Setelah Abah Hadi berpamitan dengan Simbah Yai, kini Abah dan keluarga sudah berada di parkiran pondok, sembari menunggu Ning Ifa yang sedang mengambil barang-barang nya dikamar.
"Loh, kamu sopirnya Wil?" Abah pun memandang Kang Wildan yang sudah berdiri tegap di depan mobil Alphard berwarna putih itu.
"Enggeh Bah, tadi disuruh sama Kang Hanif untuk menggantikan nyetir, soalnya Kang Farhan mendadak di aturi (disuruh) pulang, soalnya ibuk e nembe gerah (ibunya sedang sakit)
"Ealah, bagaimana sih Hanif itu, kok malah nyuruh kamu Wil, kamu kan juga masih santri baru"
"Tidak apa-apa Bah, kalau soal nyetir mobil, saya sudah biasa, soalnya waktu di rumah sering bantu bapak untuk nganter pesanan ke rumah pelanggan, dan kalau soal rute daerah Jogjakarta nggeh, kulo insyaallah paham Bah."
"Owalah yo wes nak ngono, (ya sudah kalau begitu) maaf ya Wil, merepotkan."
"Mboten Bah, jangan berbicara seperti itu, Saya senang bisa bantu bantu Abah dan keluarga"
Abah lantas tersenyum mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Santri barunya itu, Abah pun kemudian mengalihkan pandangannya ke arah empat putra nya yang sedari tadi hanya memperhatikan percakapan antara dirinya dan Kang Wildan.
"Fal, kamu pulang duluan saja sama adek adekmu, nanti biar Abah, Umi, sama Ifa, naik mobil yang di bawa Wildan, daripada kelamaan nunggu, Ifa saja daritadi belum kelihatan".
" Nggeh mpun Bah, kalau begitu saya dan adek adek duluan mawon, itu si Alfa daritadi sudah di telpon pihak rumah sakit, Najm juga kelupaan kalau ada undangan pengajian yang harus di hadiri"
"Yo, Zal, nyopir nya pelan-pelan saja, nggak usah buru-buru" Abah pun berbicara kepada Kang Rizal.
"Nggeh Abah"
Selang beberapa menit setelah Putro putro Abah kondor (pulang) terdengarlah suara tangisan, dan jeritan yang sangat memekakan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya, Abah dan Umi awalnya mengira kalau di pondok sedang terjadi kesurupan masal, ternyata, setelah suara tangisan dan jeritan itu semakin keras, dan mendekat, yang terjadi bukanlah kesurupan masal seperti apa yang dibayangkan, akan tetapi lebih mengerikan dari pada kesurupan, Ning Ifa sedang menuju parkiran dengan diiringi teman temanya yang berebutan untuk membawakan koper dan barang bawaan lainnya, jumlah nya bukan hanya puluhan, bahkan sampai ratusan orang yang ikut mengantarkan dan menangisi nya.
Abah dan umi pun dibuat melongo dengan kejadian yang sedang mereka alami itu, ternyata, anak bungsu nya itu sangat sangat diidolakan oleh para santriwati disini, hampir tidak menyangka, pesantren yang memiliki santri dengan total puluhan ribu itu, mengagumi seorang Syarifatuzzahro? Sungguh di luar nalar 🤨."Ning, jangan pergi dong, disini saja, ntar pondoknya sepi kalau nggak ada kamu"
"Heleh, Put, disini itu ada sepuluh ribu santri, cuma hilang satu orang aja nggak bakalan ngaruh" Ning Ifa pun sedikit geregetan dengan omongan besti nya itu.
"Siapa bilang nggak bakalan ngaruh? Pondok ini akan kehilangan seorang Syarifatuzzahro orang paling gila, dan tengil sedunia, tapi walaupun begitu lo itu orang terkeren yang pernah gue temui Fa, gimana engga coba, secara lo itu mahluk yang diberi kecerdasan diatas rata-rata, sering banget keluar negeri cuma untuk ngewakilin pesantren ini Fa, dan lo nggak pernah sekalipun yang namanya pulang dengan tangan kosong, pasti balik-balik bawa penghargaan ini lah penghargaan itu lah, hadeeeh lo masih mau bilang pesantren ini nggak ngaruh kalo kehilangan lo?" Elda (Santriwati asal jakarta selatan) itu berbicara dengan nada yang sangat menggebu-gebu, bahkan sampai air liurnya muncrat ke mana-mana.
"Ning, Jangan pergi please, kita disini sangat sangat mengidolakan Ning Ifa"
Ucap para santriwati serempak disertai tangisan dan ingus yang meleber kemana mana, akhirnya, kerudung merekalah yang jadi korbannya.Ning Ifa pun kemudian mengambil salah satu koper yang masih dipegang oleh temanya, lalu Ning Ifa pun naik ke atas koper berwarna ungu itu, anggap saja seperti naik di atas panggung.
"Tenang tenang wahai adek adek ku, kakak kakak ku, teman teman ku, besti besti ku, para para pembantu yang setia mengabdi padaku"
"Woy, yang lu maksud siapa?" Angelina pun menggertakan giginya.
"E eh jangan salah paham Lin, Gue bercanda kok hehehe, makasih yh udah dibantuin dalam hal apapun selama ini" Ucap Ning Ifa tulus.
Angelina yang tadinya geram pun kemudian berlari menghampiri Ning Ifa dan memeluk kakinya dengan kencang.
"Fa, jangan pergi, walaupun Lo itu nyebelin, tukang suruh suruh, tapi lo itu temen baik gue Fa, dulu, waktu gue masih cupu dan jadi bahan bullyan, cuma lo yang sudi jadi teman gue Fa" Angelina pun sesenggukan dengan posisi yang masih memeluk kaki Ning Ifa erat.
"Lin, please jangan nyembah Gue, Musyrik Lin, yang berhak disembah itu hanya Allah SWT"
Angelina pun reflek menghempaskan kaki Ning Ifa kencang, yang membuatnya hampir terjengkang kebelakang jika Ning Ifa tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Nyebelin lo Fa, gue udah nangis nangis bombay juga, masih aja bercanda, husss huss balik sana gue nggak peduli."
Ning Ifa pun kemudian turun dari koper ungu itu, kemudian Ning Ifa memeluk Angelina sangat erat, sambil membisikkan sesuatu di telinga gadis blasteran Indonesia Inggris itu.
"Makasih untuk semuanya, jangan pernah sedih yah, lo kan sekarang udah lancar banget ngomong bahasa Indonesia nya, lo juga sekarang udah paham kalau diomongin di belakang, jangan pernah jadi penakut lagi, lo harus jadi orang pemberani, selama itu benar, jangan pernah takut untuk berbicara, kalau lo lagi pulang kampung, jangan lupa, kirimin gue Shepherd's Pie yah, Terimakasih Angelina Bailey"
Angelina pun sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia pun hanya menangis dan menangis, Ning Ifa yang merasakan pundaknya basah pun lantas mengusap punggung teman nya lembut, Syarifatuzzahro si paling physical touch.
Foto Angelina Bailey
Semua teman teman yang lain pun ikut menghambur ke pelukan Ning Syifa dan Angelina, Ning Ifa yang sedari tadi hanya tersenyum dengan cengiran kudanya pun, sudah tidak bisa berpura-pura lagi, dia pun menangis tersedu-sedu dengan posisi yang masih sama, dirinya yang sedang memeluk Angelina Bailey, dan teman-temannya yang memeluk nya.
"Meskipun harus berpisah, kita tetap akan menjadi sahabat yang selalu ada di hati masing-masing." Ning Ifa pun berbicara dengan nada lirih, tapi teman temanya masih bisa mendengar perkataannya itu.
Next? Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya. THX
#like #romance #santri #fiksi #follow #baper #drama
KAMU SEDANG MEMBACA
Sopir Abah : Diantara Cinta & Tradisi
Novela JuvenilNing Syarifatuzzahro (Ning Ifa), putri seorang kyai besar, dikenal bukan hanya karena kecantikan dan kecerdasannya, tetapi juga karena keras kepalanya. Ia memilih meninggalkan pesantren demi mengejar mimpi, hidup di luar batasan yang ditetapkan kelu...