POV pindah dari author, selanjutnya.
•••
Jaeha baru saja akan keluar gerbang, niatnya ke halte terdekat untuk naik salah satu bis yang akan segera datang beberapa menit lagi. Gadis itu tergesa-gesa, tidak ingin ketinggalan. Namun saat berjalan, gadis itu tidak menyadari keberadaan sekumpulan orang-orang yang ternyata memperhatikannya.
"Woy! Jaeha!" Panggil Mark dari atas motornya.
Jaeha menoleh, gadis itu terkejut melihat tiga geng besar di sekolahnya berbaris rapi di atas motor, dengan tatapan yang kompak menatapnya.
"K-kenapa?" Sahutnya terbata, malu sekaligus gugup. Dan takut tentu saja.
"Naik, sudah ku bilang kita ingin berbicara denganmu." Chanyeol yang menjawab, laki-laki itu tampak sangat tampan dengan bomber dan topi hitamnya.
Sedangkan Jisung hanya diam, dia satu-satunya yang menatap Jaeha paling lekat. Jaeha yang ditatap seperti itu salah tingkah, ia tak pernah berinteraksi banyak dengan mereka... Ya, kecuali Mark.
"Cepat, kita buru-buru!" Desak Mark, panik saat orang-orang mulai bermunculan keluar sekolah.
"Memangnya kena– EH!!!"
Tubuh Jaeha hampir tersandung saat Chanyeol tiba-tiba menarik lengannya dan memakaikan helm secara paksa. Jaeha memberontak tapi kekuatannya tidak berarti apa-apa dibanding laki-laki bongsor didepannya ini.
"Cepat naik!"
Jaeha menggeleng dibalik helm full face nya.
"Naik atau kau akan habis di-bully mereka semua?!"
Gadis itu tercekat, kemudian naik secara terpaksa ke atas motor Chanyeol. Ia mencibir keras beberapa kali membuat Chanyeol dapat mendengarnya meskipun kepalanya tertutup.
"Pegangan, aku tidak mau pulang membawa mayat." Titah Chanyeol.
"Banyak omong!" Jaeha mencengkeram kedua sisi bomber Chanyeol, meremasnya dengan kuat berharap laki-laki itu memekik kesakitan.
Nihil, tidak terjadi apa-apa pada Chanyeol.
"Jalan!" Ujar laki-laki itu membuat kumpulan orang-orang itu kompak menyalakan motor mereka.
Suara derungan motor sangat berisik di telinga Jaeha, kemudian Chanyeol segera memimpin dengan kecepatan yang luar biasa gila.
Jaeha ingin menangis, tapi... Takut muntah.
•••
Di sinilah Jaeha berada, sebuah rumah yang terbilang cukup jauh dari pemukiman warga dan berada dekat dengan sungai. Awalnya Jaeha ketakutan dan hampir menangis, namun Mark mengatakan mereka tidak akan melakukan apapun.
Sepi. Tidak ada yang membuka suara kecuali tawa Chenle dan Renjun yang terdengar dari luar rumah ini. Geng Jisung memang tidak masuk, mereka memilih menunggu diluar.
Bukannya Chanyeol bilang mereka memiliki urusan? Lalu jika geng Iisung tidak, kenapa dia ikut?
Tubuh Jaeha tiba-tiba seperti patung. Kakinya mati rasa meskipun dia dalam keadaan duduk. 13 laki-laki dengan aura menakutkan kini menatapnya penuh seleksi, masih tidak ada yang membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Jung!
أدب الهواةDia Tuan Jung. Aku tidak tau kapan pastinya, tapi aku ingat bagaimana awal kejadiannya. Jung Jaehyun - nama itu yang membuatku mematahkan banyak hati. Tentang bagaimana sikap lembut dan perlakuan manisnya mampu membuatku terbang ke angkasa, saking b...