50. Debate

5.7K 791 520
                                    

Ada tarikan napas tajam dari Jasper. Cowok itu segera mengarahkan tatapan tak percaya kepada Violet yang juga tercengang oleh ucapan ambigu Jeevans.

"L-lo... lo...." ucap Jasper tidak sanggup berkata-kata sambil menunjuk Violet dengan ekspresi shock.

Tubuh Violet pun membeku, tidak bisa berkutik. Ditatap oleh dua pasang mata dengan pancaran emosi yang berbeda— sorot mata Jeevans penuh keraguan sementara Jasper penuh keterkejutan— dia mati kutu dalam duduknya.

"Ada apa? Kenapa reaksimu seperti itu?" Jeevans menatap Jasper heran sebelum kembali mengarahkan pandangan pada Violet. "Kak Cathleen jawab, kenapa diam? Bukannya Kak Cathleen sudah sering melihatnya? Bahkan pernah menginjaknya."

"INJAK???!" Pekikan tak terkontrol Jasper menggema dalam rumah itu. Warna merah abnormal menyebar di seluruh wajahnya, dia merasa kepalanya akan meledak mendengar rahasia pasangan itu. Mulutnya terbuka lebar, menatap Violet horor. "G-gue gak tau hobi lo seekstrim itu, Violet!"

Violet keluar dari keterkejutannya, hendak mengusap keningnya yang pening sebelum tersadar tangannya masih kotor karena memegang belut.

"Sialan," rutuknya pelan seraya bangkit menuju dapur di mana Jeevans dan Jasper berada.

Jasper sontak berlari keluar dari area dapur terbuka itu, mengambil jarak sejauh-jauhnya dari Violet yang sudah dia klasifikasikan sebagai manusia berdarah dingin.

"Jeev, kok lo mau sih digituin cewek lo?" Dari jarak jauh, Jasper berkata, menarik perhatian Jeevans yang menonton Violet kembali memotong belut. "Cewek lo kayaknya ada fetis aneh!"

Violet yang mendengar itu mengangkat pisaunya lalu memotong belut di atas talenan kayu hingga menimbulkan suara besar yang terkesan menakutkan.

"HIIII!" Jasper memekik dan segera berlari lebih jauh. Tiba-tiba dia membayangkan milik Jeevans dibelah tak berdaya layaknya belut di atas talenan itu. "Saran gue putusin dia Jeev, sebelum masa depan lo hancur!"

"Banyak cocot!" Violet mendongak sembari memberikan pelototan. Dia kemudian menoleh pada Jeevans yang menonton tingkah Jasper dengan kerutan di kening. "Ini lagi, biang kerok."

Jeevans yang menyadari tatapan tajam Violet membalas tatapannya, lalu tanpa dosa menyengir, menunjukkan matanya yang melengkung dengan deretan gigi yang tersusun rapi.

Violet mendengus pelan, sudut hati terdalamnya tiba-tiba menjadi lembut melihat senyuman polos itu. Sial, dia terlalu cepat meleleh melihat wajah Jeevans! Bahaya! Rasanya tidak bisa marah lama-lama pada cowok itu.

Sebagai pelampiasan emosi, Violet menjadikan Jasper sebagai target. "Lo otaknya kotor amat! Kebanyakan nonton bokep sih, jadi mikirnya jorok mulu!"

Jasper mendelik, dia ingin maju untuk berhadapan dengan Violet tetapi takut akan pisau di tangan gadis itu. "Jangan kira gue gak tau lo juga mikir jorok!"

"Lo aja kali! Gue nggak!"

"Heh betina birahi—"

"Makan malamnya udah siap?" Jaskaran muncul dengan pertanyaan tersebut, mengganggu perdebatan Violet dan Jasper. Dia baru saja kembali dari lari sore, mengenakan rompi dan celana jogger, ada keringat menghiasi pelipisnya.

Terganggu oleh ucapannya yang terputus, Jasper mendesis pada Jaskaran. "Kak Karan, diem dulu deh. Gak lihat apa gue lagi bertengkar sama cewek mesum ini?!"

Violet meletakkan pisaunya ke atas talenan dengan keras hingga menimbulkan suara mendesing, membuat Jasper terlonjak kaget.

"Mesum, mesum! Sini gue gue kasih tunjuk mesumnya gue!"

"KAK KARAN TOLONGG!"

Jaskaran memijat pelipisnya melihat kerusuhan tersebut. Menghadapi Jasper yang selalu berisik saja sudah melelahkan, sekarang ditambah kehadiran Violet. Dia mau tidak mau melirik Jeevans yang masih diam di samping Violet, menonton keberisikan Jasper dan Violet dengan sinar di matanya seolah tengah menyaksikan sesuatu yang menarik, membuat Jaskaran mau tak mau tersenyum tak berdaya.

"Udah jam setengah tujuh. Makan malam udah kelar?" Jaskaran melangkah mendekat, melihat belum ada satu pun menu yang selesai— bahkan sebenarnya dapur kacau dengan talenan yang penuh oleh potongan belut.

Violet membeku oleh tatapan menyelidik Jaskaran. Dia segera mengambil gestur memeluk talenan kayu tersebut, seolah ingin menyembunyikan hasil karyanya dari sorot aneh Jaskaran. "Hampir jadi kalau adek bungsu lo gak ganggu konsentrasi gue!"

"Enak aja nuduh-nuduh!" Jasper segera menanggapi, melangkah mendekati Jaskaran dan berdiri di belakangnya seolah Jaskaran adalah pelindungnya. "Nih cewek punya niat gak murni sama Jeevans! Otaknya kotor banget."

Kening gadis itu mengerut. "Otak kotor ngomongin orang lain otak kotor," sindirnya.

"Gak usah sindir, kita gak kenal."

Violet memelototi Jasper sebelum menatap Jaskaran, mendapat ide. "Adek tengah lo ambigu, Jas!" adunya, mulai menceritakan kejadian tadi sore hingga kejadian barusan sembari menanyakan pendapat Jaskaran. "Menurut lo Jeevans ngomongin apa?"

Jaskaran berdeham, melirik Jeevans yang asyik memandang Violet dan mau tidak mau menggeleng pelan. "Antara ngomongin panjang kaki atau telapak kaki. Tapi karena sebut ukuran, berarti yang dibicarain panjang telapak kakinya. Kebetulan gue yang beliin sepatu Jasper dan Jeevans, jadi gue tau ukuran kaki mereka."

Jasper dan Violet sontak menatap Jaskaran kagum, tanpa sadar bertepuk tangan dengan kompak. Jeevans yang melihat mereka bertepuk tangan untuk Jaskaran pun segera memberi tepuk tangan, ikut-ikutan.

"Memang ukuran kaki saya 27 cm." Cowok itu membenarkan.

"Kok lo bisa gak mikir ambigu?" tanya Violet sambil berdecak.

"Pasti jarang nonton ahh yamete kudasai~" timpal Jasper kagum.

Sudut bibir Jaskaran berkedut. Dia tidak lagi menanggapi ucapan mereka tentang topik itu. "Vio, lo keluar dari dapur. Biar gue yang buat makan malam."

Violet merasa dia benar-benar tidak berbakat di dapur sehingga segera menyingkir, tidak lupa mencuci tangan. "Silakan Yang Mulia."

Jaskaran menghela napas pelan, pergi ke wastafel mencuci tangannya. Violet yang telah keluar dari dapur kini sedang adu tatapan tajam dengan Jasper, diam-diam mereka saling mengibarkan bendera perang. Ada aura permusuhan di antara mereka, tidak ada yang ingin kalah.

"Oh, iya."

Jaskaran yang tengah mengenakan apron berbalik menatap Violet dan Jasper, membuat keduanya menoleh penasaran.

"Sebenernya gampang aja tebak apa yang Jeevans ngomongin, kalo otak lo berdua dipake."

Jaskaran dengan santainya berujar sembari mengikat tali apron di belakang punggungnya, ada senyum samar tersungging di bibirnya.

Air muka Violet dan Jasper secara ekstrim berubah, terlebih saat Jaskaran melanjutkan kata-katanya. "Lagian berdasarkan internet, rata-rata ukuran cowok itu 12–19 cm. Kalau beneran Jeevans 27 cm, mungkin lo langsung masuk rumah sakit, Vio."

Kali ini, untuk kedua kalinya, Violet dan Jasper kompak dalam satu kubu untuk meneriaki Jaskaran. "ANJIR, LO LEBIH SESAT!!!"

TBC

Aug 14, 2024.

500 komen juseyo.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang