Fajar mulai menyingsing, mozen bangkit dari tidurnya dengan mata sayup-sayup, dia bangkit lalu melihat kearah vro yang tidur diatas sofa kayu, mozen tersenyum tipis dia mengambil kain yang tebal lalu menyelimuti vro dengan kain tebal.
Mozen membuka pintu, dia menatap kearah samping gubuk, tenyata sudah ada kebun sayur, namun sayurnya belum tumbuh hanya ada tanah yang sudah di isikan biji biji an saja.
Mozen berjalan melihat lihat dedaunan, dulu sebagai mahasiswa perkebunan/petani.
Kenapa mozen memilih ikut fakultas perkebunan dan petani? Karena orang tuanya juga seorang petani, mozen tentu saja tau sayur liar apa saja yang bisa dimakan, matanya berkeliling melihat dedaunan, hingga matanya melihat kearah daun yang bisa berganti warna saat terkena matahari.
Yaitu daun Rane, daun Rane merupakan jenis tumbuhan paku-pakuan yang bisa dimakan. Daun tanaman ini ada yang berwarna hijau dan merah.
Kalian bisa memilih daun rane warna hijau untuk dimakan. Namun, sebaiknya direbus terlebih dahulu.
Dirinya pun mengambil beberapa daun untuk direbus didalam panci, tapi... Mozen tak memiliki garam atau semacamnya.
Garam-kan bahan dasar dari makanan.
Sedang apa?
Mozen kaget, dia berbalik dan melihat Vro berdiri dibelakangnya dengan selimut yang menelan badan vro.
"Cari sayur, " Ucap mozen dengan mendekat kearah vro, dia mengelus rambut vro dengan lembut.
Untuk apa? Kita kan sudah punya kebun, oh kakak ingin mencari bahan dasar makanan kan?
Mozen meangguk, " Iya tapi harus dimana? Kalau garam aku tau dimana tempatnya, tapi bahan bahan lainnya aku tidak tau, " Ucap mozen dengan wajah bingung.
Vro tersenyum tipis.
Tenang kak! Kita bisa beli kepasar.
"Tapi? Bukannya kau bilang tidak usah vro? "
Kapan aku bilang begitu? Padahal tidak ada loh, ayo ini uangnya.
Mozen mengambil uang yang diberikan oleh vro, dia berjalan mengimbangi langkah vro, saat ini vro sudah tidak ditutupi oleh selimut lagi tapi sebuah jubah.
Angin berhembus semilir membawa gemerisik suara daun-daun yang bergesekan dari gerumbul pepohonan lebat di sisi hutan, suasana damai dan suara burung burung bersautan membuat hutan itu lebih hidup.
Pov mozen.
Langkah demi langkah, aku menyusuri jejak setapak yang membelah hutan lebat, dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang menjulang dan suara alam yang mengalun harmonis. Aroma tanah basah dan dedaunan segar menyentuh hidungku, mengisyaratkan kedamaian yang hanya bisa ditemukan jauh dari keramaian kota.
Cahaya matahari yang menembus celah-celah daun menciptakan permainan bayangan di tanah, seolah-olah mengundangku untuk terus melangkah lebih dalam.
Suara burung berkicau dan gemerisik angin di antara ranting menambah keindahan perjalanan ini, membawaku pada momen refleksi dan kedamaian. Di tengah perjalanan, aku tersadar bahwa setiap langkah yang kuambil adalah bagian dari pengalaman hidup yang tak ternilai, menjalin ikatan yang lebih dalam dengan alam dan diriku sendiri.
"Hutan seperti ini memang menenangkan iya vro, " Ucap ku dengan senyum tipis kearahnya.
Iya.
Aku hanya menggeleng dengan jawaban vro yang singkat itu.
Di ibukota, pasar.
Suasana keramaian pasar di ibukota kota begitu hidup dan dinamis. Deru suara pedagang yang menawarkan dagangan mereka terdengar bersahutan, menciptakan melodi khas yang mengisi udara.
Aroma berbagai macam makanan, mulai dari jajanan tradisional hingga hidangan internasional, menyeruak dan menggugah selera.
Pengunjung berdesakan, bergerak dari satu stan ke stan lainnya, sambil tawar-menawar harga dengan semangat.
Warna-warni barang dagangan, mulai dari sayur mayur segar, buah-buahan berkilau, hingga pakaian dan aksesori yang menarik perhatian, menciptakan pemandangan yang memikat.
Di sudut-sudut pasar, anak-anak bermain riang, sementara orang dewasa berbincang hangat. Suasana menjadi semakin semarak dengan musik dari para pengamen yang memainkan alat musik, menambah nuansa ceria di tengah keramaian.
Pasar ini bukan hanya sekadar tempat berbelanja, melainkan juga menjadi pusat interaksi sosial yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung.
Dengan mata berbinar aku menatap sekumpulan kue kering yang dibungkusi plastik, aku mengambil koin uang yang berada di kantong jubah yang ku pakai.
"Permisi bibi, bisa bungkus kan aku kue kering yang ini? "
"Baik nona, ini... 6 koin perak, " Ucap penjual nya, aku mengambil kue kering itu dan membayarnya.
Mata ku melihat Vro yang sedang membeli sayuran, badan ku mendekat kearah tempatnya berdiri.
"Sudah dapat? " Tanyaku dengan wajah konyol.
![](https://img.wattpad.com/cover/374695529-288-k235020.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter into the kingdom novel
Fantasydia tidak pernah membayangkan, bahwa ia akan masuk ke dalam sebuah novel yang sangat Dia benci, sejujurnya ia tidak suka novel yang berbau klasik. pemeran utama yang begitu cengeng dan berlindung di bawah ketek orang tuanya. antagonis yang terlal...