4

101 62 56
                                    

Aku turun dari motor besar itu sambil bersungut-sungut, mengumpat kepada kakakku yang membawa motor 'gila-gilaan'. Hampir saja aku mau mati. Rasanya.

"Jaeha! Marah melulu," kak Jinyoung membuka helmnya sebelum berlari kecil menyusulku.

Aku menepis tangannya saat ia berusaha mengamitnya, langkahku dihentak-hentakkan ke permukaan tanah agar kak Jinyoung tau betapa marahnya aku sekarang.

"Jae–"

"Diam!"

Aku menepis tangannya lagi, menyorotnya dengan sangat tajam kemudian meninggalkannya yang terkekeh geli. Benar-benar tidak berperasaan.

"Kalian pulang-pulang sudah bertengkar," mama mendekati kami. Aku mencium tangannya dan mengecup pipinya.

Cantik sekali. Padahal aku tau usia mama sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, namun parasnya benar-benar menipu.

Tidak, yang ini bukan menipu seperti paras Jisung. Mama sangat cantik dan terlihat lebih muda daripada usianya, wanita berkepala lima itu pandai sekali merawat diri.

"Dia yang tiba-tiba marah, aku tidak melakukan apapun." Kak Jinyoung ikut menyalami mama sedangkan aku memukul bahunya cukup keras.

"Kau yang ingin membunuhku! Mengendari motor sangat sangat sangat kencang," aku membuang muka, malas mengingat saat aku berteriak dan memukul-mukul helmnya tadi.

Aku berdecih saking kesalnya, "Banyak gaya," gumamku sengaja dikeraskan.

"Sudah, sudah. Cepat ganti seragam kalian dan segera makan, pasti kelelahan."

Aku tersenyum cerah lalu mengangguk, melangkahkan kaki ke kamar setelah pergi dengan wajah mengejek kak Jinyoung.

"Wleeee!!!" ledekku padanya.

Aku terkekeh saat melihatnya kesal, padahal aku tidak tau apa yang membuatku mengejeknya.

Kak Jinyoung. Dia benar-benar laki-laki yang sangat penyayang meskipun kelewat menyebalkan. Aku tidak pernah membencinya, meskipun selalu merasa aneh saat kak Jinyoung menolak banyak wanita dengan alasan ingin menjagaku.

Dia... Menjual namaku untuk melindungi dirinya.

•••

"Nanti temanku akan datang, dia akan menawarkan beberapa tawaran untuk kerja sama dengan papa."

Aku yang sedang memakan makanan ringan seketika menoleh kearah kak Jinyoung, berbinar.

"Tampan tidak?" tanyaku genit.

Kak Jinyoung memandang malas bahkan berdecak kesal.

"Dia jelek, sangat sangat jelek. Kulitnya hitam, tubuhnya sangat pendek, kumisnya tebal dan suaranya mengerikan."

Mendengar itu aku bergidik. Yang benar saja! Papa juga pasti pilih-pilih saat akan memilih rekan kerja. Dan sekalipun papa mau, aku akan menghasut papa untuk menolak tawaran dari seorang CEO jelek.

"Dia pasti ditolak!" sarkasku dengan cepat.

Kak Jinyoung tertawa sampai tersedak membuatku balik menertawakannya. Ruang makan yang hanya diisi oleh aku dan kakakku itu seketika ramai oleh gelak tawa dan suara kak Jinyoung yang terbatuk nyaring.

Mama sedang tidur, pasti karena kelelahan berkerja di rumah seharian. Beliau adalah seorang penulis yang menerbitkan bukunya lewat website, buku-buku yang ditulis oleh mama kebanyakan seputar rumah tangga dan ibu hamil.

Ya ampun, tidak menyenangkan sekali.

Tapi aku tau mama banyak disukai, sebagai buktinya beberapa tulisannya sudah berubah menjadi kalimat-kalimat dalam lembar buku atau novel.

Papa bekerja, akan pulang malam atau sore jika pekerjaannya cepat selesai. Sedangkan kakak tertuaku — kak Krystal, dia tengah berbadan dua setelah dipersunting oleh Kang Min Hyuk –kakak iparku— satu tahun yang lalu.

Ting Tong!!!

Saat sedang asyik menertawakan batuk kak Jinyoung yang tak kunjung mereda, aku dan Kak Jinyoung dikagetkan oleh suara bel yang terdengar kencang.

"Kak, hentikan batuk mu dan cepat buka pintu!" ujarku sembari berpura-pura sibuk dengan makanan.

Aku tau, pasti itu orang menyeramkan yang digambarkan oleh kak Jinyoung dan diakuinya sebagai teman. Malas sekali.

"Kau saja yang buka, aku mau ke kamar mandi. Barusan muntah sedikit, jatuh lagi ke atas piring."

Mataku melebar penuh mendengar kata-kata menjijikkan kak Jinyoung. Laki-laki itu berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, masih dengan batuknya yang tak kunjung berhenti.

"YAK! JOROK SEKALI KAU JUNG JINYOUNG!"

Napasku tercekat, meneliti piring kak Jinyoung dengan miris. Kemudian berdiri, berjalan menuju arah pintu sambil memikirkan banyak cara untuk menghindari CEO jelek itu. Jangan sampai dia melihatku, jangan sampai dia jatuh cinta padaku.

Mataku berbinar saat melihat sesuatu tergeletak indah di atas meja, dengan segera aku mengambilnya sambil tersenyum sangat cerah.

"Aku pasti orang paling beruntung hari ini!" ujarku penuh semangat.

•••

Seorang pria turun dari mobilnya, membenarkan tuxedo nya dan menelisik bangunan cerah itu.

Ia mengambil beberapa berkas dari dalam mobilnya dan melangkah mendekati rumah itu. Saat sampai di depan pintu, pria itu menekan bel sekali. Keningnya berkerut mendengar suara orang terbatuk-batuk dan seorang gadis.

Pria itu masih berdiri sampai pintu itu terbuka perlahan, semakin lebar hingga menampakkan seseorang yang membuat pria itu melotot kaget.

Mereka membeku. Keduanya sama-sama terkejut. Sang gadis yang menemukan seorang pangeran tampan mengenakan pakaian hitam dan sang pria yang menemukan makhluk aneh bertopeng kardus mie instan.

Dan sejak kejadian itu, kisah ini dimulai tentang kisah yang diawali dengan tak tahu malu hingga tersenyum malu-malu. Memang, sangat memalukan.

•••

Hi, Jung!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang