8

98 10 0
                                    

Seorang gadis berusia delapan belas tahun berlari lari mengiringi mension besar, dia berlari dengan raut wajah pucat, hanya dengan melihat lambang kristal hitam yang berbentuk ular, yang menjadi pira surat.

Tok... Tok... Tok...

Dengan nafas tersengal sengal ia mengetuk pintu ruangan kerja seseorang dengan sangat kencang.

"Countess Mvorne! Maaf karena saya lancang, saya ingin memberikan surat, " Ucap gadis itu, dia duduk dan memberi surat dihadapan countess Mvorne.

"Tidak masalah, " Ucapnya.

Tangan countess Mvorne membuka surat, dia meneliti lalu membacanya dengan wajah terkejut.

"Duke Vortex, kenapa dia ingin berkunjung kesini? Padahal kami tidak pernah kenal, " Gumam countess Mvorne dengan wajah bingung.

"Bilgis, panggil lorne kesini, " Ucap countess Mvorne meminta gadis yang duduk dihadapannya ini untuk memanggilkan assistant.

"Baik countess Mvorne, " Bilgis pergi dari ruangan, setelah pintu kayu besar tertutup datang lagi seseorang anak remaja yang berusia 9 tahun mendekat kearah countess Mvorne.

"Kakak apa kita akan Berkunjung ke mension marquess Erio? "

Marquess Erio, dia adalah orang yang menyelamatkan countess Mvorne dua tahun yang lalu, dua tahun itu juga mereka mulai dekat.

"Tentu saja, tapi... Besok. "

Desahan nafas kecewa terdengar dari anak kecil itu saat mendengar ucapan dari kakaknya.

"Vro, hari ini tidak bisa karena ada tamu yang harus kakak hormati, " Ucapnya.

"Baiklah kak mozen! "

Mozenia Alensia Mvorne, setelah dua tahun berlalu dia sudah menjadi orang kaya, dan menjadi wanita pertama yang menjabat pewaris.

Mozen dan raja bahkan ratu mulai merencanakan untuk membuat mozen menjadi pewaris dari Duke Givne namun... Masalahnya adalah raja tidak bisa langsung mengangkat mozen jadi seorang pewaris dari almarhum Duke Givne.

Ia  harus memiliki izin dari sang kaisar, yaitu ayah sang raja.

Nama vro saat ini sudah diganti, bahkan mozen sudah tau bahwa Vro hanya membohongi nya kalau dirinya adalah sistem, mozen tidak marah tapi sedikit kesal dengan vro waktu itu.

Kedua orang orang berbeda usia itu duduk dikursi kayu dengan teh hangat dimeja.

Mozen bangkit dia berjalan dengan sedikit mengangkat gaun silver miliknya untuk bisa berjalan bebas, ia sudah belajar etika dan berbagai hal penting untuk menjadi seorang pewaris, atas bantuan sang raja.

Tangannya membuka jendela dengan perlahan, ia berbalik dan duduk kembali disebelah vro yang memakan biskuit kering yang manis itu.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk! "

Pintu terbuka, menampakan seorang pria parubaya yang berumur 41 tahun berdiri dengan sebuah buku tebal ditangannya dan kacamata yang menggantung Dihidung-nya.

"Countess Mvorne apa anda memanggil saya? "

Mozen meangguk lalu meminta assistant nya untuk duduk bersama.

"Apa kamu sudah tau? " Tanya mozen, ia menuangkan teh hangat itu kedalam secangkir gelas.

"Tidak usah seperti itu countess Mvorne, saya hanya rendahan biasa, seharusnya saya yang menuangkan teh itu kepada Anda, bukan malah Sebaliknya. "

"Anggap saja saya menghormati paman sebagai orang tua, hahaha. "

Tawa kecil keluar dari bibir mozen, ia bisa melihat wajah kesal paman lorne didepannya ini.

"Oh iya paman, sebenarnya aku ingin bertanya kenapa Duke ingin berkunjung kesini? " Tanya mozen dengan serius.

"Sebenarnya mereka kesini mungkin untuk meminta kamu membantu wilayah Duke vorlex yang bermasalah karena air, saya dengan air disana menjadi liat, tapi bisa jadi mereka kemari bukan untuk berkunjung, melainkan meminta bantuan dengan kamu countess, " Jelas Anol dengan menaruh kacamata nya keatas meja.

"Panggil Mozen saja, tidak usah formal paman. "

"Jika seperti itu, aku akan meminta sesuatu yang lumayan besar, karena jika ia memanfaatkan kepintaran dan kemampuan ku, aku juga harus memanfaatkan kekayaan Duke vorlex, " Senyum miring tercetak dibibir Mozen.

"Ehm... Apa aku tidak apa apa mendengar pembicaraan kalian berdua kakak paman? " Tanya vro dengan memasang wajah konyol.

"Mozen, kau melupakan nya. "

Mozen tertawa kikik, ia pun meminta Vro untuk keluar dan pergi kekamar nya, tapi Vro menolak dia mengatakan bahwa ia akan berkunjung kemension Nuri.

Nuri adalah teman sekelas vro yang lumayan akrab.

Setelah vro menghilang dari balik pintu bersama bilgis yang ditugaskan untuk menemani vro kemension Nuri, sekaligus meminta bilgis agar menyiapkan kereta kuda untuk mengantarkan vro.

Mozen bangkit ia mengambil pena yang sudah lumuri dengan tinta, ia menulis kata balasan untuk Duke vorlex, berjalan ke-jendela lalu ia bertepuk tangan tiga kali. Hingga sebuah burung gagak hinggap diatas tangannya.

"Duke vorlex, " Ucap mozen, burung gagak ajaib itu bersuara, mozen menatap kepergian burung gagak yang ia namai Koco.

Padahal banyak orang yang menjadikan burung seperti koco untuk mengantarkan surat, tapi yang berbeda-nya adalah Merpati. Orang orang sering mengantarkan surat melalui merpati dan burung elang.

Tidak banyak orang yang menggunakan burung gagak.

Itu jika mereka ingin, pokoknya pengantar banyak sekali, walaupun tidak mudah berhari hari atau berminggu baru sampai surat yang mereka antar atau kirim. Jika orang pengiriman nya mempunyai ilmu hitam mungkin akan cepat sampai suratnya.

Sama seperti Duke vorlex, cepat sekali.

Anol meletakkan tehnya yang dia hirup keatas meja, "mozen, kamu mendapatkan surat undangan dari yang mulia ratu. "

Helaan nafas lelah mozen.

' gini amat jadi bangsawan, ' batin mozen dengan wwajah masam.

Enter into the kingdom novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang