkan pesantren demi mengejar mimpi, hidup di luar batasan yang ditetapkan kelu...