Dengan informasi baru yang mereka dapatkan dari perpustakaan kuno, Eugene dan Alana melanjutkan perjalanan mereka ke lokasi berikutnya dalam pencarian mereka. Tujuan mereka kali ini adalah sebuah kuil yang terletak di tepi hutan misterius, yang menurut catatan, menyimpan bahan-bahan penting dan informasi tentang ritual kuno yang bisa membantu mereka memperbaiki cermin.
Pagi itu, udara di Galespire terasa segar dan dingin. Setelah sarapan, mereka berkemas dan memulai perjalanan menuju hutan. Eugene mengemudikan kuda mereka, sementara Alana duduk di sampingnya, memegang peta dan catatan mereka. Suasana di hutan terasa menenangkan pada awalnya, dengan sinar matahari yang menyaring melalui dedaunan yang lebat dan burung-burung yang berkicau di latar belakang.
Namun, semakin dalam mereka memasuki hutan, suasana mulai berubah menjadi lebih suram. Pepohonan yang tinggi dan rimbun menghalangi cahaya matahari, menciptakan bayangan yang gelap dan misterius di sekitar mereka. Suara-suara alam yang dulu menyenangkan mulai terdengar lebih menakutkan, dan udara terasa semakin dingin.
“Menurut peta, kuil harusnya tidak terlalu jauh lagi dari sini,” kata Eugene, memeriksa peta sambil terus mengawasi jalan di depan mereka.
Alana mengangguk. “Aku berharap kita bisa menemukan sesuatu yang berguna di sana. Setiap langkah yang kita ambil terasa semakin menegangkan.”
Saat mereka semakin mendekati kuil, suasana di sekitar mereka menjadi semakin aneh. Mereka merasa seolah-olah sedang diawasi, dan setiap suara di hutan terasa lebih keras dan lebih misterius. Alana sering menoleh ke belakang, mencoba memastikan tidak ada yang mengikuti mereka.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah clearing di tengah hutan di mana kuil kuno berdiri. Kuil itu tampak megah namun sangat tua, dengan batu-batu besar yang tertutup lumut dan ivy. Bangunan itu dikelilingi oleh patung-patung yang tampaknya telah rusak oleh waktu, dan gerbang utama kuil terbuka, seolah-olah mengundang mereka masuk.
“Tempat ini tampaknya sangat tua dan terabaikan,” kata Alana, melihat ke sekitar dengan hati-hati. “Tetapi ini mungkin tempat yang tepat untuk menemukan apa yang kita cari.”
Eugene mengangguk dan memimpin jalan ke dalam kuil. Di dalam, mereka menemukan ruangan besar yang dipenuhi dengan reruntuhan dan benda-benda kuno. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan ukiran dan simbol yang tampaknya menceritakan kisah-kisah kuno tentang ritual dan kekuatan magis. Beberapa meja dan altar tua tersebar di ruangan, dengan artefak-artefak yang berserakan di sekitar.
“Mari kita mulai mencari,” kata Eugene. “Mungkin ada sesuatu di sini yang bisa memberi kita petunjuk tentang ritual atau bahan-bahan yang kita butuhkan.”
Mereka mulai memeriksa ruangan dengan teliti, membolak-balik berbagai artefak dan buku tua yang tersebar. Alana menemukan beberapa gulungan yang tampaknya berisi catatan tentang ritual kuno. Dengan hati-hati, dia membuka gulungan tersebut dan memeriksa isinya. Catatan itu mencakup deskripsi tentang berbagai ritual dan bahan-bahan yang diperlukan, tetapi tidak ada yang tampak langsung relevan dengan cermin.
Sementara itu, Eugene menemukan sebuah altar besar di sudut ruangan. Di atas altar, ada sebuah kotak batu yang tertutup dengan ukiran-ukiran magis. “Ini tampaknya penting,” katanya, mencoba membuka kotak tersebut. “Mungkin ada sesuatu di sini yang bisa membantu kita.”
Dengan usaha keras, Eugene berhasil membuka kotak tersebut. Di dalamnya, mereka menemukan sebuah buku kuno yang tampaknya berisi informasi penting. Buku itu terbuat dari kulit yang sudah usang, dan halamannya penuh dengan tulisan tangan yang rumit dan diagram magis.
“Ini terlihat seperti buku yang sama dengan yang kita temukan di perpustakaan,” kata Alana. “Mungkin ini berisi informasi yang lebih detail tentang ritual yang kita butuhkan.”
Eugene membuka buku tersebut dengan hati-hati, sambil membaca catatan di dalamnya. “Ini menjelaskan berbagai jenis ritual dan bagaimana menggunakan artefak-artefak tertentu untuk menghubungkan dimensi. Ada beberapa instruksi yang mungkin berguna untuk kita.”
Saat mereka memeriksa buku lebih lanjut, mereka mendengar suara langkah kaki di luar kuil. Alana dan Eugene segera berhenti dan saling bertukar pandang, merasakan ketegangan meningkat. Eugene mengambil senjatanya dan Alana bersiap dengan sihir pelindung yang telah dipelajari.
“Siapa di luar?” teriak Eugene, mencoba menegaskan keberadaan mereka.
Tidak ada jawaban, tetapi suara langkah kaki semakin dekat. Dengan hati-hati, mereka melangkah keluar dari kuil, hanya untuk menemukan sekelompok makhluk magis yang aneh berdiri di luar. Makhluk-makhluk ini memiliki penampilan yang menakutkan—tubuh mereka berkilau dengan aura gelap dan mata mereka bersinar merah.
“Apakah ini makhluk yang melindungi kuil?” tanya Alana, merasa tegang.
“Kemungkinan besar,” jawab Eugene. “Kita harus berhati-hati.”
Makhluk-makhluk tersebut tampaknya tidak bermaksud menyerang mereka secara langsung. Sebaliknya, mereka mengelilingi kuil, seolah-olah menjaga tempat itu dari orang luar. Eugene dan Alana memutuskan untuk bersembunyi di dalam kuil, mencoba mencari cara untuk menghadapi situasi ini.
“Saya rasa kita harus mencari jalan keluar atau cara untuk bernegosiasi dengan makhluk-makhluk ini,” kata Eugene. “Mereka mungkin tahu lebih banyak tentang ritual dan bagaimana cara memperbaiki cermin.”
Mereka kembali ke dalam kuil dan melanjutkan mencari informasi lebih lanjut. Alana menemukan sebuah pintu rahasia yang tersembunyi di belakang salah satu dinding, yang tampaknya mengarah ke ruangan bawah tanah. Mereka memutuskan untuk mengeksplorasi ruangan tersebut, berharap menemukan petunjuk lebih lanjut atau solusi untuk masalah mereka.
Di ruangan bawah tanah, mereka menemukan sebuah altar kecil yang terbuat dari batu hitam dengan ukiran magis. Di atas altar, ada beberapa bahan dan artefak yang tampaknya digunakan dalam ritual. Eugene memeriksa bahan-bahan tersebut dengan cermat, sementara Alana mencoba memahami makna dari simbol-simbol yang ada.
“Aku rasa kita menemukan beberapa bahan yang kita butuhkan,” kata Eugene. “Kita mungkin bisa menggunakan ini untuk melakukan ritual yang diperlukan.”
Saat mereka memeriksa lebih dalam, sebuah kejutan tak terduga menghantam mereka. Di bawah altar, mereka menemukan sebuah ruangan tersembunyi yang dipenuhi dengan catatan dan gulungan kuno, serta sebuah kotak yang tampaknya sangat penting. Eugene membuka kotak itu dengan hati-hati, dan di dalamnya mereka menemukan sebuah pesan yang ditulis dengan tangan. Pesan itu berisi informasi tentang ritual terakhir yang akan mereka lakukan, tetapi juga menyertakan catatan pribadi dari seseorang yang mengaku mengetahui semua yang telah terjadi.
Pesan itu mengungkapkan bahwa Eugene tidak benar-benar mati seperti yang diperkirakan Alana. Ternyata, Eugene telah menggunakan sihir untuk bersembunyi dan melindungi dirinya sendiri, dan sekarang, dia sedang berada dalam posisi untuk membantu mereka lebih jauh. Tetapi, sebelum Alana bisa sepenuhnya memahami isi pesan itu, mereka mendengar suara langkah kaki lagi, kali ini jauh lebih mendekat dan penuh ancaman.
Alana dan Eugene saling memandang dengan perasaan campur aduk. "Ada sesuatu yang lebih besar di sini daripada yang kita duga," kata Alana, mendesak Eugene untuk bersiap-siap. "Kita harus siap menghadapi apapun yang datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Portail Brisé
FantezieKetika kerusakan pada portal kuno menyeret Putri Alana dari Verdentia ke dunia asing Galespire, ia terpaksa bekerja sama dengan Pangeran Eugene, seorang yang baru saja ia kenal. Dalam upaya untuk kembali ke rumah, mereka menemukan bahwa takdir merek...