Chapter Three

134 76 89
                                    

Hillaww natnat is back💋!

Update bab 3 nih, jangan lupa apresiasi berupa komen dan jejak berupa vote ya.

Thank you and,

💙💙💙

Kini kelas sudah sepi menyisakan Silvy seorang diri. Lulu, Irene, dan Cici juga sudah pulang sedari tadi, itupun atas paksaan Silvy yang meminta mereka untuk meninggalkannya, dengan dalih kalau ia akan di jemput supir untuk singgah di suatu tempat. Padahal kenyataannya, ia akan menemui seseorang sesuai janjinya lewat chat kemarin malam.

Silvy meremas-remas rok yang ia kenakan, sesekali gadis berbendana biru itu tampak menarik nafas lalu menghembuskannya dengan perlahan sekedar untuk menetralisir rasa gelisah di hatinya.

"Oke, Sil, tenang. Lo cuma mau ketemu sama pujaan hati, bukan mau ketemu sama setan,"Silvy mencoba memenangkan diri.

Setelah dirasa cukup tenang, barulah ia mulai memoles tipis lipbalm pada bibirnya. Menghirup aroma tubuhnya yang ternyata masih wangi, Silvy segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan keluar kelas, menyusuri koridor untuk menuju rooftop sekolah.

Sekolah sudah tampak sepi, menyisakan beberapa anak-anak yang sedang bermain futsal di lapangan dan lalu lalang anak yang sedang menuju ruangan untuk mengikuti ekstrakulikuler di hari Sabtu ini.

Kini Silvy sudah berdiri didepan tangga beton yang akan membawanya ke rooftop. Satu persatu anak tangga mulai Silvy pijak, di pertengahan menaiki tangga ia sempat berpapasan dengan ketiga siswa yang sedang merokok. Gadis itu jadi harus menghalau asap rokok yang terbang bebas mengganggu pernafasannya. Tempat ini memang terkenal dengan tempat bolosnya anak-anak nakal, di gudang sekolah juga salah satunya. Silvy jadi heran, kenapa juga Kian meminta untuk bertemu di rooftop?

Silvy tersenyum sumringah ketika melihat pintu rooftop berwarna hijau berkarat sudah terpampang didepannya. Jantungnya mulai berdegup-degup, hati dan tangannya bekerjasama untuk mendorong pintu tersebut dan,

Fiiuuuhhhh....

Tiupan asap rokok dari seseorang menyapa wajahnya ketika pintu rooftop itu benar-benar Silvy buka sepenuhnya. Gadis itu terbatuk-batuk hingga matanya berair, menepuk pelan dadanya tangan kirinya ia gunakan untuk menghalau asap rokok yang mulai memudar.

Dan betapa terkejutnya Silvy ketika melihat dengan jelas wajah laki-laki beralis tebal, matanya tajam, bibir seksi, hidung mancung, dan sayangnya paras nyaris sempurna tersebut adalah milik Dellio Williams. Dellio tengah menatapnya seraya tersenyum miring.

Silvy mencoba untuk mencerna. Kemarin ia diberi nomor oleh Irene, ia chatting dengan Kian dan berjanji bertemu hari ini disini untuk meminta jawaban dari Kian. Tapi kenapa Dellio yang menyambutnya? Apa Irene mengerjainya lagi?

Kabur. Satu-satunya yang muncul di otak Silvy saat ini, tapi sialnya tubuhnya tidak bisa di ajak bekerjasama. Badannya seakan enggan berbalik dan kakinya pun tidak bisa melangkah mundur. Apalagi ketika laki-laki berseragam urakan itu mulai memangkas jarak dengannya. Was-was? Sudah pasti!

"Kak, lo ja-"

Cup

WTF?!. A-Apa itu tadi? Dellio-Dellio menciumnya? Mencium bibirnya?

Kedua matanya membalas tatapan laki-laki itu. Jadi maksudnya, sekarang bibir Silvy sudah tidak suci lagi? Dan ciuman pertamanya direnggut oleh Dellio? Kurang ajar sekali!

Silvy sudah membuka mulutnya untuk protes dan memaki laki-laki itu dengan semua kata-kata kasar yang ia tahu, tapi seperti bisa membaca gerak-gerik orang lain, Dellio mencegatnya.

Truth or Dare (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang