Chapter 2

7.8K 667 29
                                    

Dengan tangan kananku yang memegang es krim Baskin-Robbins rasa Mint Chocolate Chip kesukaanku, pikiranku masih terus terpaku terhadap pria aneh yang baru kutemui beberapa jam yang lalu.

Aku mendengus ketika teringat ucapannya yang berkata bahwa dia sudah menungguku selama enam ratus lima puluh tahun lamanya.

Dasar pria sinting. Semoga aku tak perlu bertemu dengannya lagi.

Langkahku terhenti ketika aku merasakan bulu kudukku berdiri. Aku merasa angin berhembus sedikit kencang dari biasanya. Dari sudut mataku, aku bisa melihat jika lampu jalan itu terlihat berkedip—seolah-olah ada seseorang yang sedang mempermainkan lampu tersebut.

Oke, entah mengapa, hawa perjalanku untuk kembali ke apartemen terasa menakutkan saat ini. Apakah ada hantu yang mengikutiku?

Aku menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan pemikiran mengenai hantu. Aku percaya jika hantu itu tidak ada—dan tidak akan pernah ada.

Tapi entah mengapa, aku tidak bisa menghilangkan perasaan takut yang tiba-tiba menghampiriku. Dengan langkah tergesa-gesa, aku berjalan kembali ke apartemen.

***

Aku menatap TV dengan bosan. Entah mengapa aku merasa sedikit menyesal untuk tidak memungut ponselku yang jatuh di bawah kaki pria itu. Seharusnya aku lebih berani untuk mengambil ponsel sialan itu.

Dan akibatnya, aku sekarang mati kebosanan karena tidak memiliki ponsel.

Mengembuskan napasku dengan panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk menonton The Order, salah satu series Netflix yang sepertinya terlihat keren.

Aku benar-benar fokus menonton series ini karena tak menyangka jika jalan ceritanya sangat lah seru dan menegangkan. Aku yang awalnya tak tertarik dengan Jack Morton—pemeran pria utama di dalam series tersebut—setelah melihat akting dan wajahnya non-stop selama tiga jam, aku merasa wajahnya berubah menjadi cukup tampan di kedua mataku.

"Berhenti memikirkan pria lain, Sara."

Kunyahan keripik yang ada di mulutku seketika berhenti ketika aku mendengar suara seseorang. Aku menatap ke sekeliling ruangan untuk mencari tahu dengan pasti siapa yang berbicara. Ketika aku tidak mendapati apapun, aku mengembalikan fokusku untuk menonton TV. Mungkin hanya perasaanku saja. Bisa jadi, aku hanya terlalu paranoid dengan kejadian siang tadi.

Di episode empat ini, entah mengapa, aku baru merasa jika Randall Carpio, salah satu teman Jack Morton, terlihat lebih tampan. Aku menyengir seperti orang bodoh saat ini. Pemeran pria yang ada di series ini terlihat sangat tampan. Aku tidak menyesal telah menghabiskan waktuku selama tiga jam menonton series ini.

"Aku bilang berhenti!"

Aku terlonjak ketika aku mendengar suara seorang pria membentak... entahlah. Aku tidak tahu siapa yang sedang pria itu bentak sekarang.

Memejamkan kedua mataku, aku pun memutuskan untuk menarik dan mengembuskan napasku secara perlahan. Setelah aku berhasil untuk menenangkan diriku, aku pun membuka mataku dan meraih remot untuk mematikan TV.

Seketika aku tidak ingin menonton TV saat ini. Lebih baik aku tidur dan berharap semuanya akan kembali seperti normal besok pagi.

Beranjak dari sofa, aku segera pergi ke kamar dan mengunci pintunya. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku merasa hawa tidak enak memenuhi apartemenku. Membuatku ingin bersembunyi di dalam selimut sampai matahari kembali terbit.

Aku tertegun ketika mendapati ponsel berwarna putih ada di tengah kasur. Mengerutkan kening, aku mulai berpikir; bagaimana ponselku bisa berada di sini?

Marked ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang