"Maaf."
Seorang gadis meremas ujung baju tidur berwarna biru langit yang dipakainya, kakinya berdiri kaku dihadapan seorang laki-laki yang duduk sambil melipat kedua tangannya didepan dada; menatapnya dari atas hingga bawah dan menutup mulutnya dari tadi.
Jaeha dan Jinyoung. Begitulah mereka malam ini. Keduanya sedang berada didalam kamar tidur Jinyoung, Jaeha sendiri yang datang kesana.
Niatnya sang adik hanya akan meminta maaf dan mendapatkan jawaban dengan cepat lalu berbaikan hanya karena kesalahpahaman siang tadi, tapi ternyata Jinyoung sangatlah diam dari biasanya membuat Jaeha terpaksa berdiri lebih lama dari perkiraannya.
Ingin sekali ia mengumpat pada kakaknya yang seperti sengaja menikmati dirinya yang memalukan saat ini, tapi jika Jaeha melakukan itu sekarang, mungkin Jinyoung akan melakukan GTM (Gerakan Tutup Mulut) setiap kali Jaeha meminta maaf. Atau dia tidak perlu meminta maaf dan bersikap biasa saja? Ah, tidak. Itu terlalu kejam dan kekanakan, ia tak bisa menggunakan momen ini sebagai waktu dimana dirinya egois dan pura-pura lupa.
"Apa aku tidak terlihat...?" tanya Jaeha canggung saat dirinya ditatap begitu dalam oleh sang kakak.
Jinyoung tidak memberikan respon apapun, dirinya seakan memaksa raut wajahnya agar tetap garang dan mulutnya tidak menjawab. Tidak sabaran, sang adik mulai memasang ekspresi kesal dan memelototi kakaknya saat itu juga.
"Apa, sih?! Kau tidak ingin menjawab? Ya sudah, terima saja itu dalam hatimu!" Jaeha pergi dari kamar sang kakak sambil menghentak-hantakkan kakinya sengaja; memperlihatkan jika ia marah.
Seketika Jinyoung kelabakan, niatnya jual mahal malah gak terpancing. Laki-laki itu berdiri dan mengejar adiknya lalu memegang tangannya; menahannya agar tidak pergi. Jaeha tidak membalikan badan sama sekali, sekarang malah ia yang kesal pada kakaknya padahal waktunya sangat tidak tepat.
"Kau... marah?" ujar Jinyoung, akhirnya ia berkata-kata juga.
Jaeha membalikan badannya, melepas tangan Jinyoung lalu membuang muka sengaja. Melihat itu Jinyoung membeku, adiknya marah setelah meminta maaf... dan sekarang ia harus meminta maaf setelah marah?
"Maafkan aku."
Alih-alih menjawab atau sekadar memberikan respon, Jaeha melepaskan tangannya yang digenggam sang kakak tanpa menoleh lalu pergi begitu saja, pintu kamar itu tidak dibantingnya. Ketika berada didalam kamarnya sendiri, gadis itu meneteskan air mata dan mengerang tanpa sebab, ia merasa segalanya tidak sesuai dengan bayangannya yang ringan.
Niatnya hanya ingin meminta maaf untuk melindungi nama baiknya, ternyata kini perasaannya yang mendadak sangat buruk. Ia tidak menyalahkan Jinyoung, sedikitpun tidak, hanya ingin sendirian dan menangis saja. Tiba-tiba ingatannya dengan Jaemin muncul begitu saja disela-sela isakan sunyinya.
"Katakan atau aku pergi!?"
Ancaman Jaemin sukses membuat Jaeha terdiam cukup lama. Ia tidak masalah jika Jaemin hanya pergi kedalam rumah dan meninggalkannya, tapi, bagaimana jika sahabatnya itu pergi ke negeri orang lagi?
"Itu, aku..." Jaeha masih sedikit gugup mengatakannya sementara Jaemin hanya diam; menyimak ucapannya. "Aku membenci Yeri..."
Laki-laki itu mengangguk ringan seakan tidak mendengar apapun. Ia memejamkan matanya sebentar lalu kembali menatap Jaeha yang sudah sangat kikuk dihadapannya.
"Baiklah, aku juga membencinya."
Gadis itu terbelalak, "Kenapa kau membencinya?" tanyanya tidak sabar. Sang lawan bicara hanya tersenyum samar lalu menjawab, "Aku akan membenci apapun yang kau benci, Jaeha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Jung!
FanfictionDia Tuan Jung. Aku tidak tau kapan pastinya, tapi aku ingat bagaimana awal kejadiannya. Jung Jaehyun - nama itu yang membuatku mematahkan banyak hati. Tentang bagaimana sikap lembut dan perlakuan manisnya mampu membuatku terbang ke angkasa, saking b...