"Tunggu, tunggu." Kataku buru-buru seraya menjauhkan wajah dari tangannya yang mengeluarkan darah. Aku meringis kesal karena darah yang dikeluarkannya secara perlahan mulai berjatuhan terkena sofaku.
"Mengapa aku harus meminum darahmu? Kau tahu kan itu hal yang sangat menjijikkan?"
Kevin memutar kedua bola matanya. "Aku akan memberitahumu jika kau meminumnya sekarang."
"Dude!" protesku. "Kau sekarang lebih terlihat seperti pemuja setan daripada seorang setan itu sendiri!"
Kevin mendengus. "Aku tidak tahu jika pemuja setan itu suka meminum darah."
"What?!" jeritku tertahan ketika melihat tangannya yang mengeluarkan darah tiba-tiba membaik—membuat darah itu berhenti keluar dan... tangannya tidak terlihat ada bekas luka gigit seperti beberapa menit yang lalu.
"Kau benar-benar seorang Demon?" tanyaku, entah untuk keberapa kalinya.
Kevin mengembuskan napasnya dengan kasar dan menatapku dengan kesal. "Sara, jangan membuatku kesal, oke? Aku tidak mau memakai cara kasar seperti tadi malam."
"Astaga! Aku kira yang tadi malam itu hanyalah sebuah mimpi buruk!" Jeritku panik. "Ya ampun, ini gila! Apa aku sedang sakit dan koma? Oleh karena itu aku memiliki imajinasi seperti sekarang?" gumamku kepada diriku sendiri.
"Sara!" Bentakkan Kevin membuatku berhenti meracau.
"Apakah tidak ada pilihan lain untukku?" tanyaku.
"Apa maksudmu?"
"Tidak bisakah kita memulai semua ini dengan normal?"
"Apa yang kau maksud dengan normal?"
"Kau tahu, seperti layaknya pria di luar sana." Aku memulai. "Kau bertemu denganku, mulai mendekatiku, kita berkencan beberapa kali, sampai akhirnya memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan."
"Tapi aku bukan pria normal."
"Tapi aku seorang wanita normal." Kataku, tak mau kalah. "Aku baru saja pindah ke Seattle. Kemudian aku tak sengaja bertabrakan denganmu, dan kau menciumku, dan memberitahu kalau aku adalah pasanganmu. Setelah itu ada adik kandungmu yang datang dan memberitahuku jika di dunia ini ada berbagai makhluk selain manusia. Dia juga memberitahuku jika para makhluk itu tahu mengenai aku yang sebagai kekasihmu. Itu artinya, akan ada kemungkinan jika hidupku tidak akan aman, bukan?"
"Aku tidak akan membiarkan mereka—atau siapapun menyakitimu." Janjinya. "Aku telah menunggumu sekian lama, tidak mungkin aku membiarkan orang lain menyakitimu. Termasuk jika itu adalah ayahku sendiri."
"Bagaimana caranya aku yakin kau akan terus melindungiku?"
"Kita selesaikan penyatuan kita."
Aku kembali meringis ngeri. "Dengan meminum darahmu itu?"
Kevin memutar bola matanya. "Tentu saja."
"Apa tidak ada cara lain?"
Melihat Kevin yang hanya menatapku dengan datar tanpa berkata apapun, disitulah aku tahu jika aku tidak memiliki cara lainnya.
"Apakah aku boleh mengajukan suatu syarat?" Kevin menaikkan kedua alisnya yang tebal. "Jika aku meminum darahmu, bisakah kau berhenti membaca pikiranku?"
Kevin mengerutkan keningnya. "Kenapa?"
Aku mengedikkan bahu. "Aku ingin memiliki privasi—maksudku, kau bisa muncul di hadapanku kapan saja dengan.... sihir? Well, intinya kau bisa mengetahui keberadaanku kapan saja, mengetahui apa yang aku pikiran, dan itu tidak adil. Jadi, aku rasa dengan kau tidak bisa membaca pikiranku, itu akan membuat sedikit adil untukku."
"Tapi aku bisa gila jika aku tidak tahu apa yang kau pikirkan."
"Kau bisa bertanya."
"Jika kau bohong?"
"Aku janji tidak akan bohong."
"Mengapa aku tidak percaya?"
"Lalu apa maumu?" tantangku. "Jika kau ingin kita menyelesaikan penyatuan ini, aku akan meminum darahmu dengan syarat kau harus berhenti membaca pikiranku."
"Aku bisa saja memaksamu untuk meminum darahku."
"Dan aku bisa saja memutuskan untuk bunuh diri ketika kau pergi dari hadapanku."
Kevin mengatupkan rahangnya dengan keras dan menatapku dengan tajam. Sebelum akhirnya dia berkata,
"FINE!"
***
Apakah aku terlihat seperti seorang psiko jika aku berkata darah Kevin terasa enak? Aku bahkan tidak merasakan bau khas darah yang menjijikkan—darah Kevin tercium harum dan terasa manis.
From: Alex Bennet
Hei Sara, bisakah kita berbicara?
Aku minta maaf jika sikapku berlebihan—jadi, apakah kita bisa berbicara?
Pls, hubungi aku segera. Aku mengkhawatirkanmu
Aku mendengus membaca pesan dari Alex. Apa dia mengkhawatirkanku karena dia pikir aku sudah gila?
Dari seluruh manusia di muka bumi ini, hanya Alex sahabat dan orang yang kupercaya selain Dad. Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu? Apa dia benar-benar menganggapku tidak waras?
"Apa yang kau pikirkan saat ini?"
Aku menaikkan kedua alis. Menatap Kevin yang kini menatapku dengan penasaran.
"Kau benar-benar sudah tak dapat membaca pikiranku?"
"Apa menurutmu aku akan bertanya jika aku mengetahui apa yang kau pikirkan?"
Aku mendengus. Kesal karena Kevin memperlakukanku seolah-olah aku ini seorang idiot.
"Aku sedang berpikir."
"Tentang?"
"Tentang banyak hal." Mulaiku. "Aku tidak mengerti, bagaimana seorang pengusaha sepertimu itu bukan manusia. Sejak kapan bangsamu ada di bumi? Bagaimana orang-orang tidak mengetahui keberadaanmu? Kau tinggal di mana? Apa orang tuamu tidak mencarimu jika kau sering berkunjung ke apartemenku?"
Kevin menyilangkan kedua lengannya di depan dada dan menatapku dengan datar. Aku benar-benar tidak mengerti, apakah pria itu tidak memiliki ekspresi lain?
"Kau dan rasa ingin tahumu, bisa membuatmu terjebak ke dalam masalah, Sara."
"Tapi rasa ingin tahuku yang besar membuatku mendapatkan nilai yang bagus semasa sekolah, dan karir yang baik."
Kevin mendengus. "Ya, ya, ya—terserah apa katamu."
"Jadi?" Tuntutku. "Beri aku jawaban dari semua pertanyaanku."
"Bagaimana bisa aku menjadi pengusaha?" Kevin memulai. "Tentu saja karena aku hidup jauh lebih lama daripada manusia, dan aku memiliki kekayaan yang tak terbatas. Aku bisa bilang, jika bangsaku sudah ada sejak Adam turun ke muka bumi. Dan tidak ada satu orang pun yang tahu tentang keberadaanku. Orangtua, ya? Well, aku akan menganggap jika orang tuaku sudah mati. Jadi tidak akan ada yang peduli jika aku berkunjung setiap hari."
Aku menatap Kevin dengan raut tak percaya. Bagaimana bisa dia berkata tentang kematian semudah itu?
"Bagaimana bisa tidak ada yang tahu tentang keberadaanmu?" tanyaku bingung. "Kau kan seorang yang terkenal! Dan bagaimana bisa kau berkata seperti itu tentang orangtuamu? Kau tidak mencintai mereka?"
"Aku bisa menghapus pikiran semua orang. Kau membaca alkitab, bukan? Bukankah disitu tertulis jika iblis itu suka mempermainkan pikiran manusia?"Aku mendengus mendengar ucapannya. "Tadi kau bilang apa? Cinta? Untuk apa aku mencintai seseorang yang hanya memanfaatkanku saja?"
"Memanfaatkanmu?"
Kevin mengedikkan bahunya. "Ayahku gila kekuasaan. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih. Dan ketika dia tahu aku memiliki pasangan lemah sepertimu, aku yakin dia akan mencari cara untuk membunuhmu jika ada kesempatan."
Ya Tuhan.... Apakah cobaan bertemu dengan Kevin saja masih belum cukup?
KAMU SEDANG MEMBACA
Marked ✔
FantasyGenre: fantasy *** Semua impianku untuk hidup normal untuk bekerja, berkencan, menikah, dan memiliki keluarga yang harmonis seketika hancur setelah aku bertemu dengannya. "You are my mate and I have been waiting for a very long time to meet you." Se...