TOLONG KOREKSI JIKA ADA TYPO.
HAPPY READING!
Gempa menghela napas lega, soal ulangan telah ia selesaikan, terlihat mudah untuknya meskipun dalam hati ia ketar-ketir lantaran kedua murid terbaik di kelas ini masih belum juga selesai mengerjakan ulangan, seakan soal-soal itu begitu sulit untuk mereka.
Jika mereka saja yang memiliki otak pintar saja kesulitan, bagaimana dengan Gempa yang mengerjakannya asal-asalan?
Gempa menatap murid di barisan paling depan, sejak tadi Halilintar terus menyita atensinya membuat Gempa tidak bisa fokus melakukan kegiatan lain. Perasaannya campur aduk, antara senang karena bisa bertemu kakaknya lagi tetapi ia takut jika salah orang. Namanya sama, wajahnya serupa, namun keperibadiannya tidak sama dengan sosok kakak yang Gempa tahu.
"Apa?" rupanya Halilintar sadar jika sejak tadi dia di perhatikan.
Gempa menggeleng, ia mendadak gelagapan seperti baru saja ketahuan mencuri sesuatu, "maaf.".
"Oke.".
Gempa membuang napas lega begitu Halilintar kembali mengerjakan soal ulangan, ia pikir akan langsung di hajar seperti di sekolah lamanya yang tujuh puluh lima persen muridnya adalah orang-orang bermasalah. Termasuk dirinya juga.
Tapi sepertinya orang-orang disini tidak seperti itu, tidak heran banyak di antara mereka berprestasi karena tujuan mereka kesekolah adalah belajar bukan menciptakan musuh.
Tidak heran Mara menyuruhnya untuk sekolah disini, ibunya itu tampaknya tahu apa yang terbaik untuk anaknya.
Waktu terus berjalan, dan Halilintar tampaknya belum selesai mengerjakan ujiannya. Ia masih sibuk dengan soal terakhir, menggoreskan jawaban dengan cepat namun terkesan hati-hati takut ada yang salah. Gempa ingin mendekatinya, tapi ia menahan diri. Tidak sekarang, bukan saat ini. Belum waktunya.
Bel berbunyi, menandakan waktu ujian telah usai. Beberapa murid segera berdiri dan mengumpulkan kertas ujian mereka di meja depan. Halilintar pun berdiri, tampaknya baru saja menyelesaikan jawabannya di detik-detik terakhir.
Gempa dengan cepat mengemasi barang-barangnya, namun matanya tak lepas dari Halilintar yang kini bergerak menuju pintu.
"Mau kemana?" Taufan bangkit dari bangkunya, ia menghampiri Halilintar yang membawa tumpukan soal ulangan.
"Ruang guru." Halilintar membalas singkat, menurutnya tidak ada hal yang perlu di bicarakan saat ini.
Taufan mengernyitkan dahi, seingatnya tadi ada guru jaga, kenapa harus Halilintar yang mengumpulkannya.
"Disuruh." ujar Halilintar yang peka akan apa yang dipikirkan Taufan saat ini. Sedangkan Taufan hanya membulatkan bibirnya dan mangut-mangut sebagai bentuk jawaban.
Halilintar melanjutkan langkahnya, begitupun dengan Taufan yang mengikutinya dari samping, sepertinya cowok itu akan mengekorinya lagi hari ini seperti hari-hari sebelumnya.
Sebenarnya Taufan menyadari sesuatu, Halilintar lebih pendiam hari ini. Namun, Taufan memilih untuk membiarkannya mungkin Halilintar hanya sedang banyak pikiran mengingat beberapa hari ke depan otaknya itu benar-benar harus digunakan dengan baik.
"Kadang aneh rasanya," Taufan menatap Halilintar yang masih fokus menatap kedepan, tidak menatap kesana kemari seperti apa yang Taufan lakukan, "kamu temenan sama Solar, tapi herannya kenapa kalian kayak orang musuhan?".
Halilintar mengangkat bahunya.
Keduanya kini sampai di ruang ruang guru, Halilintar masuk ke dalam sedangkan Taufan tetap tinggal di luar. Sekitar beberapa menit menunggu, Halilintar akhirnya kembali dan mereka memutuskan untuk kembali ke kelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/370971493-288-k447642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RANTAI LUKA
Fanfic"Aku gak benci kamu, aku cuma gak suka liat Gentar yang kehilangan peran seorang ibu karena anak lemah kayak kamu.". Perceraian orang tuanya sebelas tahun lalu memang bukan berita baik untuk di ungkit kembali. Ayahnya memang menyayanginya, tetapi ia...