Sara, kau harus tenang. Kau tidak akan bisa berpikir dengan jernih jika kau sendiri tidak tenang.
Untuk kesekian kalinya, aku berbicara kepada diriku sendiri. Berusaha menghipnotis diriku agar tidak panik dan... takut.
Suara geraman yang kuyakini keluar dari mulut Alex ketika menghubungiku, terus menghantuiku—terus berputar di kepalaku seperti kaset rusak.
Sesungguhnya aku ingin semua ini adalah mimpi. Sebuah mimpi buruk yang kualami karena terlalu banyak menonton film dan drama fantasi. Oh! Dan terlalu banyak membaca buku yang bertema fantasi.
Sayangnya, itu hanyalah salah satu harapan yang aku yakin tidak akan pernah terwujud.
Dering ponselku berbunyi. Membuatku sedikit terlonjak karena kaget. Astaga, semenjak mengenal Kevin, aku berubah menjadi tukang kaget. Sungguh memalukan.
Meraih ponselku yang berada di atas meja, aku melihat nama Alex terpampang jelas di layar. Apakah aku harus mengangkat panggilan ini? Atau tidak? Tapi disaat yang bersamaan, aku juga ingin tahu dengan kebenaran yang ada. Aku tidak mau terlalu buta dengan semua ini.
"Halo?" sapaku yang terdengar seperti sebuah pertanyaan.
"Sara, maafkan aku—"
"—Mengapa kau terus meminta maaf, Alex?" Potongku. "Aku lelah mendengar permintaan maafmu. Akan lebih baik jika kau mulai menjelaskan semuanya, oke?"
Alex mengembuskan napasnya dengan panjang dan kembali berkata, "Aku tidak tahu harus mulai darimana menjelaskan semua ini."
"Kita bisa mulai dengan sebuah kenyataan mengenai dirimu."
"Baik." Putusnya. "Aku akan jujur kepadamu; aku seorang werewolf." Kejujurannya membuatku menggenggam ponselku dengan erat. "Ayahku adalah pemimpin dari kelompok kami; Silver Ring."
"Mengapa kau tidak memberitahuku mengenai hal ini lebih awal?"
"Apakah kau percaya jika aku memberitahumu mengenai hal ini?" Alex tertawa getir dari ujung telepon. "Kau adalah salah satu orang yang tidak percaya akan adanya hantu dan hal-hal mistik seperti ini, Sara. Dengan sifatmu yang seperti itu, apa kau pikir aku akan memberitahumu tentang identitas asliku?"
"Kau benar." Ucapku pelan. Entah mengapa aku sedikit merasa bersalah.
"Mengenai pertanyaanmu sebelumnya... " Lanjut Alex. "Bagaimana bisa kau mengenal Marco?"
Aku mengerjapkan kedua mata tanpa sadar. "Marco?"
"Ya. Kau menanyakan kabar pria itu." Kata Alex dengan tajam. "Bagaimana bisa kau mengenalnya?"
"Oh, mengenai itu, seseorang memintaku untuk bertanya kepadamu." Akuku. "Aku tidak tahu dan tidak pernah bertemu dengan seseorang bernama Marco. Kevin hanya memberitahuku jika kau mengenal pria itu dan dia ingin tahu bagaimana kabarnya."
"Kevin?" Alex mendengus. "Bilang pada Iblis itu untuk berhenti bersikap tidak tahu mengenai Marco."
Tunggu—apa? "Alex, aku tidak pernah memberitahumu jika Kevin adalah seorang Iblis. Bagaimana kau tahu mengenai identitas aslinya?"
"Tentu saja aku tahu tentang Kevin. Siapa yang tidak mengenal Pangeran Iblis yang dingin dan arogan seperti dia?"
"Ooookay?" Suaraku terdengar tidak yakin kali ini. "Lalu bagaimana dengan Marco? Siapa pria itu?"
"Oh, Marco adalah seorang vampir yang telah membunuh Ibuku. Dan aku telah membunuhnya kemarin sore."
Jawaban yang tenang dari mulut Alex membuatku mematung di tempat. Aku benar-benar tidak menyangka jika Alex, seseorang yang kukenal sejak kecil, bisa berbicara tentang 'membunuh' dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marked ✔
FantasiGenre: fantasy *** Semua impianku untuk hidup normal untuk bekerja, berkencan, menikah, dan memiliki keluarga yang harmonis seketika hancur setelah aku bertemu dengannya. "You are my mate and I have been waiting for a very long time to meet you." Se...