Menggeram kesal, dengan enggan Haruto melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Chiquita yang memerah.
Melirik Chiquita yang terlihat meringis dan menyentuh pergelangan tangannya sendiri, Haruto menunjuknya."Urusan kita belum selesai.."
Chiquita hanya mendengus kecil sebagai jawaban.
Berbalik, mengabaikan tatapan pria setengah baya tampan yang baru saja tiba. Haruto bergegas berlalu dari sana.
"Lain kali jika kau bertemu dengannya lagi, hindari saja."ucap pria setengah baya yang baru saja tiba sebelum berbalik dan pergi begitu saja.
Menoleh ke arah kepergian Haruto dan pria tadi,sambil memegang pergelangan tangan memerahnya, Chiquita mengerutkan kening."Aneh..asrama ini benar-benar aneh?"
Disisilain, tepat di kejauhan sana siluit empat gadis ,yang tidak lain adalah beberapa dari keenam gadis yang merupakan tingkatan Monster di Asrama tersebut, tanpa sepengetahuan Chiquita telah menyaksikan semuanya.
Melangkah satu langkah ke depan, salah satu gadis cantik, menoleh pada gadis yang lebih tua darinya."Ruka Unnie, haruskah kita membantu Haruto Oppa untuk memberinya pelajaran?"
"Tidak..."dengan cepat Ruka menoleh pada gadis termuda diantara mereka itu, tampak serius dia melanjutkan."Selama dia tidak meminta kita untuk melakukan apapun, maka yang perlu kita lakukan hanyalah tetap diam. Terlebih dari itu, hanya untuk seorang anak kecil, aku rasa dia bisa menangani masalahnya sendiri."
"Ruka Unnie benar Aurora..."gadis berpenampilan anggun bernama Pharita membenarkan. Dengan pandangan lurus ,diam-diam dia memainkan ujung rambut halusnya."Lagi pula selama ini kita tidak pernah diijinkan untuk berurusan dengan para Montiesz, dan Haruto Oppa, sangat membatasi kita akan hal itu."
Keempat gadis cantik itu, seketika terdiam, menghela nafas ringan, gadis mungil nan cantik bernama Asa, mulai membuka suaranya."Ayo pergi.."
Kelima saudaranya hanya bergumam sebagai jawaban, kemudian di detik berikutnya mereka mulai berlalu dari sana.
Dalam perjalanan, Pharita melirik Asa yang tengah berjalan dengan ekspresi dingin dan pandangan lurus."Asa, dimana si kembar?"
Bukan hanya Asa yang menoleh, bahkan Ruka dan Aurora yang berjalan di depan menyempatkan diri mereka untuk melirik Pharita.
"Aku tidak tahu, Unnie."Asa menggeleng pelan.
"Mereka hanya akan pergi untuk membuat ulah."Ruka menghentikan langkahnya, yang langsung diikuti oleh Rora, Pharita dan Asa.
Ruka menatap ketiga saudaranya."Aku takut mereka mengganggu salah satu Montiez lagi, kita harus berpencar untuk mencari mereka."
"Baik Unnie!"seru ketiganya.
"Asa kau pergi ke arah bagian Utara asrama bersama Rora, dan aku akan pergi ke arah selatan bersama Pharita."tutur Ruka memberi intruksi.
"Baik!"Rora dan Asa mengangguk kecil, taklama keempat gadis itu mulai berlalu ke arah berbeda.
_______
Setelah menemui seorang wanita tua yang merupakan pengurus Asrama Putri. Chiquita akhirnya mendapatkan kamarnya yang kebetulan terletak di lantai tiga dengan nomor kamar ke 45.
Memasukkan kartu kamar, di detik berikutnya pintu kamarnya pun terbuka.
Menghela nafas lega, Chiquita yang menyeret koper berwarna pink_nya mulai memasuki kamar asramanya yang terlihat cukup nyaman itu.
Tepat saat dia akan berbalik setelah menutup pintu, sekelebat bayangan dengan tiba-tiba menerjang ke arahnya.
Swosh!
